Part 26 : Garwa (2)

2.1K 172 1
                                    

Hal yang tak terduga terucap dari bibir Wahyu. Wahyu meminta ijin abahnya untuk menikahi Nirmala.
“Abah, sepurane yen opo kang dadi keputusan Wahyu gawe abah kuciwo, nanging keputusan iki sampun kulo pikiraken mateng-mateng. Wahyu kepingin nikahi Nirmala”(Abah, maafkan jika apa yang jadi keputusan wahyu membuat abah kecewa, tapi keputusan ini sudah saya pikirkan matang-matang)

“Wahyu, abah ngerti opo kang dadi tujuanmu nanging awakmu rak perlu ngorbanke opo sing seharuse orak mbok korbanke”(Wahyu, abah ngerti apa yang menjadi tujuanmu tapi kamu tidak perlu mengorbankan apa yang seharusnya tidak kamu korbankan)

“Wahyu paham abah, Wahyu melas delengi deweke. sakapik-apike manungsa yaiku manungsa kang manfaat kanggo wong liya”(Wahyu paham abah, Wahyu kasihan melihat dia. Sebaik-baiknua manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain)

“Abah rak iso ngalangi opo karepanmu, abah namung pesen ati-ati ojo gegabah dipikir maneh. Iseh okeh cara liyane sing iso dilakokno”(Abah gak bisa menghalangi apa yang jadi kemauannya, abah hanya pesan hati-hati jangan gegabah dipikir lagi. Masih banyak cara lainnya yang bisa dilakukan)

Wahyu mendatangi rumah Nirmala untuk kedua kalinya, kali ini Wahyu mengutarakan apa yang menjadi tujuannya.

“Saya senang sekali mas Wahyu mau mengunjungiku lagi”
“Nanti juga akan ketemu setiap hari”
“Maksud mas Wahyu?”
“Nirmala, kedatanganku kesini aku ingin menjadikanmu istriku. Apakah kamu bersedia menjadi pendampingku”

“Mas Wahyu serius???”
“Apakah aku terlihat bercanda?”
“Apa mas Wahyu sudah yakin dengan apa yang mas Wahyu katakana?”
“Insyaallah aku yakin Nirmala, dari awal aku melihatmu aku sudah menaruh hati padamu dan aku tidak ingin kehadiranku dirumahmu akan menjadi fitnah nantinya, untuk itu aku ingin hubungan kita dihalalkan”

Tak butuh waktu lama, Wahyu dan Nirmala akhirnya menikah. Pernikahan Wahyu dan Nirmala menjadi buah bibir yang menghebohkan desa tempat Nirmala tinggal.

“Aku seh rak terimo cah ayuku dirabi wong liyo”(Aku masih gak terima wanita cantikku dinikahi orang lain). Ucap salah Mitro salah satu pemuda yang biasa nongkrong diwarung kopi bu Nah

“Halah awakmu leh ngimpi keduwuren” (Halah kamu bermimpi terlalu tinggi) Sahut bu Nah pemilik warung kopi
“Tapi ya aku kok ngroso ono sing aneh”(Tapi ya aku merasa ada yang aneh) ungkap Hasan
“Aneh piye to ,San?”(Aneh gimana to, San)

“Wes ora rahasia meneh kan? Kabeh yo wes podo ngerti yen Nirmala kuwi gowo susuk, sopo wae cah sing kepincut karo susuk’e mesti rak tau selamet”(Sudah bukan rahasia lagi kan? Semua sudah pada tahu jika Nirmala memakai susuk, siapa saja orang yang terpikat susuknya tidak akan selamat)

“Opo maneh aku pernah weroh bentukane makhluk sing jogo Nirmala, hihhh giris aku yen iling. Meh wae aku kendat mergo keweden di pendeliki makhluk iku”(Apa lagi aku pernah melihat bentukannya makhluk yang menjaga Nirmala, Hihhh takut aku jika mengingatnya. Hmpir saja aku mati karna ketakutan di pelototi makhluk itu)

“Wes tah ojo ngomongke wong rak apik”(sudahkah jangan ngomongin orang gak baik)

Meskipun Wahyu sudah menikah dengan Nirmala namun ia tidak sungkan untuk berbaur dengan warga yang lain.
“Buk, kopinya satu ya” tembung Wahyu

“Nopo mboten di gawekke bojone to mas?”(Apa tidak dibuatkan sama istrinya mas?)Tanya Mitro
“Nang omah rak ono kancane ngobrol mas, ning kene kan ono sampeyan-sampeyan iki”(Dirumah tidak ada teman ngobrol mas, disini kana da kalian-kalian ini) Wahyu menjawab dengan senyum ramah.

“Niki mas kopine”(Ini mas kopinya) Bu Nah memberikan secangkir kopi di hadapan Wahyu.
“Terimakasih bu”
Hasan sedari tadi mencuri pandang kearah Wahyu yang ternyata disadari oleh Wahyu.

“Enten nopo mas?”(Ada apa mas)Tanya Wahyu kepada Hasan
“Gak ada mas” Jawab Hasan sungkan
“Kalau mau adayang ditanyakan tanyakan saja mas, insyaallah saya akan menjawabnya”

“Rasane kok rak patut mas yen aku takon masalah keluarga orang”
“Dari pada dipendam nanti malah jadi prasangka buruk”
“Iya san, ungkapin saja wong masnya juga gak keberatan kok”

“Gini lho mas, apa benar dirumah itu ada penghuninya?”
“Loh ya ada toh mas, ada aku , istriku dan pelayan”
“Bukan itu maksud saya mas, maaf ya mas sebelumnya, saya pernah liat dibelakang mba Nirmala ada sosok tinggi besar pokoknya serem banget mas”

“Astagfirullahaladzim, banyak-banyak beristigfar ya mas jangan sampai iman kita itu lemah, hanya Allah YME yang harus kita takuti mas”.

“Yasudah kalau begitu saya duluan ya mas,jangan lupa perbanyak doa dimanapun kita berada agar kita senantiasa mendapat perlindungan”

KANTIL IRENG NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang