Entah apa yang membuat pak Badri sore ini merasa kantuknya tak tertahankan, mungkin karena seharian ia berada di lading membuat tubuhnya kelelahan. Jam sudah menunjukkan pukul 17;06 sebentar lagi sorop dan adzan magrib, bu Yeni sudah mengingatkan suaminya untuk tidak tidur diwaktu menjelang magrib. Namun pak Badri sudah tidak dapat lagi menahan kantuknya.
Orang jaman dulu sering kali mengatakan untuk jangan tidur saat magrib. Jika nekat dilakukan, maka dipercaya akan ada sesuatu yang tidak baik bagi tubuh atau bisa dikatakan bisa kena sial. Namun jika menurut dunia medis, tidur menjelang magrib bisa menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dan menurunkan daya tahan tubuh. Hal ini memicu penurunan produksi insulin pada tubuh, sehingga mengganggu siklus alami tubuh yang bisa memengaruhi produksi insulin.
“Del, awakmu lahopo ndok nang kunu?” (Del, kamu ngapain nak disitu)
Pak Badri melihat putri bungsunya meringkuk menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya sembari menangis tersedu-sedu. Pak Badri berjalan ketempat Adelia, Menyetarakan posisinya dengan Adelia membelai lembut rambut putrinya.
“kamu kok bisa disini to ndok?”(kamu kok bisa disini nak?)
“Ayo mantok kalih bapak”(Ayo pulang sama bapak)
Namun tangisan Adelia semakin intens membuat pak Badri kebingungan apa yang sebenarnya terjadi dengan pitrinya.“Ojo medhak pak, Adel elek rupane” (Jangan mendekat pak, Adel jelek wajahnya)
“Loh, Adel iku anakke bapak sing paling ayu dewe”(Loh adel itu anak bapak yang paling cantik sendiri)
Adel adalah satu-satunya anak perempuan pak Badri.
“Mboten pak, wajahe Adel elek meni”(Tidak pak, wajahnya adel jelek banget)
“Opo bapak bakal kuat yen weruh rupaku?”(Apa bapak akan kuat kalua melihat wajahku)Pak Badri semakin bingung dengan ucapan putrinya.
“Bapak munduro telung langkah”(Bapak mundur tiga langkah)
Pak Badri menuruti permintaan Adel, Adel berhenti menangis. Pak Badri terhenyak saat Adel mendongakkan kepalanya, seketika rasa mual membuat pak Badri tak kuasa menutup mulut dan hidungnya. Pak Badri memalingkan wajahnya tak kuasa melihat wajah Adel yang sangat menjijikkan. Tangisan Adel berubah menjadi rintihan kesakitan bibir Adel sobek hingga ketelinnga, bola matanya sudah hampir copot.Tubuh pak Badri seketika mematung tak dapat bergerak menyaksikan putri kesayangannya begitu menderita.
“Pak tolong Adel pak, tolong Adel” tak tahu apa yang harus pak Badri lakukan, dan tiba-tiba saja dua orang bertubuh tinggi besar memakai jubah hitam menarik paksa tubuh Adel. Pak Badri berlari mengikuti dimana putrinya dibawa.Saat tubuh Adel akan dimasukkan ke dalam penduso (peti mati) pak Badri berteriak.
“Tolong lepaskan putriku” Pak Badri terus berteriak dan memohon agar Adel dibebaskan.
Perempuan berjalan kearah pak Badri, mata pak Badri terbelalak saat wanita itu membuka penutup wajahnya dia adalah Nirmala. Pak Badri dapat mencium aroma bunga kantil dari tubuh Nirmala.“Opo sing mok karepno maring anakku?” (Apa yang kamu mau dari anakku?)
“Rak ono sing oleh ngalahi rupaku”(Gak ada yang boleh ngalahkan wajahku)
“Sopo wae sing wani-wanine nglewuhi ayuku kudu mati” (Siapa saja yang berani-beraninya melebihi kecantikanku harus mati)
“Ojo pateni anakku”(jangan bunuh anakku)
“Iso, nanging kudu ono mahare”(Bisa, tapi harus ada maharnya)
“Jupuk wae nyawaku asal anakku iso selamet”(Ambil saja nyawaku asal anakku bisa selamat)
Kini posisi Adelia digantikan oleh pak Badri, pak Badri masuk ke dalam penduso (peti mati), lalu peti itu ditutup rapat-rapat.“Pak, tangi pak”(Pak bangun pak)
Suara bu Yeni dan Adelia meraung mencoba membangun pak Badri. Adelia menggoyang-goyangkan tubuh pak Badri namun pak Badri tak bergerak sama sekali.
Bu yeni berlari ke pelataran rumah berteriak minta tolong. Warga yang mendengar teriakan bu Yeni satu persatu berdatangan.
“Pak… Bapak” Tangisan bu Yeni dan Adelia tak tertahankan, pak RT memanggil mantra untuk memeriksa kondisi pak Badri. Pak Badri seperti orang mati namun masih memiliki denyut nadi.“Saya rasa ini bukan sakit biasa” Ucap pak Mantri
Pak Mantri meminta pak RT untuk meminta bantuan orang pintar (kyai). Karena secara medis pak Badri baik-baik saja.Sekitar pukul 15:42 anak sulung pak Badri dating dari Surabaya. Namanya mas Damar, sebelumnya mas Damar sudah diberitahu perihal kondisi pak Badri oleh Adelia sehingga mas Damar tak dating sendirian. Mas Damar dating dengan seorang pria yang terbilang masih muda perawakannya tinggi besar, wajahnya begitu tegas serta pernak-pernik ditubuhnya yang terlihat sangat mentereng.
"Bapakmu ini sudah tidak bisa diselamatkan lagi, soalnya bapakmu sendiri yang menyerahkan dirinya sebagai mahar pengganti” Ucap pria itu, pria itu bernama mas Sumo
“Mahar pengganti?apa maksudnya mas?” Tanya mas Damar
“Ekhmmm, jadi orang itu sebenarnya menginginkan adikmu perempuanmu. Sebenarnya sejak kedatangan adikm, bapakmu sudah memiliki firasat buruk. Hingga hal yang ditakutkan bapakmu benar-benar terjadi”
“Apa tidak ad acara lain, untuk menyelamatkan bapak mas?”
“Aku sudah berusaha untuk membujuk wanita itu namun sial wanita itu sangat sulit apapun yang sudah menjadi keinginannya tidak akan bisa terbantahkan”
Wajah mas Damar seketika pucat setelah mendengar penuturan dari mas Sumo, mas Damar memandang wajah ibu dan adiknya.
“Ibuk, Adel wes yo ikhlasno bapak”(Ibuk, Adel sudah ya ikhlaskan bapak) Ucap Mas Damar
“Emange bapak nangopo mas?”(Emangnya bapak kenapa mas?) Tanya Adelia
“Wes yo iki wes takdire bapak, dewe mung iso ngiklasno ben bapak iso tenang”(Sudah ya ini sudah takdirnya bapak, kita hanya bisa mengikhlaskan biar bapak bisa pergi dengan tenang)Sore itu semua warga mempersiapkan pemakaman untuk Badri, untuk pertama kalinya didesa itu orang yang meninggal dimasukkan kedalam penduso(peti mati). Awalnya pak RT dan warga sekitar menolak apalagi pak Badri adalah seorang muslim, namun karena ini permintaan dari mas Damar putra sulung pak Badri apa boleh buat.
Setelah pemakaman pak Badri, mas Damar memboyong bu Yeni dan Adelia untuk pindah ke Surabaya. Mas Damar menutup rapat perihal yang terjadi dengan pak Badri.
The power of mulut tetangga , meskipun sudah ditutup rapat-rapat masih saja ada kuping yang mendengar. Ternyata waktu itu Mitro tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan mas Damar dan orang yang dating dengan mas Damar. Bawasannya pak Badri menggadaikan dirinya agar nyawa Adelia bisa selamat dan ini semua adalah ulah siapa lagi kalua bukan Nirmala. Konon katanya dari dalam kuburan pak Badri sering terdengar suara seperti orang yang tengah berusaha untuk keluar dari penduso(peti mati).
Hy semuanya☺️
Sedih banget likenya menurun🥺
Bantu follow juga dong, biar tambah rame🙏
Terimakasih yang udah nyempetin mampir, di vote ya biar aku tambah semangat☺️🤗
See you📖
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTIL IRENG NIRMALA
TerrorSebelum baca harap follow dulu ya☺️ Tinggalin komentar kamu di setiap part nya🙏 ~~~~~~~ Enjoyed Reading ~~~~~~~ Seorang anak bernama Nirmala, yang hidupnya mengalami ketidakberuntungan. Berawal dari kecelakaan yang membuat ketua orangtua Nirmala m...