- 02. 25 -

1.3K 137 32
                                    

"Sampai sini ya?"

- Jeka

Tidak ini terlalu cepat, untuk melihat gadisnya tergeletak ditengah jalan dengan darah di sekujur tubuhnya. Jeka mematung, kakinya tak mampu menopang tubuhnya sendiri, hingga dirinya terjatuh. Belum sempat dia memeluk lagi tapi kenapa seakan Tuhan tidak mengizinkannya? Jeka berjalan pelan menyebrangi jalan yang memang tidak terlalu ramai itu tempat dimana Lisa ditabrak beberapa menit lalu oleh pengemudi truk tak tahu malu yang tetap melajukan truknya.

Persetan dengan DS mobil Jeka, semuanya terlalu kaget dengan kejadian barusan yang terlalu tiba-tiba.

Jeka mengangkat tubuh Lisa hati-hati ke mobil Eunwoo. Jeka menyempatkan untuk mengelus pelan rambut Lisa, basah oleh darah. “Jangan kenapa-napa Lis, gue mohon.”

“Bawa Woo, hati-hati. Gue nyusul.”

Keadaan rumah sakit saat ini penuh isak tangis dan doa yang terus diserukan. Siapa sangka, rencana mereka membohongi Lisa untuk balik malah membawa malapetaka yang menimpa Lisa. Kejadian buruk yang seharusnya tidak terjadi.

“Kita nggak tahu hasil operasi Lisa gimana” Chelsea menatap langit-langit kamar berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata.

“Apapun hasilnya, terima ya.”

“Omongan lo.”

Chelsea mengangguk, “kalau dia per-”

“OMONGAN LO SEA.” Jeka teriak tepat didepan wajah Chelsea. Siapa yang tidak kaget, Ghea yang semula lagi menghisap rokok malah terbatuk-batuk karena kaget.

“Kita nggak butuh kata-kata lo yang nggak guna, lebih baik lo doa sama Tuhan.”

Chelsea mengatupkan mulutnya rapat-rapat, “perasaan mereka lagi campur aduk.” Kata Eunwoo mengelus bahu Chelsea menenangkan.

Untuk saat ini kata-kata tenang tak akan mempan, mereka tak henti-hentinya merapalkan doa berseru pada Tuhan agar Dia mendengar bahwa 25 orang yang menunggu kabar, sangat menyayangi gadis itu.

Kedua orang tuanya tak ada kabar, dihubungi berkali-kali tak ada jawaban. Terlalu sibuk dengan dunia kerja sampai lupa kabar anaknya yang tadi dengan jelas lari keluar bandara. Bukannya mengejar Lisa, mereka hanya meneriaki tanpa berniat menyusul.

Semuanya akan mencari ketika seseorang sudah tak ada, Jizzy memeluk dirinya duduk di ubin dingin seakan menjalar keseluruh tubuhnya. Menatap pintu ruangan operasi yang masih tertutup. Jizzy memejamkan matanya, mengingat memori yang dilaluinya bersama Lisa. Lisa gadis periang, gadis yang selalu berusaha untuk ada kini terbaring lemah membuat Jizzy mengeluarkan air matanya lagi. Berusaha baik-baik saja ternyata tidak bisa. Yoshua yang melihat itu, inisiatif untuk merengkuh Jizzy.

“Ayo berdoa sama-sama.” Jizzy mengangguk, tangannya menengadahkan tangan sedangkan Yoshua melipat tangan. Berbeda iman dan amin.

Disisi lain ada Ghea yang tetap mengisap rokok, mengalihkan pikirannya. Berucap berkali-kali kalau semuanya akan baik-baik saja. Sempat membenci Lisa ketika tahu Juan menyukai Lisa bukan dirinya, Ghea terkekeh pelan. Berusaha tertawa di tengah kesedihan yang melanda sangat menyakitkan namun Ghea menyukainya daripada harus menangis yang menyebabkan kepala pusing.

“Gue maksa ya Lis, lo harus baik-baik saja.” Ucap Ghea sebelum melangkah keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan yang lain.

“Lisa itu gadis kuat, kalau bisa dibilang dia yang paling kuat diantara kita.” Ujar Jeffrey memeluk Rosa. Melupakan kejadian 2 hari lalu yang menguras jiwa dan raga. Rosa memeluk erat, entah apa yang dia tangisi rasa bersalah pada Jeffrey yang muncul atau karena Lisa yang masih terbaring lemah.

Sempiternal [97l] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang