5

601 119 127
                                    

Chapter 5: "Mengantarnya ke Bandara"──・──・・✧ ・・──・──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 5: "Mengantarnya ke Bandara"
──・──・・✧ ・・──・──

Temperatur pagi hari di Korea nyaris belasan derajat Celcius. Kenapa di pagi hari yang dingin ini Mira harus berangkat sekolah? Dia lebih ingin menghabiskan waktunya di atas kasur sambil meringkus tubuhnya dengan selimut, persis seperti kepompong. Apalagi niatnya untuk bersekolah luntur saat Youngmi berkata bahwa ia akan diantar-jemput oleh Sunghoon.

Setiap hari.

Bukannya Mira tak mau, tapi dia hanya bingung. Kenapa harus Sunghoon? Padahal ibunya baru bertemu kemarin. Ah, apakah karena dia anak teman ibunya? Baru saja ia hendak berpikir, mendadak pikirannya terinterupsi oleh panggilan ibunya.

"Mira!" pekik Youngmi dari lantai bawah.

Panggilan itu adalah alarm paling sakral untuk mendorong tubuhnya turun dari kasur. Mira keluar dari kepompong selimutnya dengan malas, lalu berjalan gontai ke lantai bawah.

Youngmi dan Sook sudah duduk di meja makan. Beberapa makanan sudah terhidang di atas meja. Omelet, tumis tahu, kaktugi—kimchi lobak, dan nasi merah sudah tersusun rapi. Kepulan asap kecil menguar sehingga aromanya masuk ke indra penciumannya.

Mira mendudukkan badannya di kursi, lalu mengambil semangkuk nasi merah yang sudah disiapkan Sook. Tangannya meraih sumpit, kemudian ia memasukkan potongan omelet ke dalam mulutnya. Enak. Tanpa ia sadari, ia mengangguk-anggukkan kepalanya karena rasanya yang menggugah selera.

"Sayang, malam ini Mama berangkat ke Ulsan. Mulai hari ini kamu berangkat sekolah sama Sunghoon, ya." celetuk Youngmi.

Dahi Mira berkerut, “Sunghoon?” tanyanya, seolah nama itu adalah nama orang asing.

“Dia anaknya temen Mama, terus kemaren juga sempet ngomong sama Mamanya Sunghoon, itu lho Tante Joohyun. Masa kamu lupa?”

Mira menggeleng sambil mengunyah makanannya. “Tante Joohyun pernah ke sini pas arisan komplek”—dahi Mira berkerut, berusaha mengingat kejadian itu—“kamu waktu itu nggak ada di rumah, sibuk pacaran sama si Kitae Kitae itu.”

Mendengar nama mantannya disebut-sebut, nafsu makan Mira menurun drastis. Kenangan-kenangan semasa berpacaran dengan Kitae terputar lagi di otaknya. “Apa sih, Ma. Aku udah putus juga sama dia.”

“Iya, Mama tau kamu udah putus, tapi kamu jadi pendiem gini karena gak bisa move on dari dia ‘kan?”

“Nggak, Ma.” sanggah Mira.

Masalahnya nggak sesimpel itu, Ma. Sebenarnya gangguan si stalker lah yang mengubah Mira menjadi pendiam, bukan karena tidak bisa move on. Mira akui dia masih ada sedikit rasa rindu di dalam hatinya.

Stalker ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang