"Pergii!!"
"Aku mohon jangan mendekat"
"Pergi!!"
"Pergi!!!"
Guncangan dibahuku berhasil membuatku membuka mata
"Kamu kenapa sayang?" tanya mama
"Mimpi buruk lagi?"
Aku menyeka air mata yang sudah mengalir dipipiku
"Iya ma cuma mimpi buruk kok"
"Nih minum dulu sayang"
"Makasih ma"
"Kamu beneran gapapa nak?"
"I'm okay ma" aku melukiskan senyum diwajahku
"Ayla lagi gak bohong sama mama kan?"
"Ayla gak bohong ma, Ayla beneran gapapa"
"Jangan sembunyikan apapun dari mama ya nak" mama mencium singkat keningku
Kejadian terakhir kemarin benar-benar sangat berdampak buruk bagiku, tidak tau sudah berapa kali dia muncul dalam mimpiku, aku sangat merasa ketakutan. Dia mungkin sudah pergi tapi kenangan buruk yang ditinggalkannya begitu membekas, luka yang digoreskan tidak akan pernah sembuh.
Aku memutuskan untuk memberanikan diri pergi ke psikiater yang pernah menangani kasusku sebelumnya, kali ini aku pergi sendiri. Aku hanya tidak ingin merepotkan siapapun lagi dengan masalah ini.
"Sekarang kamu boleh menceritakan semuanya Ayla" ucap dokter Carla
Aku menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semua yang terjadi secara perlahan, semua yang aku rasakan belakangan ini. Sekujur badanku yang tiba-tiba terasa sakit jika mengingat hal itu, rasa khawatir dan cemas yang berlebihan, keringat dingin yang terus bercucuran, jantungku yang berdetak dengan cepat, dan mimpi-mimpiku yang belakangan ini sering muncul.
Air mataku tidak sungkan untuk ikut menetes saat aku berusaha mengingat dan menceritakan semuanya. Terkadang aku merasa bingung, apakah rasa sakit yang kurasakan ini terlalu berlebihan atau memang ini adalah hal wajar yang pasti dirasakan setiap orang dengan kasus yang sama? Aku merasa diriku sangat lemah dan perasaanku seringkali tidak bisa dikendalikan .
Setelah menceritakan semuanya dokter mendiagnosaku mengalami Anxiety Disorder atau yang biasa dikenal dengan gangguan kecemasan. Hal ini masih berkaitan dengan Depresi Mayor yang pernah kualami sebelumnya. Ternyata 85% pengidap depresi berat dapat berkembang menjadi Anxiety Disorder.
"Ayla mau sembuh dok"
"Ayla sangat lelah seperti ini terus, tolongin Ayla dok" pintaku
"Kamu pasti sembuh" Dokter Carla tersenyum tulus menatapku, tatapannya sangat tenang.
"Salah satu obat paling ampuh yang bisa nyembuhin kamu adalah diri kamu sendiri, tetap tenang dan terus berfikit positive ya"
Aku mengangguk merespon ucapannya, setelah selesai sesi psikoterapi rasanya lumayan lega, Dokter Carla juga memberiku semacam obat Anti Depresan, obatnya sama seperti kemarin hanya saja dosisnya yang sedikit dikurangi karena menurut Dokter Carla pada kasus ini aku tidak perlu terlalu banyak meminum obat dengan dosis yang tinggi, karena aku masih bisa mengendalikan diri, tidak seperti kemarin saat hampir beberapa kali aku melakukan percobaan bunuh diri.
Setelah selesai aku tidak langsung pulang, aku menyusuri jalanan dengan perasaan hampa, dengan fikiran dan hati yang berkecamuk. Sampai akhirnya sebuah mobil berhenti dan suara itu memanggilku.
"Kamu darimana Ayla? Kenapa sendirian?"
"Eee, aku tadi lagi jalan jalan aja" jawabku asal
"Yaudah kamu masuk ya, aku antar pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T LEAVE ME, FA
Teen FictionMikhayla Devina Putri atau yang lebih sering dipanggil Ayla. Ya itu aku. Gadis manja, ceria dan disayangi oleh banyak orang. Dari kecil hidupku begitu bahagia, sampai pada satu titik dimana aku memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua kepada lel...