21 ♦ Serigala Pemangsa

3.1K 447 18
                                    

~~~~~|| OBSIDIAN ♦ 21 ||~~~~~Serigala Pemangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~~~|| OBSIDIAN ♦ 21 ||~~~~~
Serigala Pemangsa



Dominic berpapasan dengan Jeffrient di depan kantornya di lantai empat puluh. Dengan sedikit bingung, dia sempat mengamati sekilas wajah sang kakak yang secara ganjil terlihat luar biasa cerah. Dan aura dingin yang biasa dirasakan semua orang yang berada satu ruangan dengan sang alpha utama, menghilang entah ke mana.

Namun jika mengingat apa yang ditemukan indera penciumannya ketika bertemu dengan Harper di dalam lift tadi, Dominic mungkin sudah tak perlu lagi mempertanyakan muasal dari ekspresi bahagia di wajah kakaknya.

Masa bodoh. Itu bukan urusannya lagi, dan dia memang tak ingin peduli. Ada banyak pekerjaan yang harus segera dia selesaikan hari ini.

Namun di balik pintu ruangan dinginnya yang tertutup rapat, alpha itu justru hanya terdiam menatap kosong pada layar laptopnya. Fokusnya benar-benar tidak bisa dia kendalikan supaya mau tertuju hanya pada apa yang tengah dia kerjakan. Dominic benar-benar tak memahami, mengapa perasaan kosong namun menyesakkan itu masih saja memenuhi dadanya kendati dengan penuh kesadaran dia telah mau menerima jalan yang sudah digariskan oleh sang dewi.

Apakah perasaan memang sesuatu yang sebenarnya begitu berbahaya, terutama jika itu tidak berada pada tempat yang seharusnya? Bagaimana dia harus menangani ini? Apa dia harus terus merasakannya? Sampai berapa lama?

"Kurasa aku memang harus hidup dengan menerima kenyataan bahwa aku memang tidak bisa melupakan perasaanku padanya."

Dominic menghela napas ketika kata-kata Johnathan kembali terngiang di kepalanya. Dan mendadak perasaannya yang halus terasa jadi makin sendu.

Haruskah? Apa dia juga akan merasakan yang seperti itu?

Menjalani patah hati ini ternyata jadi terasa jauh lebih berat ketika pengawalnya itu tak lagi bersamanya. Dominic benar-benar merasa rapuh dan sendirian. Seorang alpha, wajarkah merasakan sesuatu semacam ini bukan karena mate-nya?

"Kurasa aku jatuh cinta padamu."

Dominic mendesah melepas kacamata dan meletakkan kepala ke atas meja.

Belakangan ini pikirannya dikacaukan oleh dua hal sekaligus. Bukan hanya perkara perasaannya kepada Harper, namun juga tentang Johnathan. Dan hingga hari dia tetap saja merasa tak habis pikir. Johnathan? Sejak kapan?

Kalau saja pengawalnya itu hanya sekadar membuat pengakuan, dan tidak dengan lancang menciumnya dengan menyertakan semacam perasaan rindu bercampur keputusasaan di dalamnya, barangkali segalanya tidak akan jadi serumit ini. Dan Dominic tidak harus mengusir Johnathan untuk menjauhinya.

Namun, kenapa dia juga tak kunjung bisa mengenyahkan ingatan tentang ciuman pengawalnya? Bagaimana alpha itu menarik lembut dagunya. Bagaimana mata tajam yang dipenuhi kesedihan juga rasa bersalah itu menatapnya. Dan rasa dari ciuman itu sendiri...

OBSIDIAN (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang