23 ♦ Permohonan Yang Pertama

3.1K 483 32
                                    


~~~~~|| OBSIDIAN ♦ 23 ||~~~~~
Permohonan Yang Pertama







"Jeff!"

Dominic berteriak berang ketika melihat darah mengucur dari pelipis dan mengalir dari hidung Johnathan. Alpha muda itu segera merangsek maju untuk mencegah sang kakak berbuat lebih jauh.

"Lepaskan dia!"

Jeffrient seakan tak mendengar teriakan adiknya, menahan pergerakan Dominic dengan sebelah tangannya yang lain. Dan tentu saja, kekuatan yang dia miliki jauh lebih besar untuk bisa dilawan alpha muda itu.

"Bukankah sudah kukatakan untuk menjauhi adikku? Lihat sekarang, apa yang sudah kau lakukan padanya?!" desis Jeffrient marah.

"Apa yang kulakukan?" Johnathan mendengus. "Kami melakukan itu bersama dalam keadaan sadar."

Nyawanya mungkin saja sedang di ujung tanduk sekarang, tapi alpha Suh itu membalas perkataan tuannya tanpa sedikitpun rasa takut. Kekuatan dari penerimaan Dominic membuat segala perasaan segan yang sempat dia miliki terhadap tuannya yang ini, lenyap tak bersisa. Dan sejujurnya, dia bisa saja melawan Jeffrient. Kekuatan fisik yang dia miliki jauh lebih besar dibandingkan alpha itu, jika dia memang berniat menggunakan keseluruhannya. Namun, ini bukan pertarungan yang ingin dia lakukan. Melawan tuannya. Teman baiknya. Dan kakak dari alpha yang dia cintai.

"Kau, bedebah!"

"Aku mencintai adikmu. Dan dia menerimaku. Apa yang salah dengan hal itu... arggghh!!!"

Suara retakan tulang yang terdengar begitu menyakitkan membuat baik Harper ataupun Dominic seketika menjerit. Jeffrient kembali menghantamkan kepala Johnathan ke dinding, kali ini dengan kekuatan yang jauh lebih besar karena hatinya telah mendidih oleh amarah. Sisi dinding kokoh yang menjadi sasaran kemarahan Jeffrient terlihat retak secara mengenaskan. Darah pun mengalir makin deras kali ini. Tak hanya dari pelipis tapi juga dari leher Johnathan karena tulang tengkuk yang mungkin sudah remuk di dalam tempurung kepalanya.

"Kau benar-benar sudah bosan hidup rupanya?"

"Tidak. Aku justru sedang sangat bahagia sekarang. Kau bisa membunuhku sesukamu, tapi... "

Johnathan, sembari menahan rasa nyeri tak tertahankan yang menyerang kepalanya, menatap Dominic yang tengah dicekal oleh sebelah lengan Jeffrient yang lain.

"Aku tak keberatan mati di tanganmu, tapi bagaimana dengan adikmu?"

Seakan mengabaikan malaikat pencabut nyawa dalam wujud Jeffrient Jeong yang tengah diamuk amarah dan bisa mengakhiri hidupnya saat ini juga, Johnathan dan Dominic justru saling menatap dengan ekspresi sendu.

Jeffrient mendengus ketika menyadari hal itu. Menggeleng tak habis pikir. "Nyawamu sudah hampir melayang, tapi mulutmu masih saja bisa mengatakan segala omong kosong itu."

"Jeff, lepaskan dia. Tolong." Dominic tak lagi berteriak. Dia hanya terus menatap sendu kepala pengawalnya yang tengah diremukkan oleh kakaknya.

"Dan kau!" Jeffrient beralih pada Dominic. "Apa kau sudah gila! Di mana akal sehatmu!"

Dominic tak menjawab. Matanya masih tak lepas dari Johnathan. "Lepaskan dia, kumohon."

"Seharusnya, gunakan otak cerdasmu itu dengan baik untuk berpikir, sebelum melakukan hal menjijikkan semacam ini." Desis Jeffrient dingin.

Alpha itu lalu memejamkan mata, dan dua detik setelahnya, Lucas sudah muncul di sana bersama lima alpha penjaga lain.

"Kalian jaga dia," Jeffrient menyerahkan Dominic pada dua alpha penjaga yang segera membungkuk hormat sebelum menerima alpha muda Jeong itu dari tangan kakaknya.

OBSIDIAN (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang