Semua orang yang ada di ruangan itu seketika menoleh begitu mendengar Dominic memekik. Dokter Kang secara refleks langsung berlari mendekati ranjang Johnathan untuk memeriksa alat monitor jantungnya.
"Dokter, apa yang terjadi?" tanya Dominic dengan suara tercekat menahan tangis.
Namun sang dokter tak menjawab. Sibuk memeriksa tanda vital di tubuh Johnathan. Dan mulai melakukan resusitasi sambil sesekali menoleh ke layar.
Namun suhu tubuh alpha jangkung itu telah sangat menurun. Denyut nadi tak teraba. Dan di layar masih tak ada pergerakan. Indikator itu tetap berkedip membentuk garis lurus.
Dokter Kang kemudian memanggil salah satu perawat untuk membantunya menyiapkan alat pacu jantung.
Dominic hanya berdiri kaku, tanpa sadar tak berani melepaskan napas.
Percobaan pertama sedikit memberi hasil. Namun beberapa kali percobaan selanjutnya justru tidak memperlihatkan perubahan apapun.
"Dokter... "
Dokter Kang menoleh dengan gamang mendengar alpha muda itu memanggilnya lirih penuh harap juga rasa khawatir.
"Dia... tidak apa-apa kan?" bisik Dominic, matanya menatap hampa pada layar yang terus berkedip dan mencetak sebuah garis lurus.
Dokter Kang hanya tercenung menatap tubuh Johnathan. "Kita... tidak bisa memastikan apapun."
"Argh!"
Dominic seketika menghela napas lelah begitu melirik ke dekat ranjang Harper dan menemukan batang leher dokter Kim telah berada dalam cengkeraman Jeffrient.
"Lepaskan dia, Jeff!" Hardik Dominic.
"Kenapa dia bisa jadi seperti itu? Berani-beraninya kau memberikan ramuan berbahaya kepada luna-ku!" desis sang alpha, mengabaikan perintah adiknya.
Dominic, dalam sebuah kesempatan yang teramat jarang dia lakukan, menggunakan kekuatan teleportasinya untuk bergerak mendekat lalu menepis tangan kakaknya yang tengah mencekik dokter beta itu.
"Dia hanya berusaha membantu, dan kau telah memberinya izin!" Dominic menggeram marah.
Beberapa detik setelahnya, dua alpha bersaudara itu terlihat seperti tengah saling mengasah taring bersiap untuk saling cakar satu sama lain.
"Dia tidak mengatakan ramuan buatannya bisa berbahaya." Desis Jeffrient, membalas sama tajam tatapan penuh kemarahan adiknya.
Dokter Kim, sepertinya berusaha mengatakan sesuatu. Namun tatapan tajam alpha utama Jeong yang beralih padanya, meski batang lehernya tak lagi berada dalam situasi berbahaya, tetap saja membuat keberaniannya menciut seketika.
"Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Harper-"
"Jika ada yang harus disalahkan atas semua ini, itu adalah kau!" Dominic memotong ucapan kakaknya dengan marah. Persetan jika Jeffrient memiliki kekuatan yang berada jauh di atasnya, dia sudah muak dengan segala sikap otoriter kakaknya.
Dominic kembali melirik Johnathan yang kini entah berada dalam fase apa; mati, hidup, atau koma. Memangnya apa risiko paling buruk yang harus dia hadapi jika dengan frontal berusaha melawan kakaknya?
Johnathan jadi seperti itu karena perbuatan Jeffrient. Namun akar masalahnya adalah dirinya sendiri. Karena Johnathan mencintainya. Dan Dominic, tanpa sadar juga merasakan hal yang sama.
Barangkali bukan sepenuhnya akibat patah hati mendalam yang dia rasakan setelah terpaksa harus melupakan Harper. Perasaan itu, sejujurnya mungkin saja telah lama tumbuh namun dia tak pernah menyadarinya.
Namun, segala muasal itu tak lagi penting sekarang. Satu-satunya hal yang penting bagi Dominic kini hanyalah Johnathan. Persetan dengan ketidaksetujuan Jeffrient. Kakaknya boleh pergi ke neraka dengan membawa segala amarah dan penolakannya, Dominic tak akan lagi peduli.
"Urus saja luna-mu. Jangan berani-beraninya kau menyentuh dan mengacungkan taringmu pada dokter Kim!"
Dominic lalu bergerak cepat membawa dokter Kim menjauh dari Jeffrient.
"Tuan Jeong, saya minta maaf, tapi saya tidak pernah bermaksud untuk-"
Ucapan Juan terpotong Dominic yang menggeleng keras dan mencekal lengannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi, dokter Kim? Anda mengatakan itu adalah ramuan untuk mempercepat proses pemulihan tubuh."
Tidak ada kemarahan ataupun ancaman di sana, hanya kekhawatiran yang sangat. Juan menatap Dominic dengan tak enak hati.
"Saya bersumpah, saya tidak berbohong. Itu memang ramuan yang diciptakan oleh nenek saya. Hanya saja... "
Juan terdiam, melirik tubuh Johnathan, lalu berpindah ke layar monitor sebelum kembali menatap Dominic sungguh-sungguh.
"Akar astragalus merah memang memiliki karakteristik yang tidak tertebak, Tuan Jeong. Reaksi yang ditimbulkan pada tiap tubuh bisa saja berbeda, dan tidak pernah dapat diperkirakan secara pasti. Jika saja itu memang berefek buruk, mendiang nenek saya tentulah akan mengatakannya. Namun saya berani bersumpah dengan satu-satunya nyawa yang saya miliki, nenek saya mengatakan akar merah tidak berbahaya dan selalu berhasil melakukan tugasnya."
"Anda... yakin?" tanya Dominic. Wajahnya masih terlihat skeptis dan dipenuhi kekhawatiran. Juan mengangguk.
"Harper adalah teman baik saya. Satu-satunya hal yang saya harapkan ketika meracik ramuan itu, adalah keselamatannya. Begitupun untuk orang yang telah coba dia selamatkan."
"Tapi, Johnathan..."
Terdengar helaan napas dalam. "Lima jam, Tuan Jeong."
Dominic menatap Juan. Dan beta itu mengangguk, melirik takut-takut pada Jeffrient yang menyimak tiap pembicaraan mereka dengan tatapan tajam.
"Nenek saya mengatakan, kita harus menunggu selama setidaknya lima jam untuk benar-benar tahu apakah ramuannya benar-benar telah bekerja."
Dominic mengalihkan pandangan ke tubuh Johnathan dengan sendu. "Tapi, indikator jantung itu... "
"Saya tahu, Tuan Jeong," balas Juan. Dan menggeleng.
"Tapi kita memang harus menunggu. Hanya itu yang bisa kita lakukan."
to be continued...
Winni baru pindah kerjaan ke tempat yg phisically dan emotionally lebih menguras energi, masih butuh penyesuaian makanya lama banget nggak up book ini. Maaf banget ya 🙏 Maaf juga kalau bab ini pendek banget, winni mikirnya yg penting ada yg secepatnya di-up dan bisa kalian baca. Tapi winni bakalan usahain biar bisa segera up lagi. Oke?
Okeeee... yeah
My baby said she wanna dance with the ghost she wants to leave me yeah
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSIDIAN (jaeyong)
Fanfiction[omegaverse] [baku] Secara alami, para alpha hanya akan mencari omega-nya untuk mating dan melanjutkan keturunan. Namun setelah sebuah kejadian menggemparkan sekitar seratus lima puluh tahun lalu di mana terjadi pembunuhan brutal yang dilakukan seor...