Bibirnya merintih sakit, kedua tangannya memeluk perutnya sendiri, ia menungging, menenggelamkan wajahnya di atas tempat tidurnya sendiri. Sedang meratapi nasib karena hari ini adalah hari pertama menstruasinya.
Kedua mata Wonwoo terbuka, ia menoleh dan menatap keluar jendela, cahaya matahari sudah keluar sejak tadi tapi ia tak keluar dari kamarnya sekalipun sejak pagi tadi ia bangun. Ia mendengus kesal, membalik tubuhnya dan berbaring meringkuk.
"Ya! Wonwoo!" Ia terperanjat saat mendengar teriakan ibunya dari luar kamarnya. "Ini sudah jam sepuluh kau tidak mau makan huh?" Nyonya Jeon membuka pintu dan menatap Wonwoo yang meringkuk. Ia menghela napasnya.
Wonwoo menoleh dan mendengus kesal. "Ah ibu.. Jika aku lapar aku akan keluar.." Balasnya dengan wajah kesal.
"Kau ini, selalu saja seperti itu. Padahal itu hal biasa Wonwoo." Balas ibunya.
Wonwoo berdecak kesal. "Itu karena ibu tidak pernah merasakannya." Ia menarik selimut dan menutupi tubuhnya sendiri.
"Aish!" Ibunya keluar dan menutup pintu kamar Wonwoo.
Wonwoo membuka selimut dan mengeluarkan kepalanya, berdecak kesal lagi, ia juga sebenarnya sudah lapar. Tapi ia enggan untuk bangkit. Perutnya serasa dipelintir, kedua kakinya sakit, kepalanya pusing, bahkan kedua payudaranya bengkak.
"Aish, kenapa bukan Bohyuk saja yang terlahir sebagai perempuan!" Kesalnya lalu bangkit duduk. Ia menunduk dan menatap perutnya yang dielus-elus oleh tangan kirinya.
Kedua kakinya bergerak turun, berjalan ke arah kamar mandi dengan sangat pelan dan membungkuk. Karena kedua kakinya serasa begitu berat dan bergetar, ia bahkan memegangi beberapa barang untuk menjadi tumpuan.
Masuk ke kamar mandi, ia berdiri di depan wastafel dengan menunduk, menghela napasnya panjang dan berdiri lebih tegap. Menatap dirinya sendiri yang begitu berantakan, rambutnya tak teratur, tubuhnya berkeringat dingin.
Ia berdecak kesal dan meringis sakit saat merasakan perut bagian bawah yang begitu sakit. Lalu ia mulai merapikan dirinya, mengikat rambut sebahunya dan membasuh wajahnya.
Lalu Wonwoo berjalan keluar dengan pelan, ia keluar kamar, melihat ayah dan adiknya yang sedang menonton televisi. Wonwoo berjalan ke arah meja makan dan membuka tudung makanan dan mengambil piring.
"Setelah makan, antar ini ke rumah bibi Yoon." Ucap ibunya sembari meletakkan tempat makanan yang entah berisi apa.
"Ah ibu.." Wonwoo merengek. "Aku bahkan sudah untuk berjalan keluar dari kamar.. Kenapa tidak Bohyuk saja.." Protesnya.
"Aku?" Bohyuk menimpali. "Ya, noona, aku sedang sibuk." Ucapnya.
"Sibuk apa, kau hanya menonton televisi." Kesal Wonwoo dan mendengus kesal.
"Antar saja Wonwoo." Nyonya Jeon.
Wonwoo menatapnya tidak suka, ia menoleh ke arah ayahnya. "Ayah.." Rengeknya.
"Bohyuk, antar saja ke rumah bibi Yoon." Ucap ayahnya, ia mendapat senyuman lebar dari Wonwoo. "Cepat."
Bohyuk mendengus kesal, ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah meja makan, mengambil tempat itu dan menatap kakaknya dengan kesal.
Wonwoo menjulurkan lidahnya dan meneruskan makannya. Sementara ibunya, kembali ke dapur. Ia makan hanya sedikit dengan pelan karena merasakan sakit di perutnya.
Setelah selesai, Wonwoo bangkit, mencuci piring kotornya seperti biasa dan ia bergabung dengan ayahnya. Ia menyandarkan kepalanya di bahu tuan Jeon. "Ayah.. Sakit." Ucapnya lirih.
Tuan Jeon menoleh. "Ayah tidak tahu rasanya seperti apa.. Tapi wajahmu bahkan sampai pucat. Apa tidak ada obat untuk mengurangi rasa sakitnya?"
"Aku sudah meminumnya.." Wonwoo mendengus kesal. "Tapi tetap sama saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn? No!
FanfictionMINWON • COMPLETED Jeon Wonwoo adalah seorang perempuan tulen, tapi sayang, ia terlalu banyak mengeluh terhadap kehidupannya sendiri karena menjadi seorang perempuan. Ia hanya tidak bisa bersyukur dengan apa yang ia dapatkan. Hingga ia mengucapkan...