#chapter empat belas

8.3K 501 5
                                    

Semua siswa-siswi kelas duabelas Madrasah Aliyah pesantren Tahfidzul Qur'an As-Salam sudah berkumpul di aula  pesantren, tempat antara siswa dan siswi dipisahkan.

Tepat hari Senin, setelah upacara pagi, semua siswa-siswi kelas duabelas pun bersiap menyetorkan hafalan tahlil yang akan di tes langsung oleh Ustadz Ruliyanto.

Intruksi dari sang Ustadz, siswa terbaik dalam hafalan tahlil  dan terpanjang dalam  bacaan hadroh akan menjadi pemimpin untuk acara saat istighosah kelas dua belas nanti.

Setelah semuanya selesai menyelesaikan ujian praktik, satu persatu, kemudian,  dilangsungkan ujian praktek sholat jenazah untuk penutupan praktik terakhir, dipimpin langsung salah satu siswa putra.

Tidak terasa waktu berlalu, acara hari ini berjalan dengan lancar. Ketiga gadis itu, tak lain adalah Aisha, Lisa, dan Maya kini sedang perjalanan menuju kantin utama pondok untuk istirahat.

"Siapa sih istri Gus An'im?"

"Dia pakek cadar yah?"

"Beruntung banget sih yang jadi istri Gus kita itu."

"Pengen diposisi dia deh."

"Mleyot tau,  lihat Gus An'im nge gandeng tangan istrinya waktu itu. Jiwa jombloku meronta-ronta."

Begitulah bisik-bisik, gosip alay para santri yang sedang duduk di kantin sambil menikmati makanan nya.

Aisha yang mendegar itu pun sedikit risih sendiri.

Berbeda dengan  ketiga gadis yang berada di pojok sana, seolah-olah  tidak terima dengan pernikahan itu.

Siapa lagi kalau bukan Fina, Amel, dan Rahma.

"Gue bakal cari tau siapa dia, ihhh Gus gue udah nikah aja" ucapnya sedikit tidak terima.

"Gue bantu Fin, pengen lihat wajahnya, kenapa sampai di tutup-tutupi identitasnya," imbuh Amel  mendukung.

"Gue juga dukung, ya kali dia yang enak bisa dapetin Gus An'im sedangkan kita yang sudah kenal Gus An'im lebih dulu yah kan." Rahma berujar.

Astaghfirullaahaladzim sekali.

Setelah melihat Aisha bersama teman-temannya, ntah kenapa ada perasaan tidak suka di raut wajah Fina, melihat Aisha saat dekat dengan keluarga ndalem membuatnya iri dan menduga sesuatu.

"Jika benar dia orangnya gak akan gue biarin dia hidup bahagia," ucapnya dalam hati.

Sebelumnya malam  itu, tanpa sengaja, Fina melihat Aisha yang keluar  dari ndalem bersama Lisa, dan Maya membawa kopernya. Padahal, pas masuk ke ndalem, Aisha tidak ikut dan juga mereka tidak membawa koper masuk.

"Pasti ada sesuatu, bakal aku cari tau sendiri," senyum smirk itu terukir di bibir salah satu Santri yang mengamati dari jarak tidak begitu jauh.

Aisha dan teman-temannya pun segera pergi dari sana. Ntah kenapa, saat Aisha melihat Fina and the gang terlihat jelas raut wajah tidak suka di wajah mereka. Aisha langsung mengajak kedua sahabatnya.

"Kenapa sih? Tumben-tumbenan langsung ngajak balik? kamu tuh yah aneh banget, tadi minta kesini, nah sudah disini malah minta pergi," ujar Maya kepada Aisha.

"Hehehe gak papa kok, aku mau balik, kalau kalian mau tetap disini monggo silakan," ujarnya, menampilkan gigi putihnya.

Aisha berdiri dan segera pergi, "eh tunggu Sha, ayo Sa."

Melihat keberadaan Fina dan teman-temannya membuat Aisha teringat kembali kejadian waktu itu.

Di perjalanan menuju asrama tepat di samping ndalem.

GUS MBELING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang