Wajib vote komen!
~Happy reading~
🔥🔥🔥
Acara yang diadakan di pesantren mulai dari jam 19.15, setelah selesai sholat isya' sampai selesai. Hajatan kecil-kecilan dan sedikit perayaan yang diramaikan oleh para santri dan kerabat terdekat membuat terkesan meriah.Suara hadroh yang dimainkan para santri melantun indah keseluruhan penjuru. Angin malam, disambut dengan lantunan sholawat oleh para santri di lapangan pesantren.
*****
Setelah acara selesai, Aisha merasakan sakit di area perut, kram yang sangat luar bisa.
"Kenapa, sayang?" tanya Gus An'im yang melihat Aisha yang menyenderkan kepalanya di tembok setelah selesai sholat sunnah malam.
Aisha meremas perutnya yang semakin dahsyat sakitnya. Guna menghilangkan rasa sakit itu, walaupun tidak bereaksi, ia tetap melakukan nya.
"Nggak tau, dari tadi sakit, tapi nggak sesakit ini," lirih Aisha.
Gus An'im berbalik badan dan mendekat ke arah Aisha, "Tadi makan apa aja, hmm?" tanya Gus An'im, terdengar khawatir.
Aisha tidak langsung menjawab, ia hampir lupa ia makan apa saja karena rasa sakit itu tidak membiarkan otaknya berfikir sehat.
"Auhh, sakittt," racau Aisha tidak menghiraukan pertanyaan sang suami, bukannya apa, tapi ia tidak bisa banyak berbicara dengan kondisinya yang seperti ini.
Gus An'im yang tidak tega melihatnya pun tak ingin bertanya banyak. Ia ikut merasakan rasa sakit yang dialami sang istri saat melihat rintihan lirih dari mulut Aisha. Ini kali ke dua melihat Aisha bereaksi seperti ini selama pernikahannya.
Biasnaya, pertanda akan datang bulan seperti biasa.
Tanpa meminta izin, Gus An'im membuka mukena yang masih dipakainya. Ia membuka perlahan, karena rasa sakit, Aisha tidak bisa menolak apa yang akan Gus An'im lakukan.
Setelah itu, Gus An'im langsung saja menggendong tubuh Aisha, dan membaringkannya nya di ranjang.
"Guling," racau Aisha sembari memejamkan mata menahan sakit.
Seperti biasa, disaat perut perempuan itu sakit, guling lah yang membantu meredakan rasa sakitnya. Ia akan memeluk erat guling itu, menerkam, dan melampiaskan semuanya.
Gus An'im yang sudah sangat khawatir hanya bisa mengusap rambut Aisha dan menenangkan, ia tidak tau harus berbuat apa.
Aisha tetaplah Aisha, yang sangat keras kepala tidak mau ke dokter dan minum obat, alibi pahit, kalau ia meminumnya ia akan tambah sakit. Jadi semua keluarga tidak ada yang mau memaksa akan hal itu, begitupun dengan Gus An'im.
Sudah lima belas menit, Aisha berguling-guling kesana kemari, melampiaskan rasa sakit itu.
"Sudah keluar?" tanya Gus An'im terdengar ambigu, tapi Aisha tau maksud dari pertanyaan Gus An'im.
Aisha hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan sang suami, sambil memeluk erat guling, menengkurepkan tubuhnya, dan menenggelamkan wajahnya.
"Tidur yah, aku elusin perutnya, biar sakitnya mereda. Udah malam juga kamu pasti kecapekan kan seharian nggak istirahat." Jam sudah sangat larut, Aisha masih terus merintih kesakitan.
Gus An'im tidak bisa tidur melihat sang istri merintih terus menerus. Ia menyenderkan kepalanya di senderan ranjang, Aisha ikut memosisikan tubuhnya seperti Gus An'im, duduk dan menyenderkan kepalanya di dada bidang sang suami.
Tangan Gus An'im tidak bisa diam terus menerus mengelus perut rata Aisha. Ia rela tidak tidur asal sang istri tidak lagi kesakitan.
"Sudah mendingan?" tanya Gus An'im dan mendapat anggukan kepala oleh sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS MBELING
EspiritualKisah ini menceritakan tentang seorang Gus bar-bar dan Ning jutek. Dua insan yang memiliki karakter bertolak belaka, namun takdir menyatukan dalam ikatan halal. Bermula dari pandangan pertama, si Gus yang sering menjahili santrinya. 🌼🌼🌼🌼🌼 Dia...