Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah
Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Yaa Siin HabiibillaahTawassalnaa Bibismillaah Wabil Haadi Rasuulillaah
Wakulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaahllaahi Sallimil Ummah Minal Aafaati Wanniqmah
Wamin Hammin Wamin Ghummah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah"Kakek-kakek, nanti kalau sudah pulang, Alish sama Aish mau bilang sama Ummi, Abi. Kita mau mondok jauh, kata ka Iffah, kita harus cari ilmu yang banyak biar kelak jadi orang pintar berguna, iyah, kan Alish?" tanya gadis kecil bernama Aisha kepada kembarannya, setelah ketiga penghuni mobil itu berhenti bersholawat.
Kedua cucu dan kakek itu baru pulang dari undangan disebuah pesantren, milik temannya sang Kakek. Kini, ketiganya sedang perjalanan pulang kerumah.
"Iyah, yang penting ilmu akhirat dan perbanyak pahala untuk kehidupan disana nanti. Kata Abi waktu itu, kita di dunia itu hanya sementara. Ibarat seorang musafir yang singgah dirumah seseorang untuk menumpang minum. Ingat, kita akan kembali kepada Allah, iyah, namanya mati, kita bakal mati, ntah kapan itu, hari ini, besok, ntah kemudian hari. Yang tau hanya Allah," tanggapan Alisha menambahi ucapan saudaranya.
"Nanti kita mati bareng, yah Alish. Kita kan kembar, lahir bareng, meninggal juga harus bareng," kata Aisha kepada Alisha, saudara kembarnya dengan sangat polosnya.
Laki-laki paruh baya yang mendengar itupun, pendengarannya menjadi sensitif. Ia tidak ingin kedua cucunya berkata seperti itu.
"Husss, nggak boleh ngomong gitu, kakek nggak suka yah, hidup dan mati sudah Allah atur, ayo istighfar dan minta ampun," peringat sang Kakek.
"Astaghfirullaahaladzim, ampuni Alish sama Aish ya Allah," ucap keduanya. "Takdir sudah Allah atur, kita sebagai hamba hanya bisa berdoa, agar diselamatkan dari kehidupan dunia yang keras ini dan kehidupan akhirat yang kekal. Dimudahkan urusannya didunia dan diakhirat kelak," sang Kakek kembali memberi pengertian kepada kedua cucunya.
"Aamin," serempak, kedua bocah berumur empat tahun itu mengamininya.
"Singkatnya, kita perbanyak mencari ilmu akhirat yah kek, sesungguhnya siksaan akhirat lebih pedih daripada siksaan dunia," kata Alisha bijak.
"Iyah sayang, kita diciptakan di bumi ini guna mencari ilmu untuk kehidupan akhirat kelak. Namun, ilmu dunia juga perlu dan harus seimbang dengan ilmu akhirat, begitupun sebaliknya."
"Kakek, Alish mau tidur. Capek, dan ngantuk banget," ucap Alisha. Sang Kakek pun mengusap lembut kepala cucunya itu.
"Selamat bobo, cantiknya Kakek," dengan senyum sayang, sang Kakek membelai pipi Alisha.
Sebelum Alisha memejamkan matanya, Aisha memberi tawaran. "Alish, kamu nggak mau pindah kebelakang? Tidur didepan itu nggak enak," ujar Aisha, posisi gadis itu ada dibelakang, dan Alisha kembarannya ada didepan.
"Nggak papa, disini saja."
"Oke, Alish. Selamat bobo cantik."
"Terimakasih, Aish. Nanti kalau sampai jangan lupa bangunin Alish yah. Kita kan sebrojol sehidup semati," canda gadis itu.
"Apaan sii, Kakek udah ngelarang kita bahas mati-mati."
"Iyah, deh iyah. Afwan Kakek," ucap Alisha kepada kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS MBELING
SpiritualKisah ini menceritakan tentang seorang Gus bar-bar dan Ning jutek. Dua insan yang memiliki karakter bertolak belaka, namun takdir menyatukan dalam ikatan halal. Bermula dari pandangan pertama, si Gus yang sering menjahili santrinya. 🌼🌼🌼🌼🌼 Dia...