#hapter tiga puluh dua

5.7K 367 106
                                    

Dalam diam, seorang gadis tengah memperhatikannya ketiga arjoli yang sedang berbincang dari jarak beberapa meter.

Beliau Kyai Hanafi, Gus Haikal, dan juga Gus An'im. Ntah apa yang di bicarakan, ketiganya sangat menikmati paginya dengan teh dan makanan ringan sebagai hidangan.

Sudut bibir perempuan itu berkedut, sebuah lengkungan terukir indah di wajah cantiknya.

Karena sedang bergulat dengan fikirannya sendiri, sampai-sampai perempuan itu tidak menyadari kedatangan seseorang.

Tepukan dipundak membangunkannya dan membuatnya tersentak kaget. "Eh, Ka Misya," rekfle Aisha berucap, kemudian tersenyum untuk mengubah mimik wajahnya.

"Kenapa ngelamun gitu, Dek?" tanya Ning Misya kepada adik iparnya, Aisha. Perempuan itu mulai memosisikan duduknya di samping Aisha.

Aisha menyambutnya dengan senyum hangat. "Nggak ada apa-apa, Kak. Aisha hanya suka aja lihat mereka kumpul seperti itu," alibinya menunjuk ke arah ketiga laki-laki yang sedang mengobrol santai.

Ning Misya hanya mengangguk kepala, walaupun ia merasa ada sesuatu yang sedang mengganggu fikiran Aisha, dirinya memilih diam.

Jika saja Aisha ingin membagi kepadanya dengan senang hati ia akan memberikan telingan untuk mendengar semua keluh Aisha. Namun dirinya tidak memaksa.

"Ummi dimana Kak, Kak Misya ada lihat Ummi nggak?" tanya Aisha kepada Ning Misya.

"Ada di kamar, Dek. Beliau lagi muraja'ah tadi," jelas Ning Misya memberitahu.

Aisha pun meminta izin untuk menemui Ummi Syifa, Ning Misya pun mengizinkannya. Setelah kepergian Aisha, Ning Misya juga pergi dari sana untuk menemui seseorang yang ada di asrama.

Dengan langkah pelan, Aisha membuka daun pintu dengan sangat pelan karena takut mengganggu sang Ummi yang sedang muraja'ah.

Langkah kakinya selangkah masuk kedalam, suara merdu mengisi setiap sudut ruangan, tidak diragukan lagi siapa sang pemilik suara itu.

Yah, sang pemilik suara itu adalah Ummi Syifa, yang melantunkan indah setiap ayat demi ayat. Beliau masih belum menyadari keberadaan putrinya.

Dengan manja, Aisha menyenderkan kepalanya di bahu sang Ummi setelah mendudukkan diri disampig Ummi Syifa.

Ummi Syifa pun tersenyum menyadari akan hal itu. Namun, bibirnya tetap melanjutkan bacaan ayat suci Al-quran hingga ayat paling bawah.

Aisha masih setia menunggu dan menikmati keindahan suara merdu milik sang Ummi. Sungguh, nikmat manakah yang kamu dustakan?

"Shodaqollaahul 'adzim." Ummi Syifa menyelesaikan bacaan Al-quran dengan bacaan tasdiq.

Seperti biasa, momen dimana dulu rutinitas dirinya bermanja-manja dengan sang Ummi. Ummi Syifa merapikan mushaf dan menempatkannya diatas meja. Kemudian, Aisha menjadikan pangkuan Ummi Syifa sebagai bantalan.

"Kenapa hmm, semua baik-baik saja?" tanya Ummi Syifa sembari  memperhatikan wajah ayu putrinya dan mengelus puncak kepala Aisha.

Aisha memejamkan matanya dan menganggukkan kepala.

"Apa kabar dengan Alisha?" tanyanya tiba-tiba, sorot matanya memandangi langit-langit kamar sebelum memejamkan mata.

GUS MBELING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang