Jam 14.36. Aisha meminta izin kepada Gus An'im untuk kembali ke asrama. Gus An'im pun mengizinkannya, karena akan masuk waktu asar dan kelas Tahfidz di jam 15.30 kurang lebih akan masuk.
Aisha dan Gus An'im sempat muraja'ah bersama setelah sholat dzuhur. Untuk yang ke beberapa kali setelah halal, kedua pasutri ini bermuraja'ah bersama.
Kedua pasangan ini sangat lucu, ketika Aisha yang jutek dan Gus An'im yang bar-bar menjaili sang istri membuat Aisha ngomel-ngomel dan menjadi cerewet untuk hari ini.
"Aisha pamit nggih, Gus, assalamualaikum," pamit Aisha, seraya mengambil tangan sang suami.
"Masih manggil Gus lagi?" tanya Gus An'im membuat Aisha mengerutkan keningnya.
"Mau dipanggil pak lagi?' tanya Aisha balik tatapan tidak terima.
"Yah nggak gitu juga lah Ning, mas aja yah, biar kayak suami istri."
Astaghfirullah, berarti selama ini nggK kayak suami istri yah? Ahahah ^^
Mendengar keluhan Gus An'im membuat Aisha gak enak hati. Aisha tersenyum membuat mood Gus An'im yang kembali membaik, "BAIKLAH MAS GUS," ucap Aisha dengan menekankan setiap katanya, mampu membuat mata Gus An'im berbinar, Aisha tertawa melihatnya.
"Kok ada Gus nya sih," Gus An'im masih sedikit protes.
"Biar kelihatan beda, mas Gus aja yah," Aisha memperlihatkan puppy eyes nya. Sungguh bukan Aisha.
"Ya sudah deh terserah kamu, Ning, asal jangan pak Agus," ujar Gus An'im membuat Aisha tertawa mendengarnya.
Gus An'im menyodorkan punggung tangannya, membuat Aisha bingung, "buat apa Gus?" tanyanya polos.
Gus An'im menyentil jidat Aisha pelan, lalu sang empu meringis sambil mengelus jidatnya yang tidak terasa sakitnya itu. " salim Ning," ucapnya membuat Aisha menepuk jidat dan tertawa kuda.
"Oiya, hampir lupa." Tanpa di minta kembali, Aisha langsung mengambil punggung tangan suaminya dan menempelkan di kening untuk ia cium.
Setelah menempelkan di kening, Aisha pun melepaskan jabatan tangannya, dan sedikit menegakkan tubuhnya. Dengan gerakan cepat sesuatu menempel keningnya membuat nya mematung.
Cup
Kecupan singkat mendarat di kening Aisha untuk yang ke tiga kalinya. Sungguh sangat tidak aman untuk jantungnya.
Gus An'im terkekeh gemash melihat Aisha yang membeku, di tambah lagi terlihat jelas pipinya memerah bak kepiting rebus, dicubitnya kedua pipi Aisha, membuat sang empu mengadu kesakitan, "sakit Gus..." renggeknya, sambil mengelus pipinya yang jadi korban barusan.
"Aisha pamit dulu, mas Gus, dada." Aisha melambaikan tangannya dan pergi dari sana.
Ummi Hanan, Kyai Mahmud, yang baru datang dan melihatnya pun ikut senang keduanya bisa akur. Panjatan doa untuk keduanya terucap dalam hati beliau.
Ummi Hanan menghampiri putranya. "Bahagia selalu, putraku." Ummi Hanan tersenyum hangat seraya membelai rambut sang anak dengan sayang.
"Iyah Mik, alhamdulillah. Jazakillah khair untuk doa baiknya," ucapnya seraya mengelus pergelangan tangan Ummi Hanan yang berpindah di rahangnya dengan senyum hangat.
"Ya sudah, Ummi ke kamar dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."
Dengan perasaan bahagia, Gus An'im menaiki tangga menuju kamarnya dengan senyum yang masih terus merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS MBELING
SpiritualitéKisah ini menceritakan tentang seorang Gus bar-bar dan Ning jutek. Dua insan yang memiliki karakter bertolak belaka, namun takdir menyatukan dalam ikatan halal. Bermula dari pandangan pertama, si Gus yang sering menjahili santrinya. 🌼🌼🌼🌼🌼 Dia...