Bismillah dulu, vote komen nya jangan lupaaa!
•
•
•
•Dua hari kemudian, Aisha sedang berjalan keluar dari ndalem bersama Maya dan Lisa. Selama keluarga ndalem tindakan sedari kemarin, Ning Nadia memintanya dan juga kedua sahabatnya tetap nginep di ndalem. Aisha pun tidak takut di curigai santri lain.
Tiba-tiba saja, langkahnya terhenti oleh kedatangan ketiga Ustadzah, sekaligus ketua pengurus pesantren di depannya. Ustadzah Elsa, Ustadzah Dian, dan juga Ustadzah Nila.
Raut wajah ketiga Ustadzah itu berubah menjadi merah padam, seperti menahan amarah besar. Ketiga kening Santri itu pun mengerut, tidak tau menahu, ada apa gerangan. Adakah masalah? Pertanyaan itu lah yang tersemat di kepalanya.
Aisha pun masih dalam keadaan tenang, karena ia rasa, dirinya tidak melakukan kesalahan yang melanggar peraturan pondok. Sekaligus, dirinya lebih fokus mengurus berkas di ndalem, tidak juga keluar dari luar pesantren. Jadi apa yang di khawatirkan? Namun, kejadian di depan matanya membuatnya tegang.
"AISHA!" Suara menggelar dan tegas milik Ustadzah Elsa dan juga Ustadzah Dian membuat Aisha kaget bukan main. Beda dengan Ustadzah Nila, yang terkenal menjadi ustazah paling kalem hanya diam mengikuti dua Ustadzah itu dari belakang.
Ada apa ini? Kesalahan apa yang diperbuatnya, hingga membuat beliau semarah itu.
"Af-wan Ustadzah, kenapa cari saya? Adakah kesalahan yang saya perbuat, sehingga njenengan menemui saya?" tanya Aisha hati-hati, ia berusaha menetralkan raut wajah tegangnya karena bentakan dari beliau.
Detak jantungnya sudah berpompa dua kali lebih cepat, saat mendapat bentakan di luar dugaan Aisha.
Tanpa Aisha duga, pergerakan Ustadzah Elsa membuat Aisha mengikuti langkahnya yang entah membawanya kemana.
Beliau menyeret Aisha ke tengah lapangan dengan sangat kasar. Maya dan Lisa mengekorinya dari belakang, dan mencoba meminta penjelasan dari para Ustadzah. Namun, keduanya terabaikan karena kemarahan beliau.
Aisha menggenggam pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman tangan dari Ustadzah Elsa, yang memiliki tenaga lebih besar darinya, jadi membuat Aisha kewalahan.
Setelah sampai di tengah lapangan, ia sudah melihat banyaknya santriwan-santriwati di sana, tanda tanya tersemat di kepala ketiga santri itu, termasuk Aisha.
Plakkk!
Tiba-tiba, satu tamparan mendarat di pipi mulus gadis itu setelah sang pelaku menahannya sedari tadi, amarahnya tidak tertolong lagi. Panas yang gadis itu rasakan, rasa sakit membuat rasa ngilu hingga menyalur ke tulang rahangnya.
Refleks, kedua tangannya menagkup pipi yang terasa panas saat merasakan kejamnya tangan Ustadzah Elsa menampar pipinya, guna menutupi wajahnya yang memerah.
Ada apa ini?
Maya dan Lisa melotot tidak percaya. Beraninya mereka memperlakukan Aisha, Ningnya seperti itu. Beraninya mereka membuat keputusan sendiri tanpa persetujuan ndalem. Walaupun ndalem menitipkan tanggung jawab itu kepada para pengurus, mereka tidak berhak melakukan itu. Ning Nadia juga tidak tahu menahu soal ini. Sungguh diluar batas keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS MBELING
SpiritualeKisah ini menceritakan tentang seorang Gus bar-bar dan Ning jutek. Dua insan yang memiliki karakter bertolak belaka, namun takdir menyatukan dalam ikatan halal. Bermula dari pandangan pertama, si Gus yang sering menjahili santrinya. 🌼🌼🌼🌼🌼 Dia...