14. tu eres la melodía

307 17 0
                                    

•••

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Trenggg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trenggg

Suara piano terdengar bising saat seorang gadis menekan tuts dengan seluruh jarinya secara bersamaan. Sudah satu jam ia berada di ruangan musik sekolahnya untuk menyiapkan lagu aransemen yang akan ia lombakan.

Namun ... entah mengapa tidak ada satupun nada indah yang berhasil ia ciptakan. Berulang kali ia menyambungkan nada satu dengan nada yang lain. Akan tetapi tidak ada satu pun yang terasa pas menurutnya.

Ceklek

Suara pintu ruangan terbuka. Diiringi dengan langkah kaki yang turut masuk ke dalam. Hazel mendengarnya, namun gadis itu seakan enggan untuk melihat ke arah sumber suara. Ia pikir itu adalah sesama teman ekstrakurikulernya yang juga ingin latihan.

Hazel mulai menekan kembali tuts-tuts piano di depannya. Gadis itu berusaha mengabaikan langkah kaki yang semakin mendekat padanya dengan lebih memilih tetap fokus ke permainan musiknya.

"Coba tekan dan tambahin pola ini,"

Teng...Cling....Teng....Teng....Ting

"Pas bentuk satu coba kamu gabungin chord yang ini,"

"Nah, nanti pola satu di kiri kanan pas mau ke pola dua pindahkan agak ke tengah,"

Hazel tersentak saat sepasang tangan tiba-tiba muncul dari sisi kanan dan kiri seperti mengurungnya. Apalagi suara pemilik dari tangan tersebut adalah suara yang sangat dikenalinya.

"K-Kak Arthur?"

Hazel mendongak ke atas secara perlahan. Dan di detik itu juga ia dapat melihat pemandangan wajah Arthur berada tepat di atasnya.

Netra keduanya saling bertubrukan memandangi satu sama lain. Mereka bertatapan cukup lama seakan melepaskan rindu yang telah banyak terpupuk.

"Mi querida," sapa Arthur mulai mengembangkan senyuman manisnya.
(**sayangku**)

Hazel tertegun. Jantung gadis itu seketika berdetak lebih cepat dari biasanya. Dua kata dari Arthur tadi sangat-sangat mampu membuat rasa bahagia Hazel memuncak dan membuat perasaannya menjadi terombang-ambing.

Senyum gadis itu tidak lagi dapat tertahan. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman yang manis. Bahkan pipinya mulai memerah tersipu malu.

Tidak sedikit pun bola mata Hazel teralihkan dari Arthur. Ia masih setia menatap Arthur yang juga menatapnya.

Netra berwarna abu-abu, bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan rambut yang terlihat acak-acakan mendominasi di penglihatan Hazel. Sungguh, ia sangat merindukan menatap pria itu dari jarak sedekat ini.

Arthur [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang