Puncak Acara

4.1K 641 49
                                    

Acara makan berakhir dengan sukacita bagi tamu yang lain, berbanding terbalik dengan seseorang yang terlihat begitu antusias menanti puncak acara. Dan inilah yang sangat dinanti-nantikannya, ketika tuan besar Xiao berbicara di atas panggung lalu disusul oleh putranya juga beberapa tamu yang akan memberikan kesan pesan perjalanan hidup seorang tuan besar Xiao.

Hingga saat di bagian keluarga Wang yang naik ke atas panggung, tuan Wang memberikan banyak kesan perihal tuan besar Xiao lalu di lanjutkan oleh sang istri. Mulanya memang berbicara perihal kesan pesan seorang tuan besar Xiao lalu mulai di lencengkan kearah lain sesuai skenarionya.

"... berhubung saya sedang berdiri disini, saya juga ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada keluarga besar Lan yang telah bersedia menaungi perusahaan kecil Wang hingga dapat berkembang pesat seperti sekarang ini. Kami bukanlah apa-apa tanpa kebaikkan keluarga besar Lan. Dan seperti yang sudah diumumkan oleh tuan Xiao, saya juga ingin menyampaikan selamat atas pertunangan tuan muda Lan Wangji" ucapan nyonya Wang sejauh ini tidak dirasa ada yang salah sehingga semua bertepuk tangan.

Tuan Wang hendak menarik sang istri untuk turun namun nyonya Wang menahannya, membuat tuan Wang mengernyit bingung.

"Hm, maafkan saya sebelumnya, tapi ada sesuatu yang membuat saya gelisah, beberapa saat lalu saya mendapatkan berita yang cukup mengejutkan dan saya rasa saya harus menyampaikan ini semua kepada yang bersangkutan karena saya sudah menganggap keluarga Lan sebagai bagian dari keluarga saya"

Kalimat ini membuat semua orang bungkam karena penasaran, Lan Qiren, Lan Xichen dan Lan Wangji sendiri hanya menatap datar, menanti apa yang akan diucapkan oleh nyonya Wang.

Rasa penasaran seluruh tamu semakin dibuat membuncah ketika layar menampilkan rentetan video yang menampilkan sosok Wei Wu Xian?

"Bila kalian bertanya apakah di foto tersebut adalah tuan muda Wei, jawabannya adalah bukan"

Ucapan nyonya Wang langsung menimbulkan seisi ruangan berisik karena saling berbisik-bisik. Wei Wu Xian sendiri menegang namun wajahnya berusaha berekspresi datar. Lan Wangji yang tidak ingin menimbulkan kecurigaan, meremas tangan Wei Wu Xian, memberikan kekuatan dan dukungan mental. Dirinya tidak bisa langsung menariknya pergi karena akan membuat semua orang semakin gencar berspekulasi negative.

Wei Changze dan Cangse Sanren bahkan sudah melotot terkejut tanpa bisa ditahan, membuat nyonya Wang yang melihat itu, tersenyum puas.

"Dia adalah Xiao Zhan, mendiang menantu saya. Salah! Ternyata dia belum meninggal dan kita semua sudah melihatnya sendiri disini, di ruangan ini. Dia.." nyonya Wang menunjuk Wei Wu Xian "dia adalah Xiao Zhan. Dia bukan Wei Wu Xian. Tuan Wei, tuan Lan, kalian telah dibohongi oleh dia. Dia bukan Wei Wu Xian yang kalian kenal. Dia Xiao Zhan. Dia bahkan membohongi kami, memanipulasi kematiannya hingga membuat putraku hancur karena kehilangannya. Xiao Zhan, apa kau begitu mencintai harta hingga harus melangkah sejauh ini?" cercanya.

Tubuh Wei Wu Xian sudah gemetar tanpa dapat dicegah. Dadanya sesak. Lagi, nyonya Wang menindas mentalnya. Mulutnya sampai kelu karena tak mampu berkata-kata.

"LANCANG!!" Wei Changze menggebrak meja, menatap murka kearah nyonya Wang "apa maksud anda?" desisnya tajam.

Nyonya Wang memasang wajah prihatin "itu kenyataannya tuan Wei. Sosok yang kalian bilang putra kalian, yang duduk disini, itu bukan putra kalian. Kalian semua ditipu olehnya"

"Kalau dia bukan putra kami, lalu dimana putra kami?" kali ini Cangse Sanren yang menatap nyonya Wang penuh intimidasi.

"Menurut informasi yang saya dapat, putra kalian telah meninggal, dan Xiao Zhan memanfaatkan keadaan itu" jawab nyonya Wang berpura-pura sendu "saya turut berduka cita, tuan dan nyonya Wei"

Bless RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang