Wang Yibo terjatuh di sisi mobilnya, berteriak melampiaskan kesedihannya di basement sepi itu. Mencengkram dadanya yang terasa sakit, Wang Yibo benar-benar menangis histeris, percis seperti saat mendengar kabar kematian istrinya. Sekuat apapun Wang Yibo mencoba kuat dan bertahan menjalani hari-hari nya, Wang Yibo tetaplah manusia yang memiliki hati juga perasaan.
Disini, di tempat sepi ini, dirinya meluruhkan kekuatannya, hatinya sakit hingga tidak mampu menahannya. Wang Yibo terus menyalahkan dirinya yang tidak mampu melindungi istrinya dulu. Bahkan sampai saat ini, orangtuanya tetap membenci Xiao Zhan nya. Wang Yibo menyerah. Bukan karena tidak mencintai Zhan nya lagi tapi justru karena ini yang terbaik. Xiao Zhan hanya akan terus menderita oleh orangtuanya bila Wang Yibo memaksanya kembali. Tidak mungkin kan, Wang Yibo melenyapkan orangtuanya sendiri? Wang Yibo sadar, Xiao Zhan nya bukan untuknya, dia tidak bisa egois lagi, terlebih Xiao Zhan nya sudah memiliki identitas baru, keluarga baru, cinta yang baru yang mampu melindunginya dari semua kesulitan dunia.
Walau hatinya sakit namun Wang Yibo juga lega karena Xiao Zhan nya sudah bahagia sekarang. Xiao Zhan sangat pantas mendapatkan kebahagiaan itu semua.
Di saat Wang Yibo sibuk menangis untuk melegakan hatinya, sebuah pelukan hangat melingkupi tubuh kekarnya. Menyadari siapa yang memeluknya, Wang Yibo semakin menangis, menunjukkan sisi terlemahnya saat ini. Sosok itu mengelus kepala Wang Yibo dengan kelembutan.
"Kau melakukan hal yang luar biasa hebat dan benar, Yibo. Walau menyakitkan, tapi kau pasti bisa melewatinya. Menangislah, aku menemanimu disini. Lepaskan semua bebanmu tapi ku harap, setelah ini, kau mampu melangkah untuk mengejar kebahagiaanmu. Sudah cukup kau terpaku karena rasa bersalahmu, buku masa lalumu sudah berakhir dan siap ditutup. Mulailah membuka lembaran baru, oke?" ucapnya lembut.
Wang Yibo meremas pakaian pada punggung omega yang memeluknya "apa aku bisa? Ini terlalu menyakitkan" lirihnya.
Omega itu sedikit melerai pelukan agar dapat menangkup wajah Wang Yibo, mengusap air mata yang terus menetes dengan penuh kelembutan "pasti bisa. Bukankah sangat tidak adil bagiku bila aku ditakdirkan dengan mate yang lemah, Yibo?" candanya.
Wang Yibo semakin menangis "kau tahu aku brengsek, kenapa kau bisa menerimaku semudah itu?"
Omega itu menautkan alis "kata siapa aku menerimamu? Aku tidak mau menerimamu bila hatimu belum pulih dan cintamu belum tumbuh. Aku pernah mengatakannya waktu itu bukan? Aku sebagai mate mu ingin menjadi masa depanmu bukan dalam bayangan masa lalumu. Sampai kau belum melangkah pergi dari masa lalumu, aku tidak akan pernah mau menerimamu. Lihatlah aku, Yibo. Aku mempesona. Kalau aku lelah menunggumu, aku akan dengan mudah mendapatkan alpha lain, jadi jangan tertekan dengan keadaan kita. Perbaiki dulu hatimu dengan benar" ucapnya sambil mengusap terus air mata Wang Yibo.
Wang Yibo menunduk "jadi apa aku sudah bisa tahu namamu?"
Omega itu menggeleng "ku juga sudah katakan bahwa aku akan mengatakannya bila kita bertemu di ketidak sengajaan 3 kali. Ini baru 2 kali, Yibo. Nanti. Bila kita bertemu lagi, aku benar-benar mempercayai kau jodohku, Yibo. Walau kau mate ku, belum tentu kita berjodoh" kekehnya.
Wang Yibo mengangguk "terimakasih sudah menemaniku sekarang dan kenapa kau bisa disini?"
Omega itu tersenyum "kebetulan dan aku tidak bisa memberitahumu lebih jauh atau kau dengan seenak jidat akan mencari informasi tentangku. Saat ini, bukan tentangku melainkan dirimu. Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah lebih baik?"
Wang Yibo menepis kasar wajahnya yang sudah dipenuhi bekas air mata "ya lebih baik".
Omega itu mengangguk dan melepaskan pelukannya "kalau begitu aku pergi. Jangan berani kau mencoba mengejarku, oke?" ancamnya.
Wang Yibo terkekeh "hm pergilah. Terimakasih"
"Syukurlah kau sudah bisa tersenyum lagi. Ingatlah. Kau kuat, Yibo" omega itu tersenyum dan mengelus singkat pipi Wang Yibo "dan aku bangga padamu"
Cup
Omega itu mencium mata Wang Yibo "jangan menangis lagi, Yibo. See you when I see you" lalu omega itu pergi meninggalkan Wang Yibo begitu saja.
Di lain tempat, dimana aura gelap masih mencekam. Lebih membuat gelap karena Wei Wu Xian yang tiba-tiba pingsan karena sudah tidak kuat menahan sesak dadanya. Lan Wangji dan Cangse Sanren langsung membawanya pergi dari aula tanpa pamit pada tuan rumah acara.
Sedangan Wei Changze sebelum beranjak dari aula, menatap tajam pada nyonya Wang "anda akan membayar mahal untuk kejadian ini. Beraninya anda mengatakan putra kami meninggal disaat dirinya sedang sehat. Apa anda mendoakan hal buruk pada keluarga kami? Ingat ini baik-baik tuan dan nyonya Wang. Akan saya pastikan kalian mendapat balasan setimpal bahkan mungkin lebih. Dan anda juga tuan Xiao. Acara anda bahkan dijadikan ajang hinaan pada kami dan anda tidak tahu? Kami merasa kecewa saat ini. Ini terakhir kalinya saya dan keluarga saya berhubungan dengan Wang dan Xiao dalam segi apapun. Permisi"
Lan Qiren juga berdiri dengan raut kecewa "memalukan" desisnya sebelum menyusul Wei Changze pergi. Lan Xichen dan Jiang Cheng juga langsung beranjak dan lagi, Jiang Cheng memberikan sindiran pedasnya sebelum berlalu "teliti lawanmu sebelum menyerang bila tidak ingin menjadi bahan cemoohan. Pantas saja bisnismu selalu gagal karena kau terlalu bodoh dan gegabah. Tidak pernah belajar dari pengalaman heh? Perusahaanmu bertahan hanya karena putramu yang syukurnya tidak menurunkan otakmu dan pastinya karena sokongan Xiao juga Lan, tapi setelah ini? Aku turut berduka cita pada Wang Yibo memiliki orangtua seperti kalian. Secara tidak langsung kalian menghancurkan karir juga masa depannya, ckck"
Sepeninggalan semua orang disana, nyonya Wang hanya diam dengan tatapan kosong, memikirkan apa yang sudah dirinya lakukan? Kenapa jadi seperti ini? Ini bukan rencananya, ini benar-benar hancur.
"Kau puas? Setelah dulu Xiao Zhan, kau bahkan tidak berhenti? Kali ini, aku benar-benar tidak bisa. Aku lelah meladeni dan mentolerir sikap sifatmu yang menjadi tidak ku kenali lagi. Harusnya aku sadar bahwa aku semakin menjadi orang buruk setelah bersamamu tapi cintaku terlalu buta sampai aku bahkan meninggalkan keluargaku, mengkhianati sahabatku, ikut andil dalam penderitaan anak sahabatku, dan kini bahkan kau akan menghancurkan Wang Yibo, putra kita sendiri. Ambisi mu sudah merubahmu menjadi iblis. Aku sudah tidak bisa lagi, semakin aku bertahan denganmu, semakin aku memupuk dosa yang tidak ada habisnya. Aku masih bisa menutup mata untuk semua hal walau itu menghancurkan diriku, tapi aku tidak bisa diam lagi saat kau membawa dampak buruk pada masa depan putraku. Aku akan memberikan surat perceraian kurang dari 24 jam pada pengacaraku, tolong kau tanda tangani. Kau jangan khawatir, aku dan Yibo akan pergi dengan tangan kosong. Kau bisa nikmati harta yang kau kumpulkan selama ini. Aku dan Yibo tidak akan membawa apapun. Selamat tinggal dan terimakasih sudah menjadi istriku selama 30 tahun ini" lirih tuan Wang dengan air mata berderai. Tuan Wang menyesal. Sangat menyesal. Mungkin ini semua adalah bayaran atas dosa yang sudah dia lakukan. Dirinya tidak masalah lagi bila hidup tanpa gelimang harga. Dirinya merasa malu sekarang. Malu pada dirinya sendiri yang tidak dapat menuntun istrinya menjadi lebih baik. Bukan tuan Wang yang menuntun pada yang lebih baik, justru dirinya yang ikut terjerumus pada kubangan dosa.
Dengan langkah berat, tuan Wang meninggalkan sosok yang telah menjadi istrinya selama ini. Dirinya menikah dengan tidak ada nya harta maka dirinya juga akan berpisah dengan tidak membawa harta. Selama ini tuan Wang toh tidak merasa bahagia dengan harta yang dimiliki. Kehilangan keluarga, kehilangan sahabat, dan kehilangan putranya. Wang Yibo yang tidak memandang hormat lagi, tidak lagi merasakan bangga menjadi anaknya, bahkan mengatakan kecewa terlahir sebagai anaknya, sungguh menyayat hati tuan Wang. Bukan ini yang diinginkannya. Bukan!
Namun lagi, penyesalan memang selalu datang terakhir dan mungkin dengan keputusan ini, tuan Wang dapat melanjutkan hidupnya dengan lebih tenang. Kini fokusnya adalah melindungi masa depan Wang Yibo. Putra satu-satunya yang amat dikasihinya. Korban dari semua ambisi dan dosa orangtuanya. Bila tuan Wang harus mencium kaki tuan Xiao, Lan, maupun Wei agar tidak menyentuh karir dan kebahagiaan putranya maka dirinya dengan rela melakukan hal itu. Sungguh!
"Maafkan ayah, Yibo" isak tuan Wang ketika berada di dalam mobilnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless Revenge
FanfictionXiao Zhan yang sudah lelah dengan hidupnya memilih menyerah, namun seolah takdir tidak mengijinkannya untuk mati dan justru membuatnya diberikan pilihan untuk hidup sebagai orang lain. Wei Wu Xian, itulah identitas barunya yang membawa hidupnya menu...