Makan Malam (2)

3.9K 628 21
                                    

Setelah mendengar bahwa nyonya Wang tidak ada lagi, Jiang Yanli dengan perasaan kalut mencoba mengirim rekaman suara yang direkamnya pada adiknya, Jiang Cheng dan juga Lan Wangji, 2 orang yang dirinya kenal dan terikat hubungan juga yang mampu melindungi adik sepupu yang sudah disayanginya.

"A Xian, jie-jie merindukanmu. Apakah kau meninggal bukan karena sakit? Itu tidak mungkin kan? Apa yang harus jie-jie lakukan kalau benar Zixun berhubungan dengan kematianmu A Xian? Tapi jie-jie sadar bahwa yang salah harus diadili sekalipun dia sepupu suami jie-jie. A Xian, sekarang ada seseorang yang menempati posisimu, dia mengobati luka setiap orang yang kau sayangi karena kehilanganmu, terutama paman dan bibi Wei. Jie-jie tahu, A Xian pasti bahagia kan dengan keadaan ini, dan jie-jie yakin bahwa A Xian tidak keberatan, hidup Xiao Zhan sangat menyedihkan, kini dia juga tengah mengobati hatinya. Bisakah A Xian membantu jie-jie melindunginya darisana. Jie-jie tidak akan sanggup melihat paman dan bibi Wei terpukul untuk kedua kalinya. Tidak hanya mereka melainkan A Cheng, jie-jie, ayah dan ibu jie-jie juga akan terpukul. Bantu kami, A Xian. Kami gagal menyelamatkanmu, setidaknya sekarang bersamamu bantu kami agar dapat menyelamatkannya" lirih Jiang Yanli terisak di toilet itu seorang diri.

Sedangkan di sisi lain, Jiang Cheng yang mendapat notifikasi pesan dari jie-jie nya langsung memasang earpods dan mendengarkan, seketika wajahnya memerah, tangannya mengepal kencang sampai buku tangannya memutih, menyadari hal mengganjal, Lan Xichen mengambil alih dan mendengarkan dan kemarahan tersulut di dirinya, Lan Xichen yang selalu tersenyum ramah kini berekspresikan sangat datar dan itu terlihat sangat mengerikan karena dirinya tidak pernah menunjukkan hal itu tapi kali ini, dirinya dibuat tidak habis pikir dengan manusia biadab yang tengah bermain peran menjadi mantan besan yang baik.

Lan Wangji? Sayang beribu sayang, handphonenya mati karena lupa mengisi daya baterai. Dan pikirannya terlalu kalut menunggu kedatangan Wei Wu Xian sehingga tidak memperhatikan kakak juga calon kakak iparnya.

Wang Yibo yang menyadari sesuatu yang buruk tengah terjadi melirik kearah tatapan tajam Lan Xichen dan Jiang Cheng. Ibunya! Wang Yibo memijat pelipisnya, apa ulah ibunya kali ini? bahkan kini, menyebut kata ibu saja, membuat lidah Wang Yibo kelu saking marahnya namun masih sadar diri bahwa ibunya tetaplah sosok yang melahirkannya. Yang mencintainya sangat besar. Wang Yibo berharap dengan amarahnya selama ini membuat ibunya akan berpikir dan menyadari kesalahannya tapi Wang Yibo salah, ibunya sudah terjerumus terlalu dalam dan rasa tidak puas yang serakah semakin membuang hati nurani ibunya. Jika bukan karena ingin bertemu Zhan nya, dia tidak akan mau menghadiri pesta ini, terlebih duduk berdampingan dengan orangtuanya yang berlaku seolah tidak memiliki dosa bahkan tidak ada rasa menyesal sedikitpun setelah menghancurkan hidup orang lain.

***

Wei Wu Xian sudah tiba dan betapa sialnya dia karena terjebak macet dan berakhir telat 10 menit, mencoba terus menghubungi Lan Wangji, namun tidak aktif. Akhir setelah beberapa kali menghirup dan membuang nafas, dengan perlahan dirinya turun setelah pintunya dibuka oleh supirnya -supir utusan Lan Wangji lebih tepatnya. Dirinya tampil sangat menawan dengan setelan suites mewah membuat suara jepretan kamera semakin liar karena berkeinginan memotret keindahan ciptaan Tuhan sekaligus mencuci mata mungkin, melihat yang bening setelah berjam-jam para wartawan itu hanya berdiri dengan kamera standby bila sewaktu-waktu ada mobil mewah berhenti di depan sambutan karpet merah.

Wei Wu Xian yang sudah terbiasa dengan sambutan blitz kamera, memberikan senyum lebarnya dan melambai percaya diri. Ya! Dirinya harus melakukan itu.

Saat hampir tiba di depan pintu ballroom, seseorang menubruknya dan hampir saja dirinya limbung bila tangan pemuda itu tidak sigap meraih lengannya, perlu Wei Wu Xian akui bahwa sosok di depannya adalah alpha tampan namun terlihat lebih muda darinya. Sesaat alpha itu menatap Wei Wu Xian dengan tatapan sulit diartikan sebelum dengan cepat menunduk meminta maaf.

Bless RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang