Kejaran

44 5 0
                                        


**Silahkan teman-teman bantu vote novel ini, tidak ada kekuatan yang lebih besar selain dukungan dari kalian untuk saya**

Aku berlari terus-menerus sambil memegang tangan Feni yang sudah sangat ketakutan. Sebenarnya, didalam diriku sudah sangat merasakan getaran dari ketakutan yang disebabkan kejaran Parakang dibelakang kami berdua.

"Feni, kamu jangan lepasin tanganku yah! Kita udah mau sampe di ujung jalan!"

"Jina!! Di dada Parakang itu ada goresan panjang"

Saat Feni mengatakan hal itu, aku langsung berbalik. Dan benar saja! Aku melihat dengan sangat jelas bentuk dari Parakang itu, dia berlari seperti anjing dengan bagian belakang yang sedikit lebih tinggi dari badannya, matanya merah menyala, kuku yang panjang, serta bulu tipis dibagian belakangnya.

"Lihat Feni! Itu ujung jalannya"

"T-tapi Jina! Dia masih ngejar kita"

Aku dan Feni pun sampai diujung jalan yang memiliki pertigaan, aku menengok dari dua arah tersebut, berharap ada warga kampung sekitar yang lewat.

Untung saja tidak berselang beberapa waktu, ada Om Juna yang merupakan pamannya Feni.

"Eh kalian ngapain disini? Udah malem ini! Mana hujan lagi, cepet naik ke mobil!!"

"Om tolong kami Om! Kami dikejar Parakang"

Ucap Feni sembari menaiki mobil.

Aku sedikit terkejut dengan kata-kata Feni, karena sebenarnya ini tidak boleh kami sampaikan kepada siapapun. Tapi aku memaklumi Feni melakukan itu karena dia sangat syok dengan apa yang terjadi malam ini.

Tapi ya tentu saja Om Juna tidak percaya dengan cerita Feni.

"Ha!? Parakang? Kalian ada-ada aja, mana ada makhluk kayak gitu! Itu cuman mitos doang"

"T-tapi a.... "

Aku langsung memegang pundak Feni sambil sedikit menggoyangkan kepalaku, memberikan kode kepadanya untuk tidak melanjutkan perkataannya. Tapi untuk memberikan penjelasan yang masuk akal, aku yang berbicara dan membuat cerita untuk meyakinkan Om Juna.

"Kami pulang selarut ini karena tadi kami ada kegiatan ekstrakurikuler Om, lalu pas pulang tadi kami singgah di tokoh buku untuk beli beberapa buku belajar, eh tau-tau pas ditengah jalan hujan deres banget"

"Feni, kalau gitu kasi tau dulu Mama atau Bapak kamu, supaya mereka nggak khawatir! Ini sudah gelap loh, mana kamu lewat jalan setapak lagi"

"Iya Om, Feni tadi udah ngasih tau mama nya kok sebelum dia mau pulang"

Setelah berbincang sesaat, di tengah perjalanan! Parakang yang mengejar kami berdiri di tengah jalan seakan-akan ingin menghadang mobil yang kami kendarai.

Om Juna pun berteriak karena sangat kaget melihat apa yang ada di depan matanya.

"Astagfirullah ya Allah!! Itu apa?!"

Aku menjawab pertanyaan om Juna sambil berteriak.

"Itu dia om!! Parakang yang mengejar kami dari tadi!! "

Om Juna berkata

"Kita nggak boleh berhenti kalo keadaanya udah kayak gini!!"

Om Juna menambah kecepatan mobil sampai pada titik 90km/jam, dan ya, parakang itu terhempas ke pinggir jalan karena tabrakan mobil yang sangat kencang.

"Ini sudah sangat tidak masuk akal!!, kenapa bisa ada makhluk seperti itu? Ha?! Kalian, apa yang udah kalian lakukan sampai dikejar Parakang?!!"

Tanya om Juna dengan nada yang panik bercampur marah, tapi aku sudah berpikir kalau aku tidak boleh memberitahu nya alasan kami melakukan semua ini, pasti usaha kami akan sia-sia untuk menemukan keberadaan Sam yang hilang.

"Nggak Om!! Kami nggak ngelakuin sesuatu kok, kami ketemu dengan Parakang itu saat kami udah mau pulang dari sekolah tadi"

"Jadi, Parakang itu mengejar kalian tanpa alasan? Walaupun sebenarnya Parakang memang dulunya sering menyerang manusia untuk dijadikan tumbal, cuma sekarang mitosnya mereka udah jarang menyerang dikarenakan udah banyak penduduk yang bermukim. Jadi Parakang yang ada, susah untuk bergerak dan mencari tumbal seorang manusia"

"Lalu tumbal yang dipakai oleh Parakang untuk bertahan hidup sekarang apa Om?"

"Biasanya mereka memakan bangkai hewan maupun hewan ternak yang hidup, mereka juga biasanya mencari makanan busuk di saluran pembuangan yang lumpurnya berwarna hitam"

Ternyata tadi Parakang itu berwarna hitam karena dia telah mencari makanan di lumpur hitam, tapi tiba-tiba saja aku mengingat teriakan Feni tentang goresan yang ada di dada Parakang yang mengejar kami.

"Memang ada caranya untuk mengetahui atau nandain kalau ternyata orang ini adalah Parakang? Karena kan secara kalau Parakang ini sebenarnya manusia jadi-jadian"

"Ada, setiap luka yang dia dapat selama dia berubah bentuk. Maka tubuh aslinya juga akan mendapatkan luka yang sama"

Berarti kami punya dua petunjuk untuk mengetahui siapa sebenarnya Parakang yang menyerang kami. Setelah 10 menit berlalu, kami sudah sampai di rumah Feni.

"Feni udah sampe nih dirumah kamu"

Kata aku sambil membangunkan Feni yang ternyata tertidur di sepanjang perjalanan.

"Ha?! Sudah sampai? "

"Iya... Ayo bangun, Om Juna juga mau pulang kerumahnya"

Saat kami turun dari mobil, Om Juna memanggil kami dan berkata...

"Kalian hati-hati, parakang itu makhluk yang berbahaya banget jika punya dendam dengan seseorang. Kalian jaga diri."

Saat mendengar itu kami pun saling menatap, lalu kembali menatap Om Juna.

"Baik Om, kami bisa kok jaga diri,Om hati-hati yah pulangnya jangan ngebut kayak tadi, hujan juga belum reda"

"Iya... Makasih yah, udah kalian masuk cepat kerumah"

Setelah berpamitan, aku dan Feni masuk kedalam rumahnya. Saat kami membuka pintu, mama Feni turun dan menanyakan kami darimana.

"Kalian pulang jam segini habis darimana?!"

"Kami baru pulang dari kegiatan ekstra mah... Dan tadi hujan deres banget, untung ada Om Juna yang nganter kami pulang"

"Hmm.... Yaudah deh kalian ganti baju dulu ibu siapin makanan juga, nanti kalian bisa sakit kalau lama-lama berdiri pakai baju yang basah kayak gitu"

Kami berdua menuju ke lantai atas tempat dimana kamar Feni berada. Aku mengeluarkan semua barang yang ada didalam tasku termasuk Saloko yang kami dapatkan di pinggir hutan tadi.

Saat mengeluarkan barang-barangku, aku melihat hp ku yang penuh dengan notifikasi miss call dari Dani sebanyak sepuluh kali. Aku khawatir dengan Dani dan memberitahukan kepada Feni.

"Feni!! Ini ada miss call dari Dani sebanyak sepuluh kali, kira-kira dia kenapa yah?!"

"Coba cepet telpon balik, takutnya dia kenapa-napa"

Aku lalu mencoba menelpon kembali Dani, tapi dia tidak mengangkat telpon kami, tapi setelah beberapa lama, ada pesan masuk dari Dani

"Aku nggak papa, aku tadi menelpon kalian untuk kasi tau info tentang yang aku dapat, tapi aku capek banget besok aja disekolah baru aku kasi tau kekalian aku mau tidur dulu"

Melihat pesan Dani, hati kami berdua menjadi tenang, dan melanjutkan untuk mengganti pakaian dan lanjut untuk turun makan. Ya malam ini aku memutuskan untuk bermalam di rumah Feni, mengingat apa yang tadi terjadi.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang