Dende'

19 6 0
                                    

"Jina....!! Jina.....!! Udah pagi, kamu nggak ke sekolah?" Aku mendengar suara ibuku beberapa kali memanggilku dari luar kamar. "Udah jam 06.30 Jina" Wah gawat tinggal tiga puluh menit lagi pintu sekolah akan ditutup, aku tidak mau dihukum berjemur selama tiga puluh menit dibawah matahari.

"Iya bu.... Ini udah siap-siap kok" Aku dengan cepat mengambil handuk dan mempersiapkan seragam sekolah ku di atas kasur, agar nanti aku tidak bingung lagi mencarinya dimana.

Setelah bertarung dengan waktu, aku ternyata bisa datang tepat waktu ke sekolah. Benar-benar tiga puluh menit yang menegangkan. Aku melihat kelasku masih kosong, aneh! Padahal pikirku aku sudah terlambat, tapi ternyata teman-temanku belum juga ada di kelas termasuk Feni dan juga Dani.

"Di harapkan kepada seluruh siswa untuk segera menuju ke aula" Ternyata mereka semua pergi ke aula? Ada acara apa ini? Mungkin Feni dan Dani ada di sana.

Benar saja, mereka berdua sedang duduk di kursi bagian ke dua. "Hei, kalian berdua!".

"Eh Jina, kamu datang lambat yah?" Kata Feni

"Iya aku lambat bangun karena semalam aku nemuin sesuatu"

"Kamu nemuin apa?" Tanya Feni kembali sambil memegang pundakku.

"Nanti aku ceritain. Ngomong-ngomong, ini kita kenapa di suruh kesini?"

"Sepertinya soal Sam, karena tadi pagi kepala sekolah sebut nama dia, tapi tanpa keterangan yang jelas" Kata Dani dengan memegang kacamatanya.

"Baik anak-anak, bapak mengumpulkan kalian disini untuk mendoakan teman kalian yang sudah menghilang selama seminggu. Bapak meminta kepada kalian untuk mengirimkan doa agar Sam dapat ditemukan dengan cepat dengan keadaan selamat dan baik-baik saja" Kami ternyata disuruh kesini untuk mendoakan Sam, kami benar-benar khawatir kepadamu Sam! Semoga kamu baik-baik saja.

*****

Kami berjalan kembali menuju kelas setelah usai melakukan doa atas keselamatannya Sam. Dan tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang melompat dibelakang badanku. "Nghh... Jadi apa yang mau kamu bicarain?" Lagi-lagi ternyata itu Feni yang melompat ke arahku.

"Kamu riweh banget sih jadi manusia" Aku kesal dengan kelakuannya yang seperti ini, dengan tiba-tiba mengagetkan ku dengan suara melengking nya.

"Ah Jina.... Kamu seperti nggak tau aku aja, yaudah apa yang kamu ceritain?! Cepet!"

"Iya, iya ini aku baru mau ceritain ke kalian berdua" Dengan singkat aku pun menceritakan kepada mereka berdua tentang kejadian semalam, tentang lukisan, teka-teki di ruangan rahasia didalam rumahku.

"Tunggu! Kata-kata apa tadi yang kamu dapatkan disana?" Tanya Dani kepadaku

" "Penggal kepala kiri ular kembar" Dan "Iyanaritu mappadendang tauwwe ko narapi ni ko eppa' ngesso okko wenni ke lima, iyawa cenninna ulengnge" Kalau yang teka-teki kedua sepertinya menunjukkan waktu, tapi aku tidak tahu persisnya seperti apa. Kalau yang satunya seperti menunjukkan sebuah lokasi, apakah mungkin maksudnya adalah lorong yang disebelah kiri yang ada di rumahku yah?"

"Betul banget! Kok kamu tiba-tiba bisa baca teka-teki sih?" Tanya Dani heran.

"Kamu nggak nyimak penjelasanku tadi? Oh iya aku lupa tunjukin ke kalian bagaimana aku bisa memecahkan teka-teki itu." Aku pun mencoba mengeluarkan kertas yang berisikan coretan ku saat mencari jawaban teka-teki lukisan kemarin.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang