"Tarik....! 1...2...3...tarik!!" Aku mendengar suara mereka bertiga sedang berteriak, berusaha menarik ku kembali ke tepian danau.
"Jina....!! Jina....!! Ya ampun Jina.....!!" Aku masih berada di kejauhan tiga puluh meter, tetapi aku sudah bisa mendengar teriakan Feni dengan suara yang sangat melengking. Aku sudah terbujur layu sedang mengapung diatas air yang terasa sudah semakin hangat. Aku tidak percaya bahwa aku melewati semua ini. Aku hanya merasakan tubuhku ditarik tapi aku tidak bisa merasakan apa-apa.
Aku ditarik selama lima menit dan rumput terasa sudah menyentuh kulitku, apakah aku sudah sampai ditepian? Sungguh, membuka mata saja rasanya sudah sangat berat, badanku terasa sudah kaku, rasanya saat ini pingsan bukanlah hal yang buruk.
"Jina Jina Jina Jina Jina.....!! Ibu ini gimana bu?!" Suara khas Feni dan nada bicara yang selalu membuat telingaku berdengung, membuat setengah kesadaranku kembali.
"Tenang Feni, kita bangun tenda dulu disini, sebentar sore baru kita siap-siap untuk berangkat pulang sembari kita menunggu Jina siuman" Kata Ibu Hani.
"Eh bentar, ini kapak apa?" Dengan penglihatan yang masih memudar, aku mencoba melihat apa yang dimaksud oleh Dani. Ternyata yang dia maksud adalah oroq yang aku temukan tadi.
"Bawa aja dulu Dan! Kita harus tolong dulu Jina baru pikirin hal yang lain nanti!" Kata Feni "nanti kita tanyain langsung ke Jina kalau dia udah mendingan, kamu kesini angkat Jina! Biar aku yang pegang kapak itu!" Dani mulai mengangkat tubuh bagian bawahku yang disusul dengan tangan Ibu Hani memegang tubuh bagian atasku.
*****
"Jina..... Hei......, ini aku lagi, kamu berhasil mendapatkan oroq itu, berarti memang kamu, memang kamu yang pantas melakukannya!" Aku terkejut dengan munculnya sosok I Timoq di depanku dengan wajah yang sedang tersenyum.
"Ha....? Aku? Aku yang pantas melakukan apa I Timoq?"
"Kamu akan menggunakan oroq itu untuk mengakhiri semua ini, jaga pusaka itu, didalamnya terdapat sisa energi kehidupan dari putri I Apaliaq," Ternyata naskah yang kami baca di perpustakaan waktu itu benar?! Kami kesini memang ingin mencari keberadaan arwah putri I Apaliaq, dan ternyata orok ini yang dimaksud oleh naskah itu.
"Tapi bukannya ini hanya kebohongan? Maksudku arwah yang disegel ini hanya karangan raja Batara Guru saja untuk melindungi pusaka-pusaka yang ada kan?!'
"Soal itu memang benar, tapi hanya lokasinya, karena lokasi dimana arwah putri I Apaliaq di segel ada disini, didalam oroq ini. Tapi sayang mati tetaplah mati, tidak ada seseorang yang bisa dibangkitkan dari kematian walaupun sisa kehidupannya masih terdapat di suatu entitas, hanya saja benda ini bisa benar-benar menjaga mu karena oroq ini sangat kuat, bahkan sebelum arwah putri I Apaliaq ada didalamnya. Tugasku sudah selesai disini, aku harus pergi, titipkan salam ku kepada Feni, agar dia tetap berhati-hati"
"T-tapi.... Tunggu dulu.....!!" Dia menghilang sebelum aku sempat menanyakan apa yang menyebabkan kerajaan bisa hancur.
*****
"Jina....!! Jina! Kamu ngigau Jina?!" Suara Feni, suaranya benar-benar membuatku tersadar sekarang, bahkan jika bisa kubandingkan dengan suara burung kakaktua, lebih baik aku mendengar celotehannya daripada suara Feni.
"Feni bisa nggak sih kamu ngomong nya biasa aja?! Yang ada telingaku bisa lepas"
"Haaa Jina akhirnya kamu sudah sadar....!!" Jina memelukku dengan sangat erat, aku bisa merasakan kekhawatiran sekakigus rasa lega melihatku sudah sadar, mungkin dia tidak tahu kalau ini yang kurasakan saat melihatnya pingsan dengan tangan yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Buku Pudara
HororKehilangan temanku memiliki kejanggalan yang luar biasa. Aku dan dua temanku yang lainnya harus mencari tahu apa yang menyebabkannya menghilang malam itu. Ditengah kami mencarinya, kerap kali hal aneh bermunculan dan tanpa kami sadari, kami sedang d...