Pusaka Kuno

22 5 0
                                    

"Ibu....!! Ibu....!! Aku takut bu.....!!"

"Oh anakku....!! Pergilah bersembunyi di dekat danau cepat..... Ibu akan menyusul mu nanti.... Ibu harus mengalahkannya sayang.....!! Lari! Lari cepat..!! Cepat lari!!"

******

"Haaaaa......!!!!"
Ternyata cuma mimpi, kilas balik yang aku lihat saat di dalam kastil, mulai masuk kedalam mimpiku! Tapi anehnya, gambaran itu semakin jelas dan semakin terasa nyata.

Cahaya pagi yang masih redup mulai menerpa tenda kami dari arah timur. Aku terbangun secara perlahan dari tempatku dan melihat sekitar. Api unggun semalam sudah tinggal abu dan arangnya saja, suara burung mulai terdengar bersautan. Ini kelihatan seperti hutan yang berbeda dengan yang kami lihat kemarin. Tapi tidak ada satu orangpun disini, kemana mereka pergi?

"Jina...!! Kamu udah bangun? Ini aku bawain kamu air." Ternyata itu suara Dani yang berteriak sambil berlari membawakan ku botol air yang sudah dia isi.

"Terima kasih yah Dani.... Ngomong-ngomong, Ibu Hani sama Feni kemana ?"

"Ibu Hani tadi bilang kalau dia mau masuk kedalam kastil melihat sesuatu, aku juga kurang tau dia mau lihat ada disana, tapi Feni mau ikut juga kedalam!" Syukur lah Feni baik-baik saja, aku sempat sangat khawatir dengan kondisinya semalam.

"Kamu belum makan kan? Ini roti, ternyata aku punya persediaan makanan di tasku hehe, aku lupa ternyata aku bawa roti..."

"Nggak papa kok, aku nggak terlalu lapar kok, eh! Tapi keadaan lengan Feni udah mendingan?!"

"Tadi, Ibu Hani membersihkan luka dan membalut lengan Feni menggunakan perban dari kotak P3K yang ia punya di tasnya"

Aku masih sedikit merasa khawatir dengan kondisi Feni, aku takut terjadi sesuatu yang buruk kepadanya setelah Parakang itu menyerangnya. Saat aku termenung, aku kembali mengingat mimpi yang aku lihat saat tertidur semalam, aku mengingat kata yang diteriakkan  oleh wanita penari itu kepada anaknya untuk bersembunyi, lokasi yang mungkin bisa memberikan kami petunjuk lebih jauh mengenai apa yang telah terjadi di tempat ini.

"Dani, aku semalam mimpi, dan mimpiku ini mirip dengan kilas balik yang aku lihat didalam kastil waktu aku dan Feni melihat lukisan wanita penari itu. Aku melihat wanita itu menari sambil menangis, pada saat aku melihat kilas baliknya, aku tidak bisa mendengar kata yang ia ucapkan! Tetapi, semalam aku mendengar dia berteriak ke anaknya untuk lari bersembunyi di dekat danau."

"Ha?! Kilas balik? Wanita penari?! Anak kecil?!! Kamu bicara apasih Jina?!.." Wajar saja Dani kebingungan seperti itu, dia sama sekali tidak tahu apa yang aku lihat selama ini, hanya Feni lah yang paham dan tahu semua yang aku rasakan.

"Gini Dan, aku mau kasi tahu ke kamu hal ini, tapi aku sering lupa karena posisi kita selalu dalam keadaan yang tidak kondusif. Tapi tenang aja aku bakal ceritain semuake kamu apa yang aku lihat dari awal kita mulai hal ini sampai sekarang!" Akupun menceritakan semua kepada Dani tentang apa yang aku lihat dan alami selama pencarian ini berlangsung, mulai dari munculnya si wanita pembawa lilin sampai kilas balik yang aku lihat kemarin.

"Kenapa kamu nggak bilang sedari awal Jina?! Itu bahkan petunjuk yang bisa kita pakai untuk mencari tahu lebih dalam tentang siapa dan mengapa Sam bisa menghilang!"

"Aku pikir itu semua hanya halusinasi Dan, aku juga berpikir kalau aku bisa menyelesaikannya sendiri dengan petunjuk yang kita dapatkan, aku nggak mau memberatkan pikiran kalian, kita sudah sangat terpukul dengan hilangnya Sam! Jadi aku nggak mau membuat pikiran kalian lebih kacau lagi" Aku benar-benar tidak ingin membuat temanku kesusahan, andai saja aku tidak memberitahu mereka waktu itu tentang buku Pudara yang aku temukan di hutan! Mungkin mereka tidak perlu ada dalam bahaya seperti saat ini.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang