Harapan

20 1 0
                                    

"Mencoba menjelaskan? Rajaku? Rindu denganku? Aku mencoba untuk menghancurkan kerajaanmu dari dalam, agar aku bisa menjadi ratu dan memperbudak kalian! Tentu saja aku tidak akan langsung membunuhmu! Sayang sekali jika tidak melihatmu menderita, ketika kau sudah membuat hidupku sangat tersiksa" I Tanak berbicara sambil berjalan menuju ke tempat sang raja berdiri,

"Tapi sepertinya, cara itu tidak akan berhasil. Orang-orang bodoh ini, rakyatmu, sangatlah naif! Pantas saja darah para wanitanya sangat segar untuk dipersembahkan oleh Raksawa, dia sangat menyu....."

"Diam!!" Di saat, dewi Gayatri masih berbicara, tiba-tiba saja I Timoq berteriak ke arahnya  "Raksawa? Kamu sudah sangat keterlaluan! Aku memang tidak membenarkan tindakan lambat dari sang raja untuk menangani masalah ini! Tapi mendengar nama itu? Iblis itu? Bagaimana kamu menyiksa para wanita itu untuk kau jadikan tumbal? Haa....!!"

"Oww....., ada penyihir putih rupanya disini, perkenalkan, dewi Gayatri. Dan kamu?"

"Cuihh! Dewi katamu? Aku adalah I Timoq, putri dari pegunungan selatan, rumah para penyihir putih."

"Dan apa yang dilakukan oleh putri putih kemari?"

"Aku sudah mengetahui kalau ada yang tidak beres disini, kekuatan yang menyelimuti kerajaan ini sangat pekat! Dan ternyata itu disebabkan olehmu?!"

"Benar sayang, akulah penyebabnya. Apakah tidak mengapa seekor merpati putih keluar dari rumahnya? Ketapel dan batu bisa saja menyakitimu cantik"

"Tidak usah berbicara omong kosong! Aku datang kesini bertujuan untuk menyelesaikan masalah rakyat kerajaan Parepare, yang mengeluh anak dan istri mereka menghilang! Ternyata kamu! Kamu pelakunya! Ditambah lagi kamu mempersembahkannya kepada Raksawa? Raksawa merupakan arwah yang sangat jahat, dia hanya menerima darah wanita dengan usus yang harus diambil ketika tumbalnya masih hidup" Mendengar itu spontan bulu kudukku berdiri, terbayang gadis hidup diambil ususnya.

"Tidak usah semarah itu, aku hanya menggunakan 39 wanita dan 8 orang gadis perawan, aku sekarang bisa membuat I Tanak berbicara, luar biasa bukan? Sekarang kalian bisa mendengarkan kesaksian langsung dari satu-satunya yang melihat kejadian hari itu. Tanak?" Dewi Gayatri memberikan kode kepada I Tanak untuk maju ke depan dan berbalik ke semua orang yang ada di sana.

"Kalian semua, raja kalian sudah membunuh suami dan anak dari iparnya sendiri! Dia membunuh adik dan keponakannya sendiri, apakah itu sifat yang harus dimiliki oleh raja? Apakah membunuh adalah jalan sang raja untuk menyelesaikan masalah? Dia......" I Tanak lalu berbalik ke arah sang raja sambil menunjuknya dan berkata "Jika saja aku tidak lari hari itu, maka sudah pasti mayatku sudah ada dibawah tanah sekarang! Apakah salah seorang ibu membalaskan dendam untuk anaknya?! Apakah sang istri salah jika ingin membalaskan dendam suaminya?! Jawab aku!!"

Seketika semua warga yang mendengar itu menjadi kacau, semua warga yang ada di sana mengeluarkan parang yang ada disamping panggul mereka dan ingin menyerang raja Batara Guru.

"Bagus Tanak,"

"Urusan kita belum selesai" Tanpa adanya suara, seperti udara yang sangat tipis, dewi Gayatri tidak menyadari kehadiran I Timoq disampingnya.

"Siala....aaaaa!!!" I Timoq membuat dewi Gayatri terhempas jauh dari tempatnya berada, dan diikuti dengan I Timoq melayang ke arah dewi Gayatri terhempas.

******
"Haa....haaa....haa" Aku tiba-tiba saja terbangun karena nafasku seperti ingin habis.

Saat terbangun, aku melihat tangan dan kakiku sudah terikat di atas altar yang memiliki simbol bintang heksagram di tengah altar yang berbentuk persegi. Matahari berada di kanan atas altar, bulan berada di kiri atas, dan di kedua sisi bawah teradapat gambar ular yang menganga.

Saat melihat itu semua aku lalu mengingat teka teki yang aku pecahkan di ruangan tersembunyi yang ada di dalam rumahku. "Aku pernah melihat simbol-simbol ini!" Teriakku kepada Dewi Gayatri.

"Simbol ini? Di rumahmu? Tentu saja, ibumu kan merupakan pengkhianat dari keluarganya sendiri. Kamu tidak tahu?" Pengkhianat? Ibuku? Apa maksud dari wanita ini?

"Sebenarnya ibumu dulu memiliki 3 orang saudari, ketiga-tiganya mati karena ibumu sudah menukarkan nyawa mereka, agar kalian bertiga tidak terpengaruh oleh kekuatan jahat ku. Kamu sudah tahu tentang kutukan tujuh turunan ku? Dimana keturunan ke tujuh akan mengalami kematian dan jiwanya akan membebaskanku. Akan tetapi, ibu bodohmu membatalkan mantranya! Dan sekarang aku harus repot-repot untuk menumbalkan kalian sendiri!"

Ibuku punya saudari? Kenapa aku tidak tahu hal ini? Nenek juga tidak pernah cerita soal ini. Setelah semua yang telah Dewi Gayatri ucapkan, ia pun memerintahkan kepada I Tanak untuk membacakan mantra pengikat jiwa. "Tanak! Kamu bacakan mantra, dan kamu Ira! Siapkan tali jiwa dan ikat jiwa anak ini setelah Tanak berhasil mengangkatnya",

"Baik Gayatri" jawab I Tanak. Tak lama kemudian, mulut I Tanak mulai mengeluarkan sebuah mantra, dengan bibir yang setengah terbuka, iya menggumamkan sesuatu yang mungkin hanya dia saja yang tahu. "Terbukalah pintu arwah! Jiwa perempuan ini milikmu!"

Setelah I Tanak selesai membacakan mantra tadi, tiba-tiba saja sebuah awan pekat dengan pusaran angin muncul tepat di atasku, "Jina!!! Hei kamu perempuan jelek! Nggak pernah keramas! Kamu jangan coba-coba nyakitin Jina!" Aku mendengar suara Feni dari belakang, apa itu suaranya?

"Apa kamu bilang? Dasar perempuan gila! Nyawa kalian sudah terancam, tidak perlu banyak bicara!" Ucap I Tanak.

"Heh! Seandainya saja aku lepas dari kurungan ini! Pasti aku udah ngejambak kamu!" Betul itu Feni, sudah tidak diragukan lagi.

"Sudah diam!" Seketika suara sunyi, ketika dewi Gayatri berteriak kepada mereka berdua, "Hmm, aku melihat ada yang aneh dari anak yang ada di dalam kurungan itu, kamu! Siapa namamu?" Tanya Dewi Gayatri kepada Feni. "Tanak! Fokus saja untuk menarik jiwa Jina"

Sekali lagi I Tanak mengucapkan mantra yang memunculkan sebuah tangan dari dalam pusaran kabut yang ada di atasku. Aku takut setengah mati melihat hal itu.

"Ira? Kamu bunuh saja gadis yang bernama Feni itu, dia tidak berguna, nyawanya tidak bisa ditarik, mending kita ambil saja dengan cara membunuhnya langsung, walaupun itu bisa merusak sedikit jiwanya" Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku juga sedang dalam situasi yang buruk dan sahabatku ingin dibunuh.

"Jina.....!!" Sialan! Aku harus bagaimana, tangan ini sudah berjarak hampir 1 meter dari badanku. Apa kah kami akan mati di sini? Aku mohon siapa saja tolong datang dan bantu kami.

"Ahh tanganku!" Tiba-tiba saja dan entah mengapa tangan I Tanak langsung terhempas hingga putus. Ia pun meringis kesakitan yang membuatnya harus terbujur ke tanah.

"Tanak?! Apa yang terjadi? Ada apa ini?" Saat menengok ke samping, ternyata di sana sudah berdiri ibu Hani dan juga ibuku, mereka datang, mereka datang untuk menyelamatkan kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang