Tujuh Turunan

19 7 0
                                    

"Jina! Kamu ngapain di hutan gini ha?!" Ayah bertanya kepadaku dengan raut wajah yang memerah karena sedang marah, aku harus memutar otak untuk meyakinkan mereka agar rencana yang kami lakukan tidak diketahui.

"Jadi gini Yah, kami sedang melakukan riset tentang sejarah suku Bugis, kebetulan disini ada kastil peninggalan zaman kerajaan, tapi semalam kami capek banget dan tidak sempat pulang karena sudah malam"

"Siapa yang nyuruh kamu kesini?! Guru kamu?!" Saat ayah ku menanyakan hal itu, aku dengan spontan berbalik kebelakang, tapi ternyata Ibu Hani sudah menghilang, dia mungkin sudah berubah menjadi kucing dan pergi dari sini sebelum orang menyadari kehadirannya.

"Jina.... Aku ada dibelakang ayahmu, lihat aku, katakan kalau mereka bisa menemui ibu untuk kejelasan tugas yang kamu katakan, biar ibu yang membantu kalian agar tidak dicurigai oleh mereka" itu suara Ibu Hani sedang memberitahuku solusi yang bisa aku pakai dalam bentuk kucingnya.

"Gini ayah, ayah bisa menanyakan hal ini langsung kepada guru sekolah ku ibu Hani, dia bisa menjelaskan tentang apa yang kami lakukan disini" Setelah mendengar penjelasanku, ayahku tidak melanjutkan lagi pertanyaan-pertanyaannya tentang apa yang kami lakukan disini. Tapi di sisi lain aku mendengar Feni sedang di marahi oleh ibunya.

"Fen, kamu itu kenapa sih?! Mama memang sudah memantau perilakumu beberapa hari ini, kamu selalu mengurung diri di kamar, makan lambat dan kali ini, kamu pergi ke tempat yang berbahaya ini tanpa izin mama dan papa?!"

"Tapi ma, kan udah mama dengar dari penjelasan Jina kalau kami kesini untuk memenuhi tugas sekolah kami"

"Iya.... Mama tau Feni, tapi seharusnya kamu izin dulu ke mama atau ke papa, apalagi tempatnya seperti ini, kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana? Mama dan papa juga kan yang repot"

"Iya ma.... Maaf, Feni nggak lakuin hal yang seperti ini lagi"

Setelah kami dimarahi dan diberikan nasihat karena sudah melakukan hal yang nekat, ibuku lalu menarik tanganku untuk menjauh.

"Kamu pikir ibu tidak mengetahui apa tujuan kalian sebenarnya kesini?! Pasti kalian sedang mengambil pusaka yang ada di dalam kastil kan?!" Mendengar hal itu, aku tiba-tiba saja merasa panik sekaligus bingung, tentu saja, darimana ibuku tahu tentang hal itu?!.

"Asal kamu tahu Jina, kamu harus berhati-hati dengan semua apa yang terkait dengan masa lalu kelam yang terjadi pada saat itu!" Aku hanya bisa terdiam di tempat seperti batu dengan tidak henti-hentinya memasang ekspresi takut di wajahku.

"Ibu adalah keturunan dari saudari putri I Apaliaq yaitu I Lontara, kamu bisa sampai kesini berarti kamu sudah melewati dan mengambil semua pusaka di setiap tempat yang sengaja di sebar dan disembunyikan. Yang artinya, kamu sudah membaca naskah yang ada di perpustakaan kota kan?"

"Ibu, ibu k-kenapa bisa...."

"Tentu saja ibu tahu, karena yang menyebarkan benda itu adalah ibu sendiri, tiga tahun yang lalu entah mengapa Buku Pudara tempat perempuan jahat itu dikunci tiba-tiba saja terbuka, dia membutuhkan semua pusaka itu agar dengan mudah keluar masuk ke dunianya, dan kamu tau targetnya siapa?, kalian bertiga! Kalian bertiga adalah keturunan dari orang yang ingin dibunuh oleh Gayatri, ibu masih heran sampai sekarang, kenapa dia disebut dengan sebutan dewi? Padahal dia hanyalah manusia biasa yang menganut ilmu hitam tingkat tinggi, sehingga mampu membuat kekacauan di kerajaan pada saat itu!"

"Ibu, mamanya Feni, dan ibunya Sam nggak diburu oleh dewi Gayatri?"

"Tidak! Karena kami bertiga bukan keturunan yang ke tujuh, sedangkan kalian bertiga adalah keturunan yang sudah dijanjikan akan diambil sebagai tumbal oleh Gayatri, dan sekali lagi jangan memanggilnya dewi dia bukanlah entitas yang patut dipanggil seperti itu!"

"Apa mereka berdua juga tau tentang semua ini Bu?"

"Ingatan mereka berdua sudah dihapus oleh ibunya, neneknya Feni dan juga Sam. Dengan alasan bahwa mereka tidak perlu mengingat masa lalu itu karena merasa kalau sekarang hidup mereka akan baik-baik saja. Berbeda dengan ibu, nenekmu mengatakan bahwa ingatan itu harus tetap ada di kepala ibu, untuk jaga-jaga jika Gayatri kembali berulah, agar kamu mengerti lebih lanjut nanti ibu akan menceritakan dari awal hingga akhir hal ini bisa terjadi, tapi sebelum itu kalian bertiga harus pergi kekantor polisi untuk di introgasi atas hilangnya Sam, oh dan ibu juga dengar tadi apa yang dikatakan Sayka, kucing peliharaan I Apaliaq, ternyata selama ini dia adalah Ibu Hani? Hebat juga dia menyembunyikan dirinya, hingga ibu sendiri tidak mengetahuinya, bahkan jika tadi dia tidak berbicara dalam wujud kucing, ibu tidak akan mengetahui kalau itu adalah dia"

Setelah aku mendengar penjelasan dari ibuku, tentang semua hal yang masih membuatku bingung sekaligus terkejut tadi, aku berjalan kembali didekat Feni dan juga Dani.

"Jadi pak apakah anak anda siap untuk bekerjasama dengan kami?" Tanya seorang polisi kepada ayahku dan juga ayahnya Feni.

"Iya pak, mereka siap untuk bekerjasama dalam memberikan kesaksian atas kasus hilangnya Sam" Aku melihat ibu Sam yang masih menangis sambil memeluk ayahnya Sam, dia berjalan ke arahku dan berhenti tepat di depanku.

"Nak, kamu hati-hati yah, cukup Sam yang hilang, tante tidak ingin kalian kenapa-napa, dengar kata orang tua kalian, tante hari itu sudah melarang Sam untuk pergi camping, tapi ternyata dia tetap pergi secara diam-diam ke hutan Jompie bersama dengan teman-temannya, alhasil dia sekarang hilang entah kemana, tante berharap dia baik-baik saja"

"Tenang aja tante, Jina yakin kalau Sam sekarang sedang baik-baik aja kok" Aku merasa sangat kasihan dengan ibunya Sam, aku tidak bisa membayangkan sakitnya seorang ibu kehilangan anak satu-satunya, aku harus bisa menemukan Sam! Aku harus menemukannya, aku tidak bisa melihat orang terdekatnya menangis karena kehilangannya, tunggu kami Sam, kami akan menyelamatkanmu.

Kami pun dibawa oleh para petugas kepolisian ke kantor polisi untuk melakukan introgasi sebagai saksi, kami bertiga di tempatkan di ruangan yang berbeda dimana kami sama sekali tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Aku dicekoki dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudut, ini dilakukan karena mereka mengetahui bahwa yang melaporkan hal ini pertama kali ke polisi adalah aku dan juga Dani.

Aku ditanyakan tentang dimana aku saat tragedi terjadi, pukul berapa aku sampai di lokasi, warna baju yang aku kenakan dan sebagainya. Ternyata sebelum kami disini, sudah ada teman Sam yang di introgasi tentang kejadian ini.

Setelah hampir satu jam, kami pun diperbolehkan untuk pergi, tapi kami harus tetap melaporkan kegiatan kami secara rutin selama Sam masih belum juga ditemukan.

"Dani, Feni, besok kita bahas tentang rencana selanjutnya apa, karena aku harus pulang ke rumah sekarang!"

"Oh yaudah Jina, aku juga tadi disuruh mama untuk pulang cepet kalau introgasinya udah selesai" Kata Feni

"Iya, aku juga mau ke kos sebelum malam hari, karena mau beres-beres dikamar" Kata Dani, sambil kami bersedia untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Feni pulang menggunakan GrabCar karena cuaca sedang mendung. Kami sudah mengajak Dani untuk ikut tetapi dia mengatakan kalau dia dijemput oleh temannya. Kami bertiga pun berpisah hari ini, kami sudah melewati banyak hal, apa lagi yang sudah siap menunggu kedatangan kami kedepannya? Jangan bertanya kepadaku, aku sendiri juga belum siap akan hal itu!

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang