Kejahatan yang teduh

26 4 3
                                    

"Dani....!!" Parakang, maksudku tante Ira tiba-tiba berteriak histeris setelah melihat Dani terhempas.

"Diam Ira! Kamu tidak akan kemana-mana. Sekarang, bantu aku untuk mengangkat mereka di atas altar itu!" Tante Ira tentu saja tidak bisa menolak perintah tersebut, dikarenakan kutukan yang ada pada dirinya.

"Dani....., kamu baik-baik aja? Dani?" Aku mencoba memanggil Dani untuk memastikan keadaannya, tapi ia tidak menjawabnya.

"Sini kalian!" Tante Ira lalu mengangkat kami satu persatu menuju ke tengah-tengah altar. Saat ia menggotongku, tiba-tiba saja kepalaku mulai terasa pusing.

"Ahh.....!!"

*****

"Turunkan raja Batara Guru!! Dia hanya mementingkan warga yang ada di ibukota kerajaan saja" Apa ini? Kilas balik lagi?. Aku kembali lagi melihat sebuah kilas balik di masa lalu. Sekarang, aku melihat sekerumunan orang sedang membawa obor tepat di depan kastil kerajaan.

"Kamu sudah membuat kami menderita! Tidak pernahkah kamu melihat, sudah berapa banyak keluarga kami yang dirampok dan dibunuh?" Persis seperti yang dikatakan oleh Dani.

"Kami sudah muak dengan ini! Kamu harus turun! Biarkan dewi Gayatri yang memimpin kerajaan ini!" Mendengar hal itu, rasa bingung yang semakin menjadi-jadi sedang berputar di dalam kepalaku. Mengapa mereka menginginkan dewi Gayatri untuk menjadi ratu di sini?

"Rakyatku tercinta, kalian tidak perlu seperti ini, maafkan aku sudah tidak memperhatikan kalian. Tapi aku mohon, ini bisa diselesaikan dengan tenang." Di tengah hiruk-piruknya suasana, muncullah sang raja, Batara Guru dari atas balkon kastil sambil memegang obor.

"Tidak! Kami tidak percaya lagi kepadamu. Istriku mati, karena dibunuh! Anak perempuanku diperkosa lalu dibunuh! Dan anehnya, tubuh mereka tidak pernah kami temukan sama sekali!" Hmm, kejanggalan lainnya. Aku tersadar kalau gerombolan yang ada di depanku semuanya adalah laki-laki?.

"Kami sudah berusaha menyelidiki tentang apa yang terjadi saat ini, jadi aku mohon kalian bersabar dan menunggu keputusan besok. Sekarang pulanglah rakyatku, aku memohon kepada kalian sebagai raja." Dengan posisi yang sedang bertekuk lutut, sang raja meminta untuk para warga tenang dan pulang ke rumah.

"Baik, jika itu yang kamu katakan, kami akan menunggu. Ayo pulang semua!" Akhirnya, massa pun mereda dan mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

Tapi tiba-tiba, "Tunggu! Kalian semua berhenti!."

Suara gertakan dari tengah-tengah rombongan tersebut membuat langkah semua orang terhenti. "Apakah kalian ingin melihat keluarga kalian terbunuh karena raja kalian terlambat mengatasi masalah ini?"

Seorang menggunakan baju Bodo khas berwarna merah dengan kain yang menutup sebagian wajah dan rambutnya. "Aku percaya kalian tidak mungkin bisa bertahan malam ini, aku adalah I Timoq! Kalian tidak tahu apa yang sedang kalian hadapi!"

I Timoq? Ini berarti kilas balik ini terjadi sebelum desa habis terbakar. "Memangnya kau tahu apa wanita?"

"Bukankah aneh seorang wanita ini tahu siapa dalang dibalik semua ini? Kekacauan ini? Mengapa istri dan anak perempuan kalian mati, tapi jasadnya tidak bisa kalian temukan sama sekali?" Kata I Timoq sambil menghempaskan tudung kepalanya ke udara.

"Istri dan anak perempuan kalian di culik satu persatu oleh seorang penganut ilmu hitam, seorang keluarga kerajaan" Lanjutnya sambil melihat ke arah sang raja setelah menyebut kalimat keluarga kerajaan.

"Ini memang bukan salah sang raja, tapi ini salahnya karena terlambat mengambil tindakan! Atau mungkinkah dia takut setelah mengetahui siapa lawannya?" I Timoq terus berbicara dan berbicara sambil mengayunkan tangannya.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang