*Kriinggg.....!!! Kriinggg.....!!!*
Hari ini aku masuk ke sekolah dengan beberapa luka di tubuhku. Luka kemarin yang disebabkan permainan dari Lilith. Apakah kemarin jika aku gagal memenangkan permainannya, aku juga akan diseret ke neraka?
*hahaha.....!!! Jina akhirnya kamu menemaniku disini*
Ihh sangat mengerikan! Untung saja aku memenangkannya. Aku berjalan menuju ke kelas dengan kaki yang pincang, bekas goresan dari beberapa hewan kemarin masih terasa sangat nyeri!.
"Jina....!! Selamat pagi" Feni berlari kearah ku lalu memelukku dengan sangat keras.
"Awww.....!!! Feni! Sakit Fen!" Aku pun reflek menghempaskan pelukan Feni, karena lukanya semakin terasa sakit! Lebam akibat ular itu masih terasa, ditambah pelukan Feni membuat aku merasa sedang dipeluk oleh seekor beruang besar.
"Eh.... Kenapa Jina?! Kamu sakit yah?!"
"Iya Fen, tubuhku penuh dengan luka akibat ulah Lilith!"
"Ha?! Lilith?!" Aku pun menceritakan semua kejadian yang aku alami semalam untuk mendapatkan Baju Bodo dan juga Dupa Darah itu. "Aduh temanku...... " Feni memelas sambil memelukku setelah mendengarkan penjelasanku.
Tak lama setelah kami berbincang Dani pun muncul dari belakang kami, "Kamu suka banget muncul di belakang kami!" Ucap Feni kepada Dani.
"Jina, kamu sudah mendapatkan sesuatu didalam sana?" Tanya Dani kepada Jina.
"Iya, aku mendapatkan..... " Belum selesai Jina menjelaskan, tiba-tiba Feni berbicara memotong pembicaraan Jina.
"Begini......... " Feni menjelaskan semua yang ia dapatkan dariku sebelumnya, mulai dari permainan Dende', Lilith, Baju Bodo, dan juga Dupa Darah.
Dani lalu melihat kearahku dan berkata, "Kalau begitu apalagi yang kita tunggu? Ayo kita ke hutan Jompie!" Dani berbicara dengan nada yang sedikit bersemangat.
"Eh, tapi apa kamu sudah memecahkan teka-teki waktu pelaksanaan ritualnya Dani" Tanyaku kepada Dani.
"Sudah, dan waktunya adalah malam ini. Teka-teki nya sangat mudah, hari keempat malam ke lima dibawah bulan purnama. Dan hari yang tepat untuk itu adalah hari ini. Hari Kamis di malam kelima yaitu Jumat dan malam nanti akan terjadi super moon." Otak Dani memang tidak perlu diragukan, dia sangat bisa diandalkan kalau soal seperti ini.
Singkat cerita sekolah berakhir, aku dan juga Feni pulang berbarengan sedangkan Dani pulang sendirian ke kosnya. "Kita ketemu di sana yah?!" Kata dani kepada kami berdua.
"Oke, kalau begitu kami duluan yah Dan" Feni menyetujui sekaligus mengucapkan selamat tinggal kepada Dani, setelah itu aku pun masuk kedalam mobil setelah Feni masuk.
"Feni, aku terus ke rumah mu yah? Soalnya aku takut kalau di rumah nanti aku dicegat oleh ibuku"
"Oh iya, tapi pusaka yang lainnya bagaimana? "
"Tenang aja, aku sudah mengambilnya, semua pusaka itu sekarang ada di dalam tasku"
"Baguslah kalau begitu" Aku dan Feni pun menuju ke rumahnya untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan. ———
"Mama, aku pulang!" Sahut Feni kepada mama nya.
"Iya sayang..... Eh ada Jina, sini kalian berdua pergi makan dulu, mama udah masak ayam kecap. Jina kamu ikut juga yah, tante udah siapkan di atas meja makan" Tante ku yang satu ini memang sangat mommyable banget.
"Iya tante, tapi aku dan Feni mau ganti baju dulu" Masalahnya disini, kalau mamanya Feni ternyata di rumah, bagaimana kami bisa pergi?.
Aku pun berbisik kepada Feni, "Fen, kalau begitu bagaimana kita pergi dari sini tanpa mama mu tahu?"
"Tenang aja, mama aku tidurnya cepat kok, habis Isya dia udah tidur" Saat Feni membisikkan hal itu kepadaku, mamanya tiba-tiba berbicara
"Hei! Kalian berdua, jangan bengong disitu, sini makan! Ganti bajunya setelah kalian makan aja"
"Iya Tante"
"Iya ma" Kami berdua menjawab bersamaan, suatu kebiasaan yang aneh.Kami bertiga pun berbincang-bincang tentang sekolah, dan momen dimana kami di hutan Bacukiki pada waktu itu. ——— kami pun selesai makan, aku memberikan kode kepada Feni untuk naik ke atas.
"Ma... Aku naik keatas dulu ganti baju yah sama Jina?"
"Iya.... Hei, tunggu dulu. Jina ibu kamu udah tau kamu disini?" Pertanyaan yang dari tadi aku tidak ingin mendengarkannya.
"Udah kok tante, aku juga udah kasi tahu ibu kalau aku akan bermalam disini" Aku terpaksa berbohong, maafkan aku ibu, tante.
"Oh kalau gitu yasudah kalian ganti baju dulu" Aku dan Feni pun bergegas naik kedalam kamarnya. Kami berdua membersihkan badan dulu dan mengganti pakaian, mengemas barang yang ingin dibawa.
"Fen, kita naik mobil kesana?"
"Tentu saja, lalu kita mau naik apa kesana?"
"Mungkin akan sangat ribet kalau kita naik mobil kesana, kita mungkin bisa menggunakan sepeda?" Usulku kepada Feni.
"Hei, mungkin ide kamu bagus juga, aku juga ingat kalau aku punya dua sepeda dibawah. Oke, rencana kita sudah mantap, aku telpon Dani dulu untuk mengetahui dimana dia sekarang"
Saat Feni sedang menelpon Dani, aku melihat keluar jendela, aku melihat ada seorang wanita didepan pagar, berdiri sambil menatap jendela tempat aku berdiri.
"Jina! Jina...!!" Betapa terkejutnya aku saat Feni memanggil dan menepuk bahuku, "Kamu kenapa?!" Lanjut Feni bertanya kepadaku.
"Tadi aku melihat ada wanita yang berdiri didepan pagarmu" Saat Feni mencoba melihatnya, ternyata wanita itu sudah menghilang.
"Mungkin itu tetangga kali yang lewat, ayo Isya udah lewat, Dani juga katanya udah sampe di sana, ayo" Aku pun berangkat dengan Feni menggunakan sepedanya yang berwarna pink.
*****
Setelah lelah mengayuh sepeda, akhirnya kami sampai, "Kalian berdua lama!" Teriak Dani dari kejauhan.
"Lagipula ritualnya kan harus jam 00.00 juga!" Jawab Feni.
"Ya setidaknya kita bisa menyiapkan ritualnya lebih awal" Kata Dani menimpa kembali jawaban Feni.
"Sudah kalian berdua! Ayo kita masuk" Kami bertiga berjalan masuk kedalam hutan Jompie, semakin kami masuk kedalam semakin terasa pula hawa mencekam dari tempat ini. Entah mengapa tempat ini seakan-akan ingin menyerang kami semua.
Kami berjalan dan berjalan, lalu aku pun bertanya kepada Dani, "Kamu tau dimana lokasinya?"
"Tau, ada di buku ini" Dani menjawab sambil menunjukkan Buku Pudara yang dia pegang, "Lokasinya tidak jauh lagi" Lanjutnya.
"Kita sudah sampai" Aku pun bisa melihat tempat ritual yang akan kami lakukan, sebuah gubuk yang hampir rubuh, dengan tiga pohon beringin di setiap sisinya yang benar-benar seperti melingkari gubuk itu, menjaga lebih tepatnya.
"Ayo kita buka semua pusaka itu dan letakkan ditempatnya masing-masing" Dani memberikan perintah untuk menyusun setiap pusaka sambil membaca naskah dan Buku Pusara yang ia pegang.
"Begini Dan?" Tanya Feni kepada Dani.
"Iya begitu Fen,"——— setelah beberapa saat, siaplah bahan-bahan ritualnya, " Feni, pakai Baju Bodo itu dan semua pusaka aksesoris lainnya, di naskah ini mengatakan tarian yang harus kamu bawakan yaitu tari Paduppa, tari Bosara, dan tari Kipas" Lanjut Dani menerangkan kepada Feni.
Dengan sontak Feni menjawab, "Tari kipas? Kamu nggak bilang, kipasnya mana? Aku nggak bawa!"
"Tenang saja, ini, kipas yang terbuat dari daun lontar yang sudah aku keringkan, ini juga salah satu syaratnya"
Setelah mempersiapkan semuanya, kamipun menunggu fenomena supermoon terjadi agar kami bisa memulai ritualnya.
Apa yang sedang menunggu kami di sana? Apa kami bisa mengambil Sam kembali? Aku pun tidak tahu, aku berharap semua akan baik-baik saja setelah kami masuk kedalam dunia tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Buku Pudara
HorrorKehilangan temanku memiliki kejanggalan yang luar biasa. Aku dan dua temanku yang lainnya harus mencari tahu apa yang menyebabkannya menghilang malam itu. Ditengah kami mencarinya, kerap kali hal aneh bermunculan dan tanpa kami sadari, kami sedang d...