Sosok di belakang layar

25 7 0
                                    

"Feni....!! Fen.....!! Feniii....!!" Dani berteriak sekuat tenaga untuk memanggil Feni yang sudah berlari jauh kedalam hutan.

"Udahlah Dani, kita disini aja dulu sambil nunggu dia balik, biarkan dia tenang, nanti dia balik sendiri karena takut" Ini kali pertamanya aku dan Feni bertengkar. Aku, Feni, dan juga Sam berasak dari SMP yang sama. Kami bertiga selalu bergandengan kemana pun kami pergi. Sampai pada saat kami masuk SMA kami pun memutuskan untuk memilih sekolah yang sama lagi agar kami bertiga masih bisa bertemu.

Muncullah Dani sebagai orang baru yang datang menjadi sahabat baru kami, dia menjadi sumber otak untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Walaupun sebenarnya kami berempat terbilang sebagai murid yang cerdas, tapi kecerdasan Dani mengalahkan kami semua.

Aku dan Feni tidak pernah memiliki masalah yang bisa membuat kami bertengkar. Bahkan kami berdua memiliki gelang untuk menandakan bahwa kami adalah saudara. Sebenarnya kami berempat juga memiliki gelang sebagai lambang persahabatan kami.

Dan sekarang aku bertengkar dengan Feni untuk pertama kalinya, padahal ini juga demi kebaikannya. Aku tau di adalah sepupunya Sam, tapi aku tidak bisa membiarkannya dalam bahaya juga.

"Jina, bagaimana kalau kita susul Feni aja... Takut nanti dia kenapa-napa"

"Nggak Dan...!! Biarkan dia pergi dulu untuk merenungi hal ini! Aku nggak bisa bersama dengan orang yang egois! Aku tau kita harus menemukan Sam. Tapi nggak gini caranya, dengan mengorbankan dirinya?! Oh tidak aku nggak akan membiarkannya" Jujur sekarang aku sudah tidak bisa berpikir dengan jernih karena masih emosi dengan tingkah laku Feni. Tapi di sisi lain, aku juga kasihan sekaligus khawatir dia kenapa-napa.

"Kita tunggu sampai matahari terbenam, kalau dia nggak balik kita harus cari dia!" Kataku kepada Dani. Hari semakin berlalu, matahari mulai memancarkan sinarnya yang redup, burung gagak mulai berbunyi. Aku sudah mulai khawatir dengan Feni yang belum kunjung kembali.

"Wah ini bahaya.... Feni belum juga balik Jina!! Ayo kita cari dia, aku khawatir dengannya Jina!!". Aku pikir Feni akan kembali karena wataknya yang penakut dan cengeng, tapi ternyata dia bisa sekeras kepala ini dan membuat kami khawatir dengan keadaannya.

" Baik Dani ayo kita cari...!! Ayo kita ambil barang-barang kita dan bergegas menuju kedalam hutan!". Jangan sampai satu temanku lagi menghilang karena kejadian yang sangat bodoh ini, aku merasa bersalah karena sudah membiarkannya pergi, jika terjadi sesuatu dengan Feni aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Aku dan Dani pun mulai berlari kedalam hutan sambil berteriak memanggil nama Feni, tapi tidak ada sahutan dari Feni. "Feni....!!!" "Fenii......!!".

"Ck... Kamu kemana sih Feni, jangan karena hal bodoh tadi kamu sampai terluka, ahh...aku bodoh...!! Aku bodoh membiarkan temanku berlarian kedalam hutan ini sendirian" Aku jatuh tersungkur ketanah sambil memukul tanah dan dedaunan yang ada didepanku.

"Jina... Cukup Jina.... Kamu nggak usah nyalahin diri kamu, mending sekarang kita harus dengan cepat mencarinya sebelum terjadi sesuatu dengannya". Dani benar semakin kami mengulur waktu, kemungkinan buruk yang terjadi dengan Feni juga akan semakin besar.

" Dani, kita kembali ketempat masuk tadi! Mungkin dia sudah pulang dan mengambil sepedanya"

"Astaga iya Jina ayo, ayo kita kesana untuk memastikan"

Aku dan Dani pun berlari secepat mungkin menuju ketempat kami memarkirkan sepeda kami. Tapi sesampainya kami di sana ternyata, sepeda Feni masih ada di sana tertata seperti kami pertama kali tiba.

"Lah sepeda Feni masih ada...?!!" Kata Dani sambil mendekati sepeda milik Feni.

"Aduh gimana nih hiks..., Feni kamu dimana?!.... Hiks!" Badan ku seketika lemas hingga aku terduduk dilantai sambil memeluk kedua lututku dan menangis. Aku takut terjadi hal yang buruk dengan sahabatku.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang