Oroq

26 5 0
                                        

Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 13.00, kami memang memutuskan untuk pergi di siang hari karena kejadian semalam sangat membuat kami lelah, mulai sejak itu Ibu Hani menyuruh kami untuk membawa garam hitam yang telah ia berikan kepada kami bertiga. Kami membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai di danau yang ingin kami tuju, untungnya Dani membawa peta hutan ini sehingga kami dengan mudah menuju ke sini.

Air danau nya sangat bening, sehingga tampak seperti warna biru langit yang terpantul di cermin, ikan-ikan didalamnya berenang secara berkelompok memakan tumbuhan air yang ada di pinggiran danau. Kami berempat duduk sejenak di pinggiran danau dan menikmati pemandangan yang menakjubkan ini, saat kami berempat duduk Feni berbalik kearahku dan bertanya "Kita mau apa disini Jina?"

Sebenarnya pertanyaan Feni juga membuatku berpikir alasan aku kesini apa, kenapa aku yakin kesini sedangkan aku sama sekali tidak mempunyai alasan yang kuat selain mimpi yang tidak jelas. Aku pun mulai menceritakan mimpi yang aku alami semalam kepada Ibu Hani dan juga Feni. Mereka berdua menanggapinya dengan sangat serius! Terlebih lagi Feni, karena dia sudah tahu apa yang aku lihat selagi kami didalam kastil.

Disaat kami berbincang-bincang, aku tiba-tiba mendengar suara seorang wanita yang entah darimana. "Jina....., Jina......., engkai ga Feni? (Jina....., Jina......., apa Feni ada?" Dia memanggil namaku dan menanyakan keberadaan Feni.

"Kalian dengar itu nggak Fen?! Seseorang memanggilku dan menanyakan tentang mu!" Kataku sambil menengok kearah Feni.

"Dengar apaan sih Jina! Yang kami dengar cuman suara angin disini! Tapi bentar deh, kamu kan sering ngalamin hal yang aneh coba kamu fokus sama suaranya siapa tahu itu sebuah petunjuk!" Kata Feni.

Mungkin memang benar, ini adalah sebuah petunjuk aku harus mencoba fokus mendengar suara misterius ini, "Feni...... Appoku, paudangi suro padecengi ampena sibawa paringerranna, nasaba ero Parakang e tulli nacciori maneppo!" (Feni...... Cucuku, beri tahu dia untuk memperbaiki kesadaran dan juga sikapnya, karena Parakang itu masih mengikuti kalian!)

Parakang itu masih mengejar kami?! Ternyata memang benar ini tidak akan mudah, akan ada banyak rintangan yang menunggu kami. Tapi siapa dia yang sedang berbicara ini?

"Kamu siapa? Kenapa kamu bisa tahu nama Feni?"

"Aku penari yang kamu lihat di dalam kastil Jina, akhirnya kamu datang kesini, berarti aku sudah bisa pergi dengan tenang. Jaga cucuku dari 'Dia'! Ada sebuah pusaka yang tidak pernah disentuh siapapun termasuk orang yang telah mengambil dan menyebarkan pusaka yang lainnya, coba kamu melihat dengan seksama dasar danau ini. Jika kamu melihat sesuatu yang bersinar lompatlah kedalamnya dan ambil benda tersebut"

"Jadi anda I Timoq? Buyut nya Feni?"

"Iya Jina..... Hanya kamu yang bisa melihat kilauan benda tersebut, kamu harus fokus dan melihat ke danau ini"

"Hanya aku? Jadi aku harus fokus? Tapi benda apa itu?" Saat aku menanyakan hal itu, dia sudah tidak menjawab lagi. Akupun menceritakan semua yang aku dengar kepada Ibu Hani, Dani, dan juga Feni.

"Jadi itu buyutku?! Dia menyuruhmu untuk melihat ke dasar danau?! Apa itu aman?"

"Sepertinya begitu? Petunjuk nya begitu, pasti mimpiku memang mengarahkan ku untuk mengambil pusaka yang buyutmu maksud"

"Tapi menurut Ibu, sepertinya kamu harus membutuhkan sesuatu untuk kebawah sana, sebuah tali mungkin untuk berjaga-jaga jika hal yang tidak diingkan terjadi" Usul Ibu Hani.

Setelah kami berbincang dan berdiskusi panjang, akhirnya kami setuju untuk mencoba membuktikan kebenaran petunjuk yang kami dapatkan. Dani mengeluarkan segulung tali dari dalam tasnya lalu mengikatnya ke sebuah pohon, Ibu Hani dan juga Feni membantuku mengikat simpul di pinggangku, agar saat aku turun dipastikan sudah aman.

Misteri Buku PudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang