07

96 25 0
                                    

...

Haruto berjalan sendirian menuju kelasnya, koridor yang di lewatinya sepi karena memang sudah memasuki jam belajar, dirinya tadi sempat ke toilet terlebih dahulu setelah dari kantin. Tiba-tiba dirinya mendapat panggilan masuk dari smart watch nya yang tengah menampakkan setengah badan dari seseorang yang ia kenali.

"Haruto, cabut dari sekolah,"

"Lhah, kenapa bang?"

"Temuin gue sekarang"

"Di man-" Ucapan Haruto terpotong karena orang di seberang sana sudah memutuskan panggilan. Tanpa menunggu lama Haruto segera menuju lokernya untuk mengambil flying board milik nya yang tadi ia letakkan di sana.

Diam-diam Haruto keluar dari sekolahnya, berlari sedikit menjauh dan menghubungi Jengwoo terlebih dahulu.

"Heh kemana lo pantek, kok belum balik-balik?"

"Woo izinin gue ya, ada urusan mendadak di luar,"

"Ngapa-"

Belum juga Jeongwoo menyelesaikan kalimatnya, Haruto segera menutup panggilannya dan terbang menggunakan flying board nya menuju tempat yang sudah di kirimkan.

Haruto terbang dengan lihainya diantara pepohonan rindang dan berhenti mendadak lalu bersembunyi di balik pohon, ia melihat ada empat orang yang berseragam academy sama sepertinya tetapi terlihat anak-anak dari tingkat atas. Haruto juga tak mengenali empat remaja lelaki tersebut yang kini sedang melihat-lihat di sekitar markas miliknya dan anggota.

gimana mereka bisa sampe ke sini coba? Gimana mereka juga tau kalo ada bangunan di sini? Padahal udah jauh dari kota lho,.

Haruto tak ingin diam saja atau empat orang itu bisa saja dengan kurang ajarnya memasuki markas mereka. Haruto keluar dari persembunyian nya, terbang pelan mendekati keempat remaja tersebut. Mengeluarkan benda yang ia simpan di saku celananya dan mengarahkan pada empat remaja tersebut, hingga keempat nya tergeletak di tanah. Setelah keempat tubuh itu tak lagi bergerak, Haruto terbang mendekat.

"Masih untung gue kasih hidup lo pada, cuma bius untungnya yang gue tembakin barusan,"

"Lhoh, kenapa ini?"

Haruto mendongak dan menemukan dua orang menatap bingung ke arahnya, salah satunya lelaki yang tadi menghubunginya. Asahi.

Haruto turun dari flying board nya terlebih dahulu, "Kalian tadi waktu ke sini ngerasa di ikutin sama mereka nggak bang? Atau mereka datang ke sini sendiri? Mereka tau dari mana markas kita?"

Asahi dan satu orang lagi mendekat ke arah Haruto dan salah satunya berjongkok di dekat empat siswa yang tergeletak, "Bang HaJe nggak lagi sibuk di istana kah?"

Hyunjin mendongak, tersenyun sebentar lalu menggeleng. Yaah lelaki yang bersama Asahi tadi memang Hyunjin, kini Hyunjin sedang menempelkan sebuah alat di pelipis ke empat adik tingkat Asahi guna menghilangkan ingatan mereka tentang markas milik Treasure ini.

"Terus? Kita kemanain nih mereka?" Haruto menatap Asahi dan Hyunjin bergantian, tidak kungkinkan mereka membawanya masuk ke dalam markas.

"Academy,"

"Hah?" tolong lah, Haruto tidak akan paham jika Asahi berbicara setengah-setengah seperti itu.

Hyunjin yang mengerti maksud Asahi langsung mengeluarkan sebuah benda dari kantong bagian dalam jas yang di kenakannya.

"Anjir bang, lo punya kantong doraemon apa gimana dah?"

"Kantong nya dorami gue mah," terserah Hyunjin saja. Hyunjin melingkarkan sebuah benda seperti gelang di pergelangan tangan keempatnya. Haruto tau apa fungsi benda itu, alat teleportasi yang sebenarnya di gunakan untuk benda mati, tinggal mengatur koordinat mana yang akan dituju maka benda itu akan berpindah sendiri. Tapi karena keempat siswa ini sedang dalam keadaan tak sadarkan diri, maja Hyunjin menggunakan alat tersebut pada mereka dengan koordinat ruang kesehatan Treasure Academy.

Praeteritum || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang