...
Hyunsuk memandangi bangunan kokoh dengan nuansa kuno di hadapannya, walau desain bangunannya kuno tetapi bangunan tersebut terlihat sangat megah di tengah-tengah bangunan modern lainnya. Hari ini akhirnya projek museum mereka selesai, ya walau belum sepenuhnya selesai karena area taman dan parkiran belum terselesaikan. Diam-diam Hyunsuk tersenyum bangga ketika melihat pandangan takjub orang-orang sekitar pada bangunan museum tersebut.
"Bang Hyunsuk, barang-barang yang mau dipajang udah sampai, mau langsung penataan kah?"
Hyunsuk menggeleng, "Kita tunggu arahan dari presiden Kim dulu, tapi gue yakin untuk penataan barang bakal dilakuin kalau semua seratus persen selesai,"
Junghwan mengangguk paham, "ngomong-ngomong bang, ngerasa familiar nggak sih sama museum ini?"
Hyunsuk kembali mengarahkan pandangannya pada bangunan museuk di depannya. Memang benar, hal itu juga yang Hyunsuk pikirkan sedari tadi bahwa dirinya merasa pernah berhadapan dengan bangunan seperti ini sebelumnya.
"Bang Hyunsuk!! Wawan!!"
Kedua manusia ini sontak menoleh dengan kompak ke arah barat, dimana terdapat Mashiho yang tengah melambaikan tangan ke arah keduanya.
"Kesana yuk,"
Hyunsuk berjalan terlebih dahulu tanpa menanggapi pertanyaan dari Junghwan, sedangkan remaja bongsor itu sebelum menyusul Hyunsuk, ia sempat menatap sejenak bangunan di hadapannya.
.
.
.
Asahi memandangi tangan lentik yang ada di genggamannya, ibu jarinya mengusap bagian pergelangan tangan lentik tersebut seperti tengah mencari sesuatu."Maaf ya Rin,"
Harin, gadis itu menunjukkan ekspresi bertanya kepada Asahi.
"Maaf hari ini belum bisa ngeluarin chip-nya dari tangan lo,"
"Aih nggak apa, lagian chip ini cuma tanda pengenal selayaknya ID Card punya Megasantara, bukan alat pelacak,"
Asahi menatap Harin yang terlihat santai meski ia tahu bahwa sebenarnya ada ketakutan di dalamnya.
"Lo nggak takut mereka beneran pasang alat pelacak di tubuh lo?"
Harin terdiam kemudian menghela nafas lelah, "Aku nggak tau Asahi,"
"Nanti malem,"
Harin mendongak, menatap Asahi yang tengah memperhatikan dirinya dengan ekspresi datar yang terlihat serius.
"Nanti malem, gue janji kita bakal keluarin chip ini,"
Harin menggeleng, "Kalau kamu masih ada hal penting mending diselesaiin dulu aja nggak apa,"
"Nggak, kita bakal keluarin malam ini,"
Masih menggenggam pergelangan tangan Harin, Asahi mengeluarkan smartphone nya dan menghubungi seseorang. Asahi meminta agar orang diseberang sana datang ke rumahnya nanti malam.
"Kamu kenapa baik sama aku? Padahal aku bukan orang baik,"
Asahi menghela nafasnya, "Rin, jujur sama gue apapun itu, gue udah bilang sebelumnya bukan, kalau gue bakal lindungin lo? termasuk dari temen-temen gue,"
Harin menatap keluar jendela, mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi.
"Gilaa di luar panas banget sumpah, mana kedai es krim langganan gue tutup,"
Doyoung merebahkan badannya pada sofa yang ada diruang tengah markas, menumpangkan kakinya ke atas paha Jeongwoo yang sedang bermain game.
"Kaki lo bau azab bang, jangan ganggu," Jeongwoo menyentak kaki Doyoung.
"Yang lain belum dateng Woo?" tanya Hyunsuk.
Jeongwoo menggeleng, "Belum, bang Jaehyuk sama bang Junkyu ada di LAB, bang Sahi ke apartemen nya bentar ambil barang katanya,"
Hyunsuk mengangguk paham, kemudian ia menuju lantai dua untuk membersihkan diri. Jeongwoo terdiam, ia merasa seperti ada yang kurang di sekitarnya.
"Junghwan kemana bang?" Jeongwoo bertanya kepada Doyoung yang hampir terpejam.
"Hah? Nyamperin bang Jae sama bang Jun ke LAB,"
Jeongwoo beranjak hendak menuju LAB akan tetapi langkahnya terhenti ketika suara bising datang dari pintu utama. Ternyata rombongan Jihoon yang baru saja pulang dari istana negara.
"Dih? Ngape lo?" Jeongwoo mengernyit heran ketika Haruto berjalan ke arahnya dengan tangan yang direntangkan.
"Lo harus memberi kekuatan ke bestie lo yang lemah lesu tak berdaya ini Woo,"
Jeongwoo menatap Haruto aneh, tetapi tetap menerima pelukan lelaki tiang tersebut, kemudian mengusap punggungnya.
"Ada info apa bang?" Jeongwoo bertanya kepada Jihoon.
Terlihat Jihoon menghela nafasnya, "Info dari istana nggak ada Woo, presiden Kim cuma tanya projek museum sama senjata kemarin, ada info dari label,"
"Kita bicarain ntar aja ya Woo, pusing banget soalnya," Yedam menambahkan ketika Jeongwoo hendak membuka suara lagi.
Jeongwoo mengangguk kemudian menepuk pelan punggung Haruto, "Pegel njir, pindah kamar sana lo, gue mau ke LAB,"
"Maafin gue yang bang,"
Hyunsuk menghela nafasnya, "It's okay Sahi, gue tau kok, lo juga lagi bantu penemuan nya bang Tabi kan? Jadi santai aja, keluarga lebih penting loh, kan udah gue bilang member kita tuh banyak jenius semua pula,"
Asahi tersenyum simpul, "Makasih ya bang, sekali lagi maaf,"
"Iyee iyee santai, udah sana, hati-hati lo pulangnya,"
Setelah panggilan itu terputus Asahi kembali ke ruang tengah apartemen nya dimana Harin sedang duduk menunggu.
"Ayo, kita pulang," Asahi memakai jaketnya kembali.
"Kemaren gue ajarin naik flying board udah bisa kan?"
Harin mengangguk, "Iya udah bisa,"
"Pake dulu hoodienya,"
Maafin gue bang Hyunsuk, maafin gue anggota yang lain, maaf gue harus bohong dulu,-
Asahi menoleh kebelakang ketika Harin sudah siap. Mereka terbang menuju ke kediaman keluarga Asahi, dengan tangan yang menggenggam pergelangan tangan Harin karena meski gadis itu sudah bisa menaiki flying board, ternyata lama sekali geraknya :)
Setengah jam terbang karena Asahi juga harus hati-hati membawa Harin, mereka sampai di depan pintu kediaman keluarga Asahi. Belum sempat memencet bel, pintu rumah sudah terbuka terlebih dahulu.
"Selamat datang,"
...
Naahh😌
Agaknya sedikit lega akuu🤣Tbc yaaw😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum || TREASURE
Fanfiction- Ketika sebuah memori akan potongan kejadian masa lalu muncul dan membentuk sebuah teka-teki yang mengharuskan mereka kembali ke masa itu juga - Jadwal up » seluangnya waktu ®bahasa campur ⚠️warning kata-kata kasar⚠️