...
"Heh bocah!! Bantuin anjir malah enak-enak makan lo pada,"
Tiga bocah yang tengah asik memakan camilan di pinggir jendela itu menoleh ketika merasa mereka lah yang di maksud.
"Kenapa bang?"
"Kenapa kenapa, kamu nanyea? Kamu bertanyea-tanyea?"
Plak...
"Aduh!!" Jaehyuk mengusap kepalanya lalu menoleh ke belakang, "Kenapa di tabok sih bang,"
"Jamet lo," ucap Junkyu santai.
Jaehyuk kembali pada posisinya dan menatap tajam ke arah tiga bocah yang tengah menertawai dirinya.
"Pfftt mampus jamet, lo nggak sekalian potong rambut cepmek aja bang?" Jeongwoo menahan tawanya melihat muka Jaehyuk.
"Jangan lah, jadi jamet beneran ntar gue," protes Jaehyuk.
"YA LO EMAMG JAMET!!"
Jaehyuk terlonjak kaget ketika semua teman-temannya berteriak demikian. Kecuali Hyunsyk, lelaki itu hanya tertawa melihat kelakuan teman-temannya.
"Udah udah, lanjut kerja lo pada. Jeongwoo, Haruto, Junghwan sini bantu,"
Ketiga bocah itu langsung berdiri ketika Jihoon membuka suaranya.
"Ngapain bang?"
"Kalian bertiga bikin sensor buat deteksi chip yang ada di tangan mereka,"
"SIAP!!"
Jihoon mengangguk lalu menepuk pundak mereka satu-persatu kemudian menghampiri Hyunsuk juga Yoshi.
"Belum ada kabar dari Asahi kapan dia mau ke sini?"
Hyunsuk dan Yoshi menggeleng, "Kita tunggu aja nggak apa,"
Asahi membuka pintu apartemen miliknya dan mempersilahkan orang yang dibawanya masuk ke dalam, kemudian mereka duduk berhadapan di sofa ruang tamu.
"Gue udah ngomong ke presiden Kim tentang lo yang bakalan tinggal sementara di apartemen gue,"
Asahi mengeluarkan dua buah kartu hologram dan meletakkannya di atas meja yang berada di tengah-tengah mereka.
"Gue buatin id card baru sama satunya kunci apartemen,"
Tangan Asahi terulur kedepan, "Boleh minta id card lo yang lama... Song Harin,"
Harin mengeluarkan id card nya dan memberikannya kepada Asahi. Sebelum tangan Harin kembali, pergelangan tangan gadis itu di tahan oleh Asahi. Lamat-lamat Asahi memperhatikan daerah tertentu pada tangan itu.
"Ada chip nya?" Harin mengangguk.
"Kita keluarin aja, boleh?"
Harin terdiam, memikirkan hal-hal yang mungkin akan terjadi padanya nanti. Raut khawatir Harin tertangkap jelas oleh Asahi, membuat Asahi tanpa sadar menggenggam tangan kanan gadis di hadapannya.
"Nggak usah takut, yang lo pikirin sekarang kalau chip lo di ambil nanti orang-orang bakal tau kalau lo bukan dari Megasantara kan?"
Harin mengangguk, memang itu yang mengganggu pikirannya, pengambilan chip ini harus melalui tenaga medis bukan? Artinya dirinya harus ke rumah sakit, jika nanti dokter-dokter di rumah sakit tau ada chip di tangannya pasti mereka akan paham dari mana dirinya berasal.
"Lo aman sama gue Harin, nggak ada yang tau identitas lo selain gue, bahkan rekan-rekan gue cuma tau kalau lo pekerja istana,"
Harin menatap khawatir pada kedua mata tajam yang kini sedang mencoba meyakinkannya.
"Lo aman sama gue, gue janji,"
"Te–terima kasih... Asahi,"
Asahi tersenyum samar, "Gue ada kenalan dokter kepercayaan keluarga, kita nggak perlu ke rumah sakit, cukup ke laboratorium nya aja, besok kita kesana setelah semua kerjaan gue selesai, nggak apa kan?"
Harin tertegun, setahunya bahwa pemuda bernama Asahi ini irit bicara, tapi apa ini? Bahkan dari awal Asahi berbicara panjang lebar kepadanya.
Harin mengangguk, "Iya nggak apa,"
"Oke, nggak ada yang tau apartemen gue kecuali mama, jadi lo aman disini, sebelumnya boleh gue ganti smartphone lo?"
Harin memperhatikan smartphone nya, sebenarnya tidak ada yang salah, tapi dirinya paham akan maksud Asahi tadi.
"Iya Asahi boleh,"
"Oke, demi kebaikan sama keamanan lo, gue udah siapin semuanya, termasuk smartphone baru buat lo, udah terhubung sama kontak gue,"
Harin kembali mengangguk, memberikan smartphone nya dan menerima yang baru. Tak lupa Harin memberikan ear piece yang selama ini menjadi alat komunikasi dirinya dengan pusat Archizosantara.
"Mereka pasang alat pelacak nggak sama tubuh lo?"
Perkataan Asahi membuat Harin malu, kenapa harus se-frontal itu pikirnya.
"Aku nggak tau Asahi,"
Asahi mengangguk paham, "Besok kita cek sekalian, yaa walau agak sedikit bahaya kalau mereka ngelacak lo sekarang dan nemuin lo di tempat yang mereka nggak tau,"
"Ini udah jam istirahat Asahi, jadi mungkin aman aja,"
"Ya udah kalau gitu gue balik dulu, kalau mau makan di dapur udah tersedia bahan masakannya,"
Harin mengangguk. Ntah tangan Asahi gatal saja rasanya, lelaki itu mengangkat tangannya untuk mengusak kepala Harin.
"Tetap hati-hari, gue duluan,"
Setelahnya, Asahi pergi meninggalkan Harin yang mematung di tempatnya sambil memandangi pintu apartemen yang sudah tertutup.
Kembali ke markas? Tidak. Setelah dari apartemennya, Asahi kembali ke rumahnya. Kini Asahi tengah menghubungi Hyunsuk kalau dirinya tidak langsung ke markas.
"Maaf ya bang,"
"Iya nggak apa Sahi, selesaiin urusan yang bersangkutan sama keluarga lo dulu, nggak usah buru-buru balik ke markas, kan kita personilnya banyak, jenius semua pula,"
Keduanya terkekeh, "Pulang dari academy besok gue ikut kalian dulu,"
"Bagus deh kalau gitu, soalnya ada kerjaan buat lo,"
Tawa Hyunsuk mengudara di seberang sana, "Ya udah Asahi, gue tutup dulu ya kalau gitu,"
Asahi mengangguk meski Hyunsuk tidak akan melihatnya, "Iya bang,"
Setelah panggilan itu berakhir, Asahi sempat terdiam selama beberapa menit, kemudian kembali mengaktifkan smartphone nya untuk menghubungi seseorang.
"Bang, gue butuh bantuan lo,"
...
Akhirnya setelah sekian abad😭👍🏻
Sampai sini duluTbc
👇🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum || TREASURE
Fanfiction- Ketika sebuah memori akan potongan kejadian masa lalu muncul dan membentuk sebuah teka-teki yang mengharuskan mereka kembali ke masa itu juga - Jadwal up » seluangnya waktu ®bahasa campur ⚠️warning kata-kata kasar⚠️