16.

3.5K 384 16
                                    

Aksa menatap takjub kearah monitor saat melihat janin yang berada di perut Achi. Sudah sedikit terbentuk membuat Aksa menatap senang.

Sekarang mereka berdua berada di rumah sakit memeriksa kandungan Achi karena sebelumnya kandungan Achi begitu lemah.

Aksa mengusap rambut Achi sambil menatap kearah monitor. Ia pun mengecup kening Achi. "Terima kasih," ucap Aksa. "I love you," bisiknya.

Achi tersenyum, ia menyentuh rahang Aksa sambil mengusap pipi pria itu. Aksa kembali menutup baju Achi yang tersingkap saat sudah selesai pemeriksaan. Ia membantu turun Achi dari atas kasur tersebut.

"Kondisinya lebih baik dari yang kemarin," ucap dokter itu. "Dan usahakan lebih banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat karena berat janin yang kau kandung masih begitu kecil takut jika dia lahir berat badannya akan kurang," sambungnya.

Achi mengangguk. "Tentu. Terima kasih," ucapnya.

Aksa dan Achi keluar dari ruangan tersebut. "Jadi, kita akan kemana?" tanya Aksa sambil memeluk pinggang Achi. "Kau membutuhkan sesuatu?"

Achi nampak berpikir lalu menggeleng. "Aku ingin memelukmu sambil tidur," ucapnya.

Aksa tersenyum, sikap Achi kepadanya berubah. Perempuan nya menjadi sangat manja jika sedang mengandung.

"Baiklah, ayo." Aksa menggendong Achi seperti koala dan membawanya keluar dari rumah sakit.

"Aksa!" teriak seseorang membuat Aksa menoleh.

"Kenapa?" tanya Aksa.

Keano menggeleng. "Aku ingin berbicara pada kekasihmu," ucapnya.

"Tidak." balas Aksa dingin sambil mengeratkan gendongannya pada Achi.

"Kau tidak mungkin cemburu kan?" Keano menatap dengan pandangan menelisik.

Aksa berdecih. "Berbicaralah! Sebelum aku menendang bokongmu agar pergi menjauh!" ancamnya.

Keano menggerutu. "Oh hai Achi. Bagaimana kondisimu? Apa begitu baik?" tanyanya.

Achi mengangguk. "aku baik-baik saja. Terima kasih," ucapnya.

Keano tersenyum pada Achi namun Aksa memukul kepala Keano. "Jangan tersenyum padanya bodoh!" umpatnya.

Keano menatap kesal. "Aku tidak akan mengambilnya darimu. Kau ini takut sekali. Lagi pula aku sudah memiliki istri," ucapnya.

Aksa mendelik. "Kapan kau menikah?" tanyanya tidak percaya.

"Belum. Tapi aku sudah memiliki seorang dan sekarang dia juga hamil," ucap Keano.

Aksa terdiam. "Kau membicarakan aku brengsek teryata kau lebih brengsek sialan!" ia menendang tulang kaki Keano.

"Aishh. Apa? Itu terjadi karena kecelakaan. Dasar! Aku hanya ingin memberikan ini pada Achi dan calon keponakanku," ucap Keano sambil memberikan tas besar pada Aksa.

"Shit! Apa ini? Berat sekali. Kau tidak memberikan ku bom kan?" tanya Aksa kesal.

Keano mengangkat bahunya acuh. "Achi kalau Aksa menyakitimu pergilah ke Dubai. Aku ada disana bersama kekasihku. Aku akan membawamu pergi dan menghilang," ucapnya.

Aksa menarik kerah baju Keano saat dirinya menurunkan Achi dari tubuhnya. "Jangan macam-macam!"

∆∆∆

Aksa menatap tidak percaya saat melihat apa isi dari tas besar itu. Bermacam perhiasan dengan nilai tinggi. Mulai dari kalung, cincin dan barang mahal lainnya.

"Apa bocah ini gila?!" tanya Aksa kesal.

"Darimana Keano mendapatkannya?" tanya Achi heran. Ia menatap perhiasan di dalam tas tersebut yang ia yakini bernilai sangat tinggi.

Aksa mengusap keningnya dengan kesal. Pasti Keano mendapatkan semua ini dari hasil gedung itu. Hasil merampok dari gedung milik ayah Achi.

"Tidak usah di pikirkan. Itu milikmu," ucap Aksa sambil menutup kembali tas tersebut.

"Maksudnya milikku?" tanya Achi bingung.

"Itu memang milikmu. Itu hak mu," ucap Aksa sambil mengusap rambut Achi. "Simpan dan kenakan nanti," sambungnya.

Aksa memeluk tubuh Achi. "Apa kau mau jalan-jalan?" tanyanya.

Achi menatap Aksa. "Kemana?" tanyanya. Aksa menenggelamkan wajahnya di leher Achi. Menikmati harum dari tubuh Achi yang memabukkannya.

"Di Paris. Sepertinya setelah menikah kita akan tinggal disana," ucap Aksa. "Karena aku mendirikan perusahaan disana dan juga kota yang cantik cocok untukmu," sambungnya sambil mengelus pipi Achi.

"Bagaimana ibuku---" Aksa menatap Achi.

"Kita akan mengajaknya tinggal bersama sayang," ucap Aksa. "Tapi sebelum kita pergi ke Paris aku harus menyingkirkan beberapa serangga,"

Achi menatap bingung, tidak mengerti apa yang di maksud Aksa. Pria itu hanya tersenyum sambil mengecup keningnya. "Agar mereka tidak berani mendekatimu," ucapnya sambil mengusap pipi Achi.

"Aku tidak mau kau dan anakku terancam dalam bahaya," ucap Aksa. "Kau begitu berharga. Untukku,"

Aksa mencium bibir Achi dan membuat perempuan itu duduk di pangkuannya. Aksa mengusap pinggang Achi sambil menahan tengkuk Achi.

"Cantik," lirih Aksa saat mereka melepaskan ciumannya. "Sangat cantik," sambil menatap begitu dalam. Tatapan dingin namun meneduhkan secara bersamaan.

Pipi Achi memerah membuat Aksa terkekeh kecil. "Sebenarnya aku menginginkan mu," ucapnya sambil mengusap pipi Achi yang memerah.

"Tapi aku harus menahannya sampai kau benar-benar menjadi istriku," gumam Aksa. Ia menempelkan keningnya di kening Achi.

"Dan setelah kau menjadi milikku. Jangan harap kau bisa menghindari ku lagi sayang," Aksa menatap tajam.

"Dan saat malam pertama nanti jangan harap kau bisa lari. Aku tidak akan melepaskan mu," Aksa menyeringai.

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang