12.

10.2K 1.2K 75
                                    

"Kandungannya terlalu lemah. Jika seperti ini mungkin kau akan kehilangan bayi ini," ucap Ervan pada Aksa.

"Jangan terlalu mengekangnya. Apalagi memaksanya Aksa," sambung Ervan.

Aksa terdiam sejenak, ia pun menghela nafas pelan. "Baik. Terima kasih paman," ucapnya.

Ervan mengangguk. "Aku akan memberikan resep. Aku harap Achi meminumnya dengan teratur," ucapnya.

Aksa mengangguk paham. Ia memasuki ruangan dimana Achi berada. Aksa mengusap rambut Achi. Perempuan itu baru saja kehilangan kesadaran saat tengah makan tadi. Apa dia terlalu berlebihan?

"Maaf," lirih Aksa.

Aksa melihat Achi yang mulai membuka matanya perlahan. "Ugh," ia bangun dibantu oleh Aksa.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Aksa sambil mengusap perut Achi yang sudah menunjukkan perubahan pada tubuh perempuan itu.

"Aku baik-baik saja," ucap Achi sambil memijat pelipisnya.

"Ayo kita pulang," Aksa menggendong tubuh Achi keluar dari ruangan.

"Aku masih bisa berjalan Aksa," ucap Achi.

Aksa menoleh. "Tidak baik untuk tubuhmu. Kandungan mu masih terlalu lemah," ucapnya.

Achi menyandarkan kepalanya pada Aksa. Pria itu hanya tersenyum tipis melihatnya.

"Kau menginginkan sesuatu?" tanya Aksa.

Achi menggeleng. "Aku hanya ingin istirahat," ucap nya.

Aksa mengangguk. "Jika kau butuh sesuatu katakan padaku. Paham?" tanyanya.

Achi mengangguk singkat. Sepertinya perempuan itu menjadi sedikit pendiam sekarang. Mungkin karena dirinya. Benar-benar brengsek sekali.

"Tidurlah," ucap Aksa sambil mengusap rambut Achi.

Achi mengangguk, ia pun mulai memejamkan matanya sedangkan Aksa mengusap punggung Achi sesekali mengusap perut nya yang sudah mulai membesar itu

"Apa kau merasa aku sangat brengsek?" tanya Aksa.

"Mungkin," balas Achi seadanya.

Aksa tersenyum masam. Dia memang sangat brengsek, ia akui itu.

"Apa kau membenciku?" tanya Aksa.

Achi menggeleng. "Aku tidak bisa membencimu," balasnya.

Aksa memasuki mobilnya membiarkan satu tangannya terus mengusap perut Achi dan satu tangannya lagi memegang stir mobil.

Achi nampak menatap Aksa yang sibuk menatap jalan di depannya. Walaupun Aksa bersikap seperti itu padanya tapi ia tidak pernah membencinya. Ia benar-benar mencintai Aksa. Jatuh cinta pada iblis kejam ini.

Aksa menghentikan mobilnya membuat Achi mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Achi.

Aksa menatap Achi lalu memegang kedua pipi Achi dan menciumnya dengan sangat lembut membuat Achi terhanyut dalam ciuman mereka.

Achi menyentuh rahang Aksa. Pria itu melepaskan ciumannya lalu ia menempelkan keningnya pada kening Achi sambil mengecup punggung tangan Achi hingga membuat nya bersemu merah.

"Menikahlah denganku," lirih Aksa. Achi mengerjapkan matanya lalu menatap Aksa. Apa benar pria itu sekarang tengah melamarnya?

Aksa mengecup bibir Achi lalu mengambil kotak cincin dan menyerahkannya pada Achi.

"Achi. Will you marry me?"

∆∆∆

"Akhirnya kau melamar Achi juga ya," Angkasa mendengus.

Aksa menatap sekilas. Bintang berdiri dari duduknya, ia menarik kerah baju yang di kenakan oleh Aksa lalu mendorongnya hingga tubuh Aksa mengenai dinding di belakangnya.

"Sampai kau menyakitinya aku akan benar-benar menghabisimu. Paham?" tanya Bintang dingin.

"Bintang, kau bisa membunuhnya!" Angkasa menarik tangan Bintang dari kerah baju Aksa.

"Kenapa kau melakukan itu padanya?" tanya Angkasa.

Aksa membuang muka. "Aku tidak ada pilihan lain," balasnya.

Bintang berdecih. "Tidak ada pilihan lain? Tapi kau malah menyakiti wanita itu. Kau pikir wanita yang selama ini bersamamu hanya untuk nafsu gairahmu saja begitu?" ucapnya datar.

Aksa menatap Bintang. "Bukan seperti itu," balasnya.

"Lalu seperti apa brengsek!" Bintang menarik baju Aksa.

"Bintang, stop it!" ucap Angkasa. "Kita datang kesini untuk membantu Aksa bukan untuk menghajarnya,"

Bintang menatap tajam lalu mendorong tubuh Aksa. "Kalau kau menyakiti nya lagi aku tidak akan pernah membantumu." ucapnya.

"Jadi, apa yang bisa kau jelaskan tentang hal yang kau lakukan ini?" tanya Angkasa.

"Ibu Achi adalah seorang ilmuwan dari organisasi hitam," ucap Aksa.

Angkasa dan Bintang menatap terkejut. "Really?" tanya Angkasa tidak percaya.

Aksa mengangguk singkat. "Achi sudah menjadi target beberapa organisasi. Aku melakukan ini agar tau siapa saja yang terlibat setelah itu aku akan menghabisinya," ucapnya.

"Lalu kami?" tanya Angkasa.

"Menyelamatkan ibu Achi. Mereka menyekapnya karena Vera, ibu Achi berusaha untuk kabur dan menyebarkan informasi tersebut pada orang luar," ucap Aksa.

"Apa imbalanya?" tanya Bintang acuh. Sebenarnya ia malas membantu saudaranya yang brengsek ini tapi jika ini adalah hal yang bisa membantu Achi, ia akan melakukannya. Bagaimana pun juga Achi pernah membantunya.

"Apapun yang kau mau," balas Aksa.

Bintang berbalik, ia kembali memakai jas yang tadi ia lepas. "Kirimkan lokasinya," ucapnya sambil menatap Aksa sekilas.

"Aku akan langsung pergi menyelamatkan nya," sambung Bintang. Ia pun pergi meninggalkan rumah Aksa.

"Baiklah aku juga akan ikut," ucap Angkasa.

"Selain itu apa kau bisa mengurus seseorang?" tanya Aksa. Angkasa berbalik menatap bingung.

"Mengurus siapa?" tanya Angkasa.

"Memberi pelajaran untuk paman dan bibi Achi," ucap Aksa sambil menyeringai.

Angkasa nampak berpikir. "Ah, pasangan penjilat. Tenang saja aku akan mengurusnya untukmu. Tapi berjanji padaku kau tidak akan menyakiti Achi lagi," ucapnya.

Aksa mengangguk lalu Angkasa pun ikut keluar dari rumah Aksa. Sedangkan pria itu memilih untuk masuk ke dalam kamar. Ia melihat Achi yang tengah tertidur pulas.

Aksa berjalan mendekat lalu mengusap perut Achi. "Jangan membuat ibumu menderita sayang," ucapnya sambil mengecup perut Achi.

Lalu mengecup kening perempuan itu. "Perlahan. Aku akan mengembalikan semua yang pernah mereka ambil darimu," ucap Aksa.

"Aku janji,"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang