21.

1.2K 71 3
                                    

Achi menatap layar ponselnya. Aksa tidak memberi kabar. Sudah dua hari sejak dia sampai di Dubai. Indah memang tapi hampa apalagi pikirannya terbagi.

Sinta menepuk pundak Achi. "Ayo makan. Kau harus ingat ada yang kau kandung disini," ucapnya sambil mengusap perut Achi.

Achi menggeleng. "Nanti saja. Aku akan makan sedikit." ucapnya.

"Kau harus makan Achi. Aksa pasti baik baik saja," Alasyan datang dengan membawa cemilan. "Ini makan ini saja untuk mengisi perutmu sementara waktu," sambungnya.

Achi mengangguk. "Aku akan makan nanti," balas nya dengan singkat. Tangannya mengusap perutnya sendiri.

Cklek'

Keano memasuki ruangan dengan menggandeng seorang perempuan di sampingnya. "Kalian sudah bangun teryata. Kenalkan ini istriku, Harletta." ucapnya sambil tersenyum.

Achi, Sinta dan Alasyan berjalan mendekati Harletta. "Aku Achi, ini kedua sahabat ku, Sinta dan Alasyan," ucapnya.

Harletta tersenyum manis. "Halo, aku sudah mendengar nama kalian dari Keano. Dia banyak bercerita. Kau Achi, sedang mengandung juga? Aku juga. Kita sama," ucapnya panjang lebar.

Sinta menatap Keano. "Kapan kau menikah?" ucapnya dengan menyelidik.

Keano menggaruk tengkuknya. "Ah itu, dua hari yang lalu," ucapnya.

Sinta menatap tidak percaya. "Dia hamil? Dan kau baru--"

Keano memotong pembicaraan. "Kecelakaan. Ini Kecelakaan.  Teryata aku bisa membuat anak," ucapnya dengan tampang tidak berdosa.

Harletta mendelik, Keano hanya tersenyum tidak bersalah. "Yah aku tergoda, tapi tidak di pungkiri aku jago juga," ucapnya sambil menepuk dadanya dengan pelan.

Alasyan dan Sinta hanya mencibir menatap Keano sedangkan Achi ia hanya tersenyum. "Kau brengsek juga teryata," celetuk Achi.

Harletta mengangguk setuju. "Itu benar," ucapnya. "Dia memang brengsek," sambungnya.

Keano mendelik. "Tapi aku bertanggung jawab," protesnya.

"Aksa juga bertanggung jawab," balas Achi.

"Tentu saja. Kami memiliki hubungan saudara jadi sama," sambung Keano.

Achi mendelik, Keano hanya tersenyum manis. "Kapan Aksa kembali?" tanyanya.

"Kalau urusannya sudah selesai. Dia akan kembali. Dia sudah berjanji akan menyelesaikan semua masalah yang ada sebelum kalian menikah," ucap Keano.

Achi menunduk, jadi ini semua karena dirinya? Sinta menepuk pundak Achi. "Ada apa?" tanyanya khawatir.

"Jadi semua masalah karena diriku?" tanya Achi.

Keano menggeleng. "Tidak, yang bermasalah bukan dirimu. Tapi orang yang membencimu," ucapnya menghibur.

"Lebih baik kau istirahat.  Kandunganmu baru pulih, kalau kau banyak memikirkan sesuatu yang berat, anak yang ada di kandunganmu akan bermasalah nanti," ucap Alasyan sambil menuntun Achi menuju kasurnya.

Harletta mengangguk setuju. "Setidaknya pikirkan bayimu Achi. Kekasihmu pasti kembali kesini menjemput," ucapnya.

Achi mengangguk pelan, lebih baik ia istirahat dulu. Semakin di pikirkan semakin membuat kepalanya sakit. Ia juga tidak mau terjadi sesuatu dengan bayinya.

◇◇◇

Angkasa memberikan dokumen kepada Aksa. Biarkan pria itu membacanya hingga selesai.

"Aku sudah menyelesaikan tugas yang kau berikan. Jadi aku boleh menyusul ke Dubai kan? Aku rindu kekasihku," ucap Angkasa sambil menunjukkan room chat miliknya dengan Alasyan pada Aksa.

Aksa mendengus. "Kau tidak akan mati mendadak kalau tidak bertemu dengan kekasihmu seminggu ini," ucapnya.

Angkasa mendelik. "Asal kau tau ya. Rasa rinduku ini sangat sangat besar semua orang harus tau kalau aku mencintai--"

Bintang menyumpal mulut Angkasa dengan selembar roti tawar di tangannya.  "Berisik! Selain mengomel apa yang kau bisa lakukan, cih." Bintang duduk di samping Aksa.

Angkasa menatap protes. "Apa kau tidak tau. Kembaran mu ini hampir mati tau. Apa kau tidak lihat pengorbanan ku ini, huh? Aku ini bisa melakukan apa saja," ucapnya dengan terus mengoceh.

Bintang berdecih. Aksa mengaktifkan ponselnya, notifikasi berbunyi beberapa kali. Ia pun melihat notifikasi di ponselnya. Aksa menarik senyumnya dengan tipis saat melihat Achi mengirimkan foto perut nya yang berbentuk itu. Ia pun membalas sebentar hanya beberapa kata sebelum mematikan ponselnya kembali.

Kau terlihat seksi.

Send

Aksa kembali mematikan ponselnya setelah mengirimkan pesan tersebut agar ia tetap fokus dengan apa yang ia lakukan disini sementara waktu.

"Berapa persen yang sudah berhasil?" tanya Aksa.

"Lima puluh persen," balas Bintang. "Lumayan, untuk semua yang kita lakukan," sambungnya.

"Berapa tempat yang tersisa?" tanya Aksa kembali.

Angkasa menjawab. "Lima tempat lagi. Tapi Bintang hanya baru mengetahui tiga sisanya sangat susah untuk menembus akses disana. Kita tidak tau kedua tempat itu apa," ucapnya.

"Berikan dua tempat yang tidak bisa di akses padaku," Aksa bangun dari duduknya. Bintang menahan pundak Aksa.

"Jangan gegabah!" Bintang menatap dengan serius. "Kita tidak tau jebakan apa yang ada disana," sambungnya, Angkasa mengangguk setuju mendengar perkataan Bintang.

Aksa melepaskan tangan Bintang yang menempel di pundaknya.  "Tidak bisa di tunda lagi. Kalau kau tidak bisa menembus akses disana jalan satu satunya langsung bergerak ke tempat lokasi," ucapnya.

Bintang menghela nafas pelan. "Ya memang benar tapi--"

"Aku tidak akan mati cepat. Apalagi aku belum menikah," ucap Aksa sambil terkekeh sedangkan Bintang menatap datar.

"Bukan itu maksudku," Bintang tidak habis fikir dengan kembaran nya ini. Angkasa hanya terkekeh pelan mendengarnya.

"Aku serius," ucap Aksa.  "Orang brengsek tidak akan mati cepat. Aku juga tidak mau meninggalkan Achi menjadi janda muda nanti,"

"Aku masih ada tanggung jawab yang harus di selesaikan. Dengan begitu Achi bisa bebas dari hal apapun yang berbahaya. Ini juga berlaku untuk anakku,"

◇◇◇
TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang