"Aksa," Achi menarik baju yang dikenakan Aksa.
Aksa menoleh. "Ada apa?" tanyanya.
"Aku lapar," wajah Achi memerah. Aksa mengulas senyumannya.
"Kau ingin apa?" tanya Aksa.
"Aku ingin daging bakar," ucap Achi. Aksa mengangguk.
"Kalau begitu ganti pakaian mu. Kita akan pergi keluar," ucap Aksa sambil mengecup kening Achi.
Tak lama kemudian akhirnya Achi keluar, ia pun menghampiri Aksa yang sudah menunggunya di luar.
"Ayo," Aksa memeluk pinggang Achi.
Mereka pun akhirnya pergi menuju restoran terdekat. Achi mengusap tangannya, entah kenapa hari ini sangat dingin sekali.
Aksa meletakkan jaket miliknya diatas pundak Achi. "Hari ini sangat dingin. Jangan lepaskan jaket itu," ucapnya.
Achi mengangguk, ia pun tersenyum. Walaupun Aksa bertindak sangat posesif padanya tapi pria itu tetap mengkhawatirkan dirinya.
"Tunggu disini. Aku akan membelikan minuman untukmu. Kau tidak boleh meminum air yang mengandung alkohol," ucap Aksa. Karena direstoran ini hanya tersedia minuman yang berkadar alkohol walaupun hanya beberapa persen.
Achi terdiam, kenapa ia merasakan perasaan yang tidak enak. Achi mengusap kedua lengannya. Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang buruk.
Beberapa menit kemudian akhirnya Aksa kembali membawa minuman untuk nya.
"Aksa!" Aksa menoleh saat mendengar suara yang memanggil namanya.
"Kau disini?" Aksa mengerutkan keningnya. Kenapa gadis di depannya ini begitu akrab padanya?
Aksa tidak menjawab membuat wajah gadis yang ada di depannya memerah menahan malu.
"Ini," Aksa memberikan minuman yang ia belikan untuk Achi.
"Apa itu? Apa aku boleh mencobanya?" tanya nya langsung meminum minuman tersebut tanpa persetujuan dari Aksa.
Achi menatap kesal. Ada apa dengan gadis itu? Aksa menatap dingin. Jika di depannya ini bukan seorang perempuan akan dengan senang hati Aksa akan menghabisinya.
"Ah maaf. Aksa kau masih mengingatku kan. Aku Kiara," ucap Kiara.
"Tidak," balas ketus Aksa. Achi yang ingin mengambil minuman yang sudah di minum Kiara pun langsung di halang oleh Aksa.
"Jangan diminum," Aksa langsung membuat minuman tersebut ke dalam tong sampah. "Minuman itu kotor. Tidak baik untuk kandunganmu,"
Wajah Kiara memerah. "Aksa--"
"Ayo pergi," Aksa memeluk pinggang Achi, tanpa memperdulikan tatapan kesal Kiara.
Kiara menghentakkan kakinya. Aksa menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap datar Kiara.
"Kau. Siapapun dirimu aku tidak peduli. Jangan berdekatan denganku. Karena aku paling tidak suka wanita agresif sepertimu," ucap Aksa dingin.
Aksa merangkul pundak Achi. "Kita ke tempat lain. Aku tidak ingin kau makan di tempat yang tidak higienis untukmu," ucapnya.
"Gadis itu---"
"Tidak usah di pedulikan," potong Aksa. "Tidak ada yang boleh mendekati aku selain dirimu. Bagiku mereka sama saja seperti hama, paham?"
∆∆∆
"Fe-Fedrick," Achi bergerak mundur saat melihat sepupunya berdiri tidak jauh darinya.
"Akhirnya aku menemukanmu," Fedrick berjalan mendekat.
Wajah Achi langsung memucat, ia bergerak mundur. Dimana Aksa? Kenapa pria itu belum kembali?
"Bagaimana kabarmu?" tanya Fedrick. "Kau bertambah cantik saja. Mungkin sekarang menurutku kau terlihat lebih berisi dari sebelumnya,"
"B-brengsek!" umpat Achi dengan wajah memerahnya.
Fedrick tertawa kecil. "Ada apa denganmu? Kau tidak merindukan aku?" tanyanya.
"Menjauhlah dariku! Atau aku akan teriak!" ancam Achi.
Fedrick tersenyum miring. "Teriak saja. Akan dengan senang hati aku membuatmu bungkam," ucapnya.
"Aku dengar kau memiliki seorang kekasih. Dimana dia? Kenapa kau tidak bersamanya?" tanya Fedrick.
"Apa urusannya denganmu?" tanya Achi dengan ketus.
Fedrick tersenyum kecil. "Gadis kecilku sudah dewasa ya," ucapnya. Ia berjalan mendekat membuat Achi semakin bergerak mundur.
"K-kau---"
"Maaf, terlambat sayang," Aksa memeluk pinggang Achi. "Aku harus mengantri lama tadi,"
Aksa menatap Achi yang sudah pucat pasi, ia pun memeluk tubuh kekasihnya dengan erat.
"Yo, apa kabar?" tanya Aksa sambil menyeringai. "Tahanan penjara,"
Fedrick terdiam. "Ah, jadi ini kekasihmu. Selera mu rendah sekali," ucapnya sambil menatap remeh.
Achi menatap tajam. "Lebih baik dari pada harus bersamamu," ucapnya dingin.
Aksa tersenyum remeh. "Setidaknya aku lebih berkualitas dari pada dirimu," ucapnya.
Fedrick terkekeh pelan. "Aku kesini hanya ingin menyapa sepupuku. Benar kan Achi?" tanyanya.
Achi membuang muka. Aksa mengeratkan pelukannya. "Ah ya, sepupu yang hampir kau lecehkan," sindir Aksa.
Fedrick mengusap dagunya. "Yah tidak di pungkiri, jika sepupu cantikku ini memiliki tubuh yang. Emhh---menggoda mungkin," ucapnya sambil menyeringai.
Aksa tersenyum dingin. Ia melindungi Achi dengan menyembunyikan nya di belakang tubuhnya. Ia pun berjalan mendekati Fedrick.
Aksa melepaskan topi yang ia kenakan. "Tidak heran jika kau masuk ke dalam penjara," ucapnya. "Kau tidak lebih dari seorang binatang,"
Aksa menodongkan tongkat besi kearah Fedrick. "Satu yang harus kau ketahui. Jika aku paling benci seseorang mengganggu apa yang sudah menjadi milikku," ucapnya sambil meletakkan tongkat besi tersebut diatas pundak Fedrick.
"Peringatan untukmu," Aksa tersenyum dingin. "Kalau kau berani menyentuh kekasihku. Kau akan menerima akibatnya jika kau melanggar," Aksa menatap datar. Fedrick tersenyum miring, namun ia akui jika ia sedikit takut dengan ancaman Aksa, ingat hanya sedikit.
"Aku tidak pernah main-main dengan perkataanku. Ini berlaku untukmu. Sentuh Achi, nyawamu melayang di tanganku," Aksa menatap tajam.
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...