Achi tampak tertidur pulas di kasurnya di temani Sinta dan Alasyan. Mereka seharian ini hanya di kamar karena Keano tidak memperbolehkan mereka untuk keluar dari kamar.
Sinta menatap jenuh. "Sampai kapan seperti ini?" tanyanya dengan heran.
"Sampai keadaan membaik," balas Keano yang sibuk dengan cemilan di tangannya.
Sinta mendengus. "Bukankah ada kalian? Apa gunanya ada kalian menjaga kami?" tanyanya lagi.
Keano menghela nafas pelan. "Hey girls, aku dan teman ku disini untuk melindungi kalian bukan menemani kalian berbelanja," ucapnya dengan kesal.
Sinta mencibir kesal. Dia jenuh begitu juga dengan Alasyan tapi perempuan itu hanya diam saja.
Sinta menatap Achi. "Aku kasihan padanya," ucapnya. Alasyan menganggukkan kepalanya.
"Itu hal lumrah," balas Keano. Sinta menatap horor kearah pria tersebut.
"Hal lumrah? Membunuh orang termasuk hal lumrah? Kau gila ya?!" ucapnya dengan kesal.
Keano terkekeh sambil memakan cemilannya sedangkan Sinta hanya mendengus kesal.
"Halo nona Bintang. Perebutan kekuasaan sudah biasa ada di dunia ini. Kau pun tau sendiri seperti apa orang yang tamak akan harta," ucap Keano dengan santai.
Alasyan hanya diam karena memang dirinya pun bukan dari keluarga yang terpandang. "Apa ini tidak akan berakhir?" tanyanya.
Keano tampak berpikir. "Jika salah satu ada yang mati. Bisa jadi itu berakhir," Alasyan menatap tidak percaya kearah Keano yang berbicara santai seperti itu.
"Kau santai sekali ya," sindir Sinta. Keano hanya terkekeh.
"Aku sudah sering melihat hal seperti ini yang kesekian kalinya. Jadi bisa di bilang aku terbiasa," ucap Keano.
"Terbiasa menjadi buronan, cih!" Alasyan mencibir, Keano hanya tertawa lepas dengan kedua teman nya yang hanya tersenyum tipis.
Ponsel Keano berdering. Keano melihat notifikasi ponselnya. Lalu membacanya dengan diam. Alisnya berkerut, ia pun mendengus.
Sinta yang melihat perubahan mimik wajah pada Keano pun bersuara. "Ada apa?" tanyanya heran.
Keano hanya menggeleng, ia pun bangun dari duduknya. "Ok para gadis. Apa kalian mau berlibur ke Dubai untuk sementara waktu," ia bertepuk sekali.
Sinta dan Alasyan menatap tidak percaya. "Kau bercanda ya? Di saat seperti ini berlibur," ucap Sinta.
"Aku tidak bercanda. Bangunkan Achi, kita akan berangkat sekarang!" ucap Keano dengan tegas. "Siapkan pesawat," ucapnya pada kedua temannya.
"Ada apa? Tidak mungkin kita tiba tiba pergi ke sana," ucap Alasyan di balas anggun Sinta.
Keano menghela nafas. "Tidak ada waktu, selama mereka melancarkan tugas untuk membereskan hama. Tidak ada tempat aman selain disana. Ayo!" ucapnya.
"Ada apa?" tanya Sinta panik. "Apa semuanya baik baik saja? Bagaimana dengan Bintang dan yang lain?!"
"Baik untuk saat ini. Segera bergegas. Tempat ini sudah terbongkar. Jika kau masih bertanya kita akan mati disini!"
◇◇◇
Bintang membuang ponselnya setelah menghancurkannya hingga tidak terbentuk. Ia habis mengirimkan pesan kepada Keano untuk membawa istrinya terutama Achi ke tempat dimana pria itu tinggal. Dua puluh persen kemungkinan mereka terbongkar disana. Akses yang di miliki Keano disana sangat kuat melebihi miliknya.
"Ayo!" ucap Bintang pada Aksa. "Mereka akan aman, kau tidak perlu khawatir. Kita langsung saja," sambungnya.
Aksa mengangguk. Ia menggunakan maskernya. "Bagaimana Angkasa?" tanyanya.
"Bocah itu bersama orang kepercayaan ku. Mereka akan mencari bukti yang tidak di temukan lainnya," ucap Bintang. "Bergegas sekarang! Atau tidak sama sekali,'
Aksa mengangguk. "Kita berpisah disini. Aku akan mengikutinya sampai di tempat rahasia mereka sendiri. Dan kau kerjakan yang lain," ucapnya.
Bintang memukul kepala Aksa. "Jangan gila. Kau mau menyelesaikan nya sendiri?" ucapnya tidak percaya.
Aksa terkekeh. "Itu hal yang bisa kita lakukan mengurangi hal buruk yang akan terjadi. Aku tidak akan mati cepat karena aku belum menikah dengan Achi," ucapnya.
Bintang mendengus. "Kalau kau terluka. Kau bicarakan itu pada Achi sendiri," ucapnya.
Aksa mengangguk sambil terkekeh. "Tentu. Aku akan langsung bergegas," ucapnya sambil berlari meninggalkan Bintang. "Good luck,"
Bintang hanya mendengus kesal namun tetap menuruti hal yang sudah di katakan Aksa padanya. Selesaikan semuanya dengan membagi tugas. Ia pun bergegas masuk ke dalam mobilnya dan bergerak meninggalkan tempat persembunyian mereka.
Di tempat Angkasa berada ia bergegas memecahkan lukisan yang ada di depannya yang mengumpulkan segala aset lengkap. "Ketemu!" ucapnya dengan senang saat menemukan dokumen yang ia cari.
"Kau menemukan apa?" Angkasa menoleh saat mendengar suara asing di telinganya.
Angkasa terkejut. Salah satu pelaku yang mengincar Achi ada di hadapannya bagaimana ini. Xavier, orang kepercayaan Bintang tidak terlihat batang hidungnya karena mereka berpisah untuk mengumpulkan semua bukti dengan waktu singkat.
"Aku kira siapa tikus yang berani masuk disini. Teryata kau," ucap Gerry, salah satu yang mengincar nyawa Achi.
Gerry dengan dengan dua orang di sebelah kanan dan kirinya. "Hanya sendiri. Bernyali sekali," ucapnya.
"Karena kau berkata aku tikus. Jadi aku bisa masuk kesini sendiri," ucap Angkasa dengan tampang bodohnya.
Gerry menggeram kesal. "Ambil dokumen itu kembali. Pastikan salah satu tangannya patah," ucapnya.
Angkasa melotot. "Oi! Aku ini belum menikah tau! Bagaimana kau setega itu padaku," ucapnya tidak percaya.
Gerry menatap datar. Teryata orang di depannya ini sedikit gila, pikirnya. "Aku tidak peduli. Kau mati pun aku tidak peduli!" ucapnya.
Angkasa bersiap untuk berkelahi dan ia pun menyembunyikan dokumen yang ia dapat. "Majulah sini! Sini! Biar aku hancurkan masa depan kalian," ucapnya.
Dorr
Dorr
Bugh
Angkasa yang siap dengan kuda kuda nya melongo saat kedua bodyguard milik Gerry terkapar dengan luka tembakan di kepala, lalu Gerry yang kepalanya di pukul dengan tongkat kayu.
"Woah! Kau masih hidup teryata, aku kira kau sudah sekarat," ucap Xavier. Pria itu menembak sekaligus memukul kepala Gerry dengan tongkat.
Angkasa mengacungkan jempol kearah Xavier saat memastikan dirinya baik baik saja. "Aku masih hidup. Raga ku saja yang sudah terbang entah kemana. Oh goodes!"
◇◇◇
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...