"Menikahlah denganku,"
Aksa terdiam, ia pun mengacak rambutnya dengan frustasi. "Bukan seperti itu bodoh," ucapnya.
Aksa mengetuk kepalanya, ia kembali menatap cermin. Ia pun mulai terduduk dengan menumpu salah satu kakinya.
"Achi, menikahlah denganku," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Shit!" Aksa melempar kotak cincin tersebut kearah kasurnya. "Bukan seperti itu,"
"Apa kau tidak bisa romantis sedikit?" tanya Aksa pada dirinya sendiri. "Bodoh!"
"Fuck!" umpat Aksa. Jika dengan seperti ini sangat tidak menyenangkan bukan?
Ia pun memilih untuk berbaring diatas kasur. Hari ini Achi berada di rumah orang tuanya dan ia berada di apartemen. Aksa menatap ponselnya, ia pun menelpon Angkasa.
"Halo, ada apa? Tumben sekali kau menelpon ku," tanya Angkasa.
Aksa meletakkan tangannya diatas keningnya. "Waktu kau melamar Alasyan. Bagaimana caranya?" tanyanya.
"Ha? Melamar Alasyan? Oh, aku tau. Kau ingin melamar Achi ya. Apa kau tidak tau cara melamar seorang wanita, seriously?" tanya Angkasa tidak percaya. "Aku rasa kau terlalu dingin dan kaku. Bahkan tidak ada romantisnya sama sekali. Kau tau---"
"Diam!" Aksa berkata dingin. "Jika kau tidak mau memberitahu ku terserah. Aku tutup dulu,"
"Hey-hey," protes Angkasa. "Kau ini. Kalau kau mau melamar kekasih mu kau harus melakukannya dengan suasana romantis,"
"Romantis ya," gumam Aksa, ia pun terduduk. "Thanks,"
"Hey, kau benar-benar paham kata-kata ku kan? Kau harus---"
Tut~
Aksa mematikan sambungan telepon nya. "Aku mengerti," ucapnya pelan. Ia yakin Angkasa yang ada disana pasti tengah mengumpat kesal padanya.
Ia pun bergegas mengambil jaket miliknya. Dan tentunya dengan cincin yang ia beli beberapa hari yang lalu tanpa sepengetahuan Achi. Tentu saja ia ingin menikahi Achi, namun waktu kemarin belum tepat untuknya.
"Suasana romantis," gumam Aksa. "Aku paham,"
Romantis yang menurutnya itu adalah sebuah hal yang harus di lakukan dengan cara berbeda. Aksa menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya.
Saat sampai di rumah ia mengerutkan keningnya saat dirinya tidak melihat keberadaan Achi.
"Mommy. Kemana Achi?" tanya Aksa bingung.
Hana menoleh. "Dia pergi untuk menemani temannya. Dia bilang akan kembali secepatnya. Tapi, sudah lebih dari satu jam dia tidak kembali," ucapnya khawatir.
Aksa mengumpat. "Aku akan mencarinya dulu," ucapnya. Ia pun bergegas pergi mencari keberadaan Achi.
Aksa nampak menelpon temannya. "Aku suruh kau memantaunya. Apa kau tau dimana dia?" tanyanya.
"Aku tau. Dia ada di cafe dekat apartemen milikmu. Pergilah kesana," ucapnya.
Aksa memutuskan sambungan teleponnya. Firasatnya tidak enak. Ia pun menaiki motornya lalu pergi dengan cepat.
"Sampai terjadi sesuatu padanya. Aku akan menghabisi semua yang terlibat,"
∆∆∆
"Achi. Kau harus minum. Hargai teman-teman mu," ucap Kelly sambil memberikan segelas minuman alkohol tinggi.
Achi menggeleng. "Tidak. Aku tidak bisa meminumnya," ucap nya takut. Jika ia berkata bahwa dirinya tengah mengandung bukankah itu malah akan mencelakai bayinya?
"Kau ini," Kelly menyodorkan minuman tersebut dengan paksa.
"Aku-aku alergi minuman keras," ucap Achi.
Yuri tersenyum. "Aiya. Hanya beberapa tegukan saja. Minumlah," ucapnya.
Achi menggeleng. "Aku benar-benar tidak bisa," tolaknya secara halus. Ia salah, ia kira ia hanya menemani Kelly berkumpul dengan teman yang lain hanya sekedar berbincang biasa teryata tidak.
"Aku, aku sebaiknya pulang saja," Achi berdiri namun tangannya tertahan.
"Mau kemana?" tanya Alex. "Kalau kau tidak ingin minum. Bagaimana dengan menemaniku malam ini?"
"Aku bukan wanita malam," sentak Achi dengan kasar.
"Kalau begitu. Minum!" Kelly memaksa Achi untuk minum dari gelas yang ia tuangkan.
Achi nampak mendorong gelas tersebut dengan sekuat tenaga. Namun rambutnya di tarik dengan paksa.
"Minum!" bentak Kelly.
Prangg~
Gelas tersebut pecah saat seseorang melemparkan batu kearah gelas tersebut.
"Ingin minum ya. Tapi memaksa seseorang itu bukankah termasuk pelanggaran?" Aksa masuk menatap dingin dengan beberapa orang menyusul dari belakang dan masuk bersamanya.
"Hey bung," Aksa menepuk pundak Alex. "Kau ingin Achi menemanimu malam ini? Benarkah?"
"Siapa kau?" tanya Alex kesal.
Aksa kembali berdiri. "Aku? Tidak penting untukmu tau. Yang harus kau tau sekarang," ia melangkah baju sambil mengambil botol vodca di depannya. Dan menuangkan ke dalam gelas lalu meneguknya hingga tandas.
Aksa menjilati bibirnya. Lalu menumpahi semua isi dari botol yang ia ambil ke lantai. "Minumanmu lumayan juga," ucapnya.
Prangg~
"Akhhh!" teriak panik Kelly, Yuri dan teman-temannya yang lain saat Aksa melayangkan botol kaca tersebut kearah kepala Alex dengan kuat hingga membuat botol tersebut pecah.
"Pembunuhan!" teriak Kelly histeris.
Kepala Alex berdarah, ia memegangi kepalanya. Aksa menarik kerah baju Alex dengan paksa lalu mendorongnya dengan kuat kearah dinding.
Aksa menatap dingin. "Kau tau siapa yang kau ajak berbicara. Dia adalah kekasihku. Dan kau, kau malah dengan berani berkata seperti itu padanya," ia mencengkram kuat kerah baju Alex.
Bugh~
Alex tersungkur pingsan saat Aksa melayangkan pukulannya dengan sangat kuat. Membuat teman-teman nya berteriak histeris.
"Jangan khawatir," ucap Aksa. "Bajingan itu tidak akan mati cepat,"
Aksa menendang meja kayu dengan kuat lalu memeluk tubuh Achi dan menyembunyikan wajah kekasihnya di ceruk leher nya.
"Untukmu," Aksa menatap Kelly yang meringsut ketakutan. "Berani macam-macam dengan kekasihku. Kau akan bernasib sama dengan bajingan ini. Sekalipun kau perempuan,"
"Tidak ada yang boleh mengganggu kekasihku, kalian paham?" Aksa menggendong tubuh Achi seperti anak kecil sambil terus menekan kepala Achi dengan pelan.
"Jangan lihat," bisik Aksa.
Aksa menatap teman-teman nya. "Habisi,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...