19.

856 42 1
                                    

Sinta membawakan minuman untuk teman temannya yang datang. "Jadi kau hamil Achi?" tanyanya.

Achi menganggukan kepalanya. "Iya aku hamil," ucapnya.

Alasyan menatap dengan berbinar, "Woah, tapi Aksa bertanggung jawab kan untuk itu?" tanyanya dengan tatapan menelisik.

Achi tersenyum. "Dia mau bertanggung jawab. Sepertinya dia senang juga melihatku mengandung," ucapnya.

Sinta mengangguk. "Itu bagus, kalau dia melakukan kesalahan yang fatal potong saja adik kecilnya itu," ucapnya sambil menggerakkan jarinya berbentuk gunting.

Achi dan Alasyan tertawa lepas. "Jadi bagaimana keseharianmu? Apa kau sudah tau penyebab Aksa berubah?" tanyanya dengan penasaran sambil memakan cemilan yang ada di hadapannya.

"Sudah," ucap Achi. Sinta menatap kearah Achi dengan penasaran. "Lalu, lalu?" tanyanya.

Achi tersenyum manis. "Dia akan berubah saat semuanya selesai," ucapnya.

Sinta tampak berpikir. "Jadi penyebabnya karena yang sedang terjadi ini? Terjadi padamu?" ucapnya lagi.

Achi mengangguk. "Begitulah. Tapi tidak semua karena hal ini. Ada faktor lain," ucapnya. Achi dan Sinta hanya ber'oh ria, mereka tidak berani berbicara lebih lagi takut jika Achi akan meresponnya dengan sedih dan akan menganggu kandungannya nanti.

Sinta menepuk tangannya. "Baiklah, apa yang harus kita lakukan kali ini disini? Kita sudah lama tidak berkumpul, jadi jangan sia siakan waktu. Aksa berkata jika kau menikah, kau akan pergi ke tempat lain. Jadi ayo bersenang-senang dulu selama di rumahku," ucapnya dengan semangat.

Achi terkekeh. Alasyan menatap jahil. "Kau semangat sekali, apa kau belum mengandung juga? Bagaimana kalau kandunganmu bergerak saat kau meloncat kuat seperti tadi," ucapnya.

Sinta melemparkan bantal kearah Alasyan. "Aku belum hamil," ucapnya.

Alis Alasyan bergerak naik turun. "Tapi kau sudah melakukannya dengan Bintang bukan? Hohoho, aku yakin Bintang tidak membiarkanmu tertidur beberapa hari ini," ucapnya jahil.

"Hentikan omong kosongmu!" Sinta melemparkan bantal kembali kearah Alasyan namun meleset.

"Akui saja. Wajahmu sudah memerah seperti kepiting rebus," Alasyan menjulurkan lidahnya. Achi hanya tertawa lepas melihat teman temannya yang saling mengejar satu sama lainnya.

Cklek'

Achi dan teman temannya menoleh kearah pintu. Keano datang dengan dua orang di belakangnya. "Sepertinya kalian seru sekali ya," ucapnya.

Achi berjalan mendekati Keano. "Ada apa?" tanyanya.

Keano menggeleng. "Tidak ada, aku hanya ingin mengirimkan dua orang di belakang ku untuk menjaga kalian," ucapnya.

Sinta mengerutkan keningnya. "Bukankah, bodyguard dari Bintang sudah lebih dari cukup," ucapnya.

Keano menyentil kening Sinta membuat perempuan itu meringis. "Kau pikir apa yang akan di lakukan pria yang hanya mengandalkan kekuatan otot bukan otak?" ucapnya dengan gemas.

"Aku tau beberapa orang yang Bintang kerjakan disini ada yang jenius. Tapi tetap saja, kalian membutuhkan kedua temanku untuk berjaga." ucapnya. "Kalian tenang saja, kedua temanku ini hampir setara dengan belasan bodyguard yang berjaga disini. Dan itu sudah terverifikasi,"

"Bukan sekedar omongan saja. Tapi lihat saja buktinya nanti,"

◇◇◇

Bintang mengecek ponselnya saat pesan masuk. Ia tersenyum tipis. "Semuanya aman," ucapnya pada Aksa dan Angkasa.

"Mereka akan aman. Jadi kita bebas melakukannya sekarang," sambung Bintang.

Aksa mengangguk. "Jadi ini yang di temukan Keano?" tanyanya.

Angkasa menyahut,  "Benar. Berkas ini berisi semua yang berhubungan dengan orang tua itu. Aku ingin membacanya tapi mengingat kelakuannya membuat badan ku menjadi merinding," ucapnya sambil mengusap kedua lengannya. Tiba tiba saja bulu kuduknya berdiri.

Aksa mengambil berkas tersebut lalu membukanya, Bintang mendekat kearah Aksa. Ia pun ikut membaca dokumen tersebut. Sedangkan Angkasa ia merasa penasaran lalu mengintip sedikit sebelum membaca lebih lanjut.

"What the--"

"Aku rasa dalam keluarga ayahnya Achi mereka semua tidak waras," Angkasa meringis geli setelah membaca dokumen yang ada di tangan Aksa.

"Aku setuju," balas Bintang. "Aku rasa mereka memang pantas di penjara atau rumah sakit jiwa. Semuanya tidak memiliki otak," sambungnya.

Aksa mengangguk setuju. "Mereka semua menjijikan.  Membuatku tidak tahan untuk menghabisi semuanya tanpa tersisa satupun," ucapnya.

Angkasa menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Sudah menularkan penyakit bawaan, masih ada nyawa untuk mendekati kekasihku, benar benar membuat jengkel!!" sentaknya.

Aksa kembali memasukkan berkas tersebut. "Baiklah. Ayo kita mulai," ucapnya.

"Masih ada waktu sampai waktu pernikahanku datang," sambungnya.

Bintang menepuk pundak Aksa dengan jantan. "Jangan khawatir. Kau masih memiliki saudara saudaramu yang berguna ini. Lagi pula ada Keano yang bisa di andalkan," ucapnya.

Angkasa menepuk pundak Aksa dengan kuat. "Jangan lemas begitu. Kalau begitu ingat saja saat malam pertama kau dan Achi nanti, agar kau bersemangat lagi," ucapnya. Bintang memukul kepala Angkasa, membuat sang empu meringis.

"Pikiranmu, aku tidak menyangka kalau Alasyan masih bertahan denganmu hingga saat ini," sindir Bintang membuat Angkasa mendelik tajam.

"Apa maksudmu?" tanya Angkasa dengan kesal. "Aku ini setia, asal kau tau ya!!"

Bintang mendengus. "Setia dan sedikit gila tidak ada bedanya," ucapnya remeh.

"Kau--"

Aksa menatap jengah. "Cukup, kembali ke rencana awal kita. Kita mulai dari orang ini dulu," ucapnya sambil menatap paman Achi yang masih tidak sadarkan diri. Mungkin karena Bintang memukulnya hingga babak belur dan tidak berdaya.

"Kau saja," ucap Bintang. "Berikan urusan yang lain yang belum kau selesaikan. Biar aku yang menyelesaikan lainnya. Lalu kau berikan satu lagi untuk kembaran mu yang menyebalkan itu, agar dia sedikit berguna disini dari pada mengoceh," sindirnya.

Angkasa memberikan jari tengah untuk Bintang. "Siapa yang kau bilang tidak berguna?!" ucapnya kesal.

Aksa memijat keningnya. "Sudahlah, berhenti bertengkar seperti anak anak," ucapnya.

Angkasa mendengus. "Jelas jelas dia yang memulai," ucapnya kesal.

Bintang berdecih. "Kau yang idiot,"

◇◇◇
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang