Achi meringis saat rambutnya tengah di jambak dengan kuat oleh seseorang dan tubuhnya tersungkur saat terdorong dengan kuat. Saat dirinya baru keluar dari supermarket untuk membeli keperluan untuknya.
"Kau melarikan diri ya," ucap Oliv. Bibi Achi. Achi membeku di tempatnya.
Achi menggeleng cepat, ia menatap takut kearah bibinya. Jika bibinya ada disini berarti---
"Akhirnya aku menemukanmu gadis sialan," ucap James. Paman Achi. "Kemarin kau diselamatkan oleh pacar kayamu itukan?"
Achi bergerak mundur. Tidak! Ia tidak mau kembali ke tempat menjijikan itu. "Lepas! Lepaskan aku!" ucapnya sambil terus memberontak.
Oliv tersenyum miring. "Melepaskan mu? Melepaskan barang berharga seperti mu. Mimpi," ucapnya.
"Ikut aku kembali kerumah bordir itu," ucap Oliv.
"Tidak! Aku tidak mau!" teriak Achi.
"Kemari kau gadis sialan!" bentak James.
Ia berlari menghindar dari kejaran paman dan bibinya namun tubuhnya membentur sesuatu.
"Aduh," ringis Achi. Ia merasakan seseorang memeluk pinggangnya.
"Ada yang mengganggumu ya," Achi mendongakkan kepalanya, Aksa berdiri sambil memeluk pinggangnya.
James dan Oliv menghentikan langkahnya saat Aksa tengah menatap mereka dengan tajam.
"Berani mendekati kekasihku lagi kau benar-benar ingin mati ya," ucap Aksa. Beberapa orang di belakangnya berdiri sambil membawa tongkat besi.
"Sepertinya memberi pelajaran untukmu kemarin masih kurang ya," Aksa tertawa dingin. "Katakan kepadaku kau ingin mati seperti apa paman?"
James berdecih. "Kau masih bersamanya ya. Padahal gadis itu menjijikan," ucapnya.
"Pernah bekerja di club, memamerkan tubuhnya untuk orang lain. Kau ingin gadis yang seperti itu?" James tersenyum miring.
Wajah Aksa bertambah dingin. Ia mengusap rambut Achi lalu mengecup bibirnya.
"Beri aku waktu dua menit," bisik Aksa pada Achi sambil melilitkan jaket miliknya di pundak Achi. Menutup mata gadis itu dengan sapu tangan miliknya.
"Jangan dibuka sampai aku menyuruhmu untuk membukanya. Paham sayang?" tanya Aksa pada Achi.
Achi mengangguk pelan. Aksa kembali mengecup bibirnya. "Good girl," bisiknya.
Aksa berjalan mendekat sambil membawa tongkat besi ditangannya. "Habisi," ucap Aksa pada teman-temannya.
Jalanan tampak kosong tidak ada motor dan mobil yang berlalu lalang disekitarnya.
Aksa tersenyum miring. "Sepertinya keberuntungan tidak berpihak padamu sekarang," ucapnya sambil mengayunkan tongkat besi tersebut.
"Beraninya kau menghina kekasihku tua bangka," Aksa menatap dingin dengan rahang nengetat.
"Dan kau," tunjuk Aksa menggunakan tongkat kearah Oliv, bibi Achi. "Waktu itu aku melepaskan mu karena aku pikir aku tidak mau mengotori tanganku sendiri untuk melukai perempuan,"
"Tapi sekarang," Aksa menyeringai. "Seperti aku akan mulai darimu,"
"Setelah itu aku akan menghabisi kau juga," ucap Aksa pada James.
"Baiklah. Aku tidak suka membuang-buang waktu. Kekasihku menungguku,"
∆∆∆
Achi nampak mengompres luka disudut bibir Aksa. Pria itu tampak diam setelah membuat paman dan bibinya terluka.
"Apa sakit?" tanya Achi.
Aksa menggelengkan kepalanya lalu berbaring sambil memejamkan matanya sedangkan Achi ia kembali meletakkan kompres tersebut diatas nakas.
Aksa membuka matanya kembali. "Apa kau tidak ingin bertanya padaku kenapa aku berubah?" tanyanya tanpa memandang Achi.
Achi terdiam. "Jika kau tidak mau mengatakannya sekarang tidak apa-apa," ucapnya.
Aksa bangun dari tidurnya lalu berjalan mendekati Achi yang sibuk membereskan obat-obatan didalam kotak.
Aksa mengurung tubuh Achi dengan kedua tangannya. "Kau tidak penasaran?" tanyanya.
Tubuh Achi membeku ditempat saat Aksa mengendus bagian lehernya dengan perlahan.
"Ti-tidak," balas Achi dengan tubuh yang gemetar ketakutan.
Aksa mengecup bagian lehernya dan membuat tanda disana. Achi hanya bisa diam sambil menggigit bibirnya.
"Ja-jangan lakukan itu," ucap Achi takut saat tangan Aksa mulai merayap kedalam pakaian yang ia kenakan.
Aksa hanya berdeham lalu memeluk tubuh Achi dari belakang. "Jangan membuatku marah lagi. Paham sayang?" tanyanya sambil menenggelamkan wajahnya diantara sela leher Achi.
Achi hanya bisa mengangguk. Aksa melepaskan pelukannya. "Tidurlah. Sudah malam," ucapnya sambil menarik tangan Achi.
Aksa membaringkan tubuhnya lalu menarik Achi agar gadis itu berada diatas tubuhnya lalu memeluknya dengan erat.
"Jika aku bilang aku tau apa yang kau rahasiakan selama ini apa kau percaya?" tanya Aksa.
Achi menatap bingung. "Apa?" tanyanya.
Aksa tersenyum tipis. "Aku tau semuanya tanpa terkecuali," ucapnya.
"Bahkan tentang buku yang selama ini kau sembunyikan dariku," sambung Aksa membuat tubuh Achi menegang.
"Aku tau semuanya. Kau tau, aku paling tidak suka ada rahasia diantara kau dan aku," ucap Aksa.
"Jangan salahkan aku jika aku bertindak kasar padamu," Aksa mengusap rambut Achi.
"Anggap saja ini hukuman karena kau membohongiku," Aksa mengecup bibir Achi.
Gadis itu hanya diam, tidak tau akan melakukan apa. Aksa mengusap punggung tangannya.
"Yang harus kau tau sekarang adalah," Aksa menghentikan perkataannya lalu mencium bibir Achi sambil memegangi tengkuknya.
"Kau milikku. Aku tidak akan berbagi dengan siapapun. Tidak peduli dengan apa yang kau rahasiakan padaku," ucap Aksa. Achi memejamkan matanya saat Aksa mengecup kedua matanya yang terpejam.
"Jika aku sudah mengikatmu maka kau tidak akan pernah pergi dariku. Paham?"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...