8.

15K 1.3K 66
                                    

Angkasa melongo mendengar penjelasan dari Aksa. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Aksa pada Achi.

"K-kau! Menghamili seorang gadis?" ucap Angkasa tidak percaya.

"Lalu?" tanya Aksa santai.

"Kau ingin daddy memberimu hukuman?" tanya Angkasa, jika Alvaro tau kalau putranya menghamili seorang gadis bukankah itu sama saja seperti mengantar nyawa sendiri? "Bintang sudah tau lebih dulu. Kau pikir Daddy tidak?"

"Lagipula akan terbongkar juga. Untuk apa aku menghindar?" tanya Aksa dengan santai. Angkasa mengacak rambutnya dengan frustasi.

Angkasa melongo. "Aku yakin kau pasti sudah gila," ucapnya. "Membuatmu berani melakukan itu sebelum menikah,"

Aksa mengangkat bahunya dengan acuh. "Ngomong-ngomong kapan kau akan menikah?" tanyanya.

"Dua hari lagi," ucap Angkasa.

Aksa mengangguk. "Ok," ucapnya.

"Kenapa?" tanya Angkasa bingung.

"Mungkin aku akan menyusul," balas Aksa sambil menyeringai.

"Kau mau kemana?" tanya Angkasa saat melihat Aksa tengah bersiap untuk pergi.

"Pergi kerumah sakit untuk memeriksa kandungan Achi," ucap Aksa.

"Woahh, kau sudah menjadi ayah yang baik ya," decak Angkasa.

Aksa mendengus. "Terserah kau saja," ucapnya.

"Ngomong tentang Achi. Bagaimana caramu untuk membicarakan ini pada daddy?" tanya Angkasa.

"Aku memiliki cara sendiri," ucap Aksa. "Kalau begitu aku pergi dulu,"

Angkasa mengangguk lalu melambaikan tangannya kearah Aksa.

"Jika Achi seperti itu. Apa Alasyan akan seperti itu jika dia hamil nanti?" tanya Angkasa. "Aku akan menjadi ayah nomor satu. Oh yeah,"

Disisi lain~

Aksa menggandeng tangan Achi. "Untuk apa kita kesini?" tanya Achi bingung.

"Tentu saja untuk memeriksa kandunganmu. Untuk apa lagi?" tanya Aksa heran. "Ayo!"

Achi pun memasuki ruangan lalu di periksa. Aksa yang menatap layar monitor tidak bisa di pungkiri jika ia pun sangat senang.

"Kandunganmu sehat," ucap Dokter. "Usahakan untuk tidak terlalu lelah jika tidak kau akan mengalami keguguran,"

Achi mengangguk paham. Aksa membantu Achi untuk turun dari bankar.

"Aku akan memberimu vitamin," ucap Dokter.

"Terima kasih," ucap Achi.

Mereka berdua pun akhirnya keluar dari ruangan tersebut.

"Kau menginginkan sesuatu?" tanya Aksa.

Achi menggeleng. "Aku hanya ingin istirahat," ucapnya.

Aksa mengangguk, ia pun menggendong tubuh Achi membuat perempuan itu memekik terkejut.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Achi.

"Menggendongmu. Apalagi?" tanya Aksa.

"Ta-tapi aku masih bisa berjalan dengan baik," ucap Achi.

"Sudahlah," Aksa mendengus. "Ngomong-ngomong besok aku akan membawamu menemui orang tuaku,"

"Untuk apa?" tanya Achi dengan wajah pucat pasi.

"Untuk menjelaskan tentang dirimu. Dan yah, aku bukan pria yang tidak bertanggung jawab atau lari dari masalah," ucap Aksa.

"Aku akan bertanggung jawab atas dirimu dan anakku,"

∆∆∆

Hana tampak melongo di tempatnya sedangkan Alvaro, ia memijat pelipisnya. Oh ayolah, apa mereka tidak bisa bersabar sedikit? Setidaknya tunggu setelah mereka menikah.

"Kau menghamili kekasihmu?" tanya Alvaro dengan tatapan serius.

Aksa mengangguk. "Usia kandungan Achi baru berusia satu minggu," ucapnya.

Alvaro mengusap wajahnya dengan frustasi. God, kenapa semua putranya begitu liar? Kecuali Angkasa, yang sifatnya bertolak belakang darinya. Yah masih ada satu yang waras di dalam keluarganya.

"Jadi kabar itu benar ya," gumam Alvaro. "Aku mendengar dari orang yang aku suruh untuk memantau kalian. Aku kira itu hanya gosip belaka. Teryata benar,"

"Jadi, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Alvaro.

"Aku ingin menikahi Achi," ucap Aksa sambil menggenggam tangan Achi. "Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan padanya,"

"Itu bagus," ucap Alvaro dingin. "Jika kau tidak bertanggung jawab mungkin aku akan menghabisimu detik ini juga," sambungnya dengan ketus.

Hana mengelus pundak Alvaro. Alvaro menghela nafas kasar. "Kalau itu memang pilihanmu baiklah. Tentang orang tua kekasihmu. Apa kau tau?"

Aksa mengangguk. Ia menatap Achi. "Tentu saja aku tau. Apa yang tidak aku ketahui tentangnya?" tanya Aksa.

Alvaro mendengus. "Sampai kau menyakitinya. Kau tau kan apa yang akan aku lakukan padamu?" tanya nya dengan dingin.

"Mendiang ayahnya pernah berpesan padaku untuk menjaga putri satu-satunya. Dan kau tau kalau kau sampai menyakitinya aku akan benar-benar melakukan sesuatu untukmu," Alvaro menatap tajam.

Achi menatap terkejut. "Paman mengenal ayahku?" tanyanya heran.

Alvaro mengangguk. "Jika bukan karena ayahmu mungkin istriku sudah tiada," ucapnya sambil menatap Hana.

"Yah, aku memiliki banyak hutang budi padanya. Karena dia sudah tiada aku akan membalasnya lewat dirimu," ucap Alvaro.

"Tentang kematian ayahmu yang janggal aku juga sudah mencari tau. Keturunan keluarga kaya memang memiliki banyak lika-liku, contoh kecil saja seperti aku," sambung Alvaro. "Persaingan, pertumpahan darah. Perebutan kekuasaan,"

Achi terdiam, memang benar apa yang di katakan ayah Aksa. Jika bukan karena kekuasaan atau harta mungkin ia masih tetap bersama ayah dan ibunya.

"Itu hal yang harus di lewati. Maka dari itu," Alvaro menatap Aksa. "Jika putraku menyakitimu katakan saja padaku. Sekalipun dia putraku, jika dia melakukan kesalahan aku tidak akan segan-segan lagi padanya,"

Aksa tersenyum tipis. Baiklah, mungkin ini menjadi ancaman baginya namun juga tantangan.

"Apa daddy meragukan aku?" tanya Aksa.

Alvaro mengangkat bahunya. "Tidak ada yang tau. Kau bisa saja melakukan kesalahan sekalipun kau sangat mencintai kekasihmu," ucapnya.

"Kesalahan yang tidak pernah di buat akan menjadi kesalahan bagi orang lain. Kau paham kata-kata ku bukan?" Alvaro menatap tajam.

Aksa mengangguk. "Tentu. Tenang saja aku akan menjaga Achi dan anakku,"

"Janji seorang Aksa Deon tidak pernah main-main,"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang