"Kau ikut berkumpul kan Achi?" tanya Vera.
Achi menggeleng sambil tersenyum sopan. Berkumpul di club malam bukankah itu bukan hanya sekedar berkumpul saja?
"Kenapa?" tanya Vera.
"Aku tidak bisa," balas Achi.
"Ayolah. Kenapa kau pengecut sekali?" tanya Ella.
"Maaf aku tidak bisa," ucap Achi. Mereka hanya akan menjerumuskan dirinya ke tempat yang begitu menjijikan.
"Jika kau tidak ikut mungkin foto kau menggunakan baju seksi dirumah bordir itu akan aku sebar. Bagaimana?" Vera tersenyum miring.
Tubuh Achi menegang, darimana dia mendapatkan itu? Tubuh nya gemetar ketakutan.
"Kau tidak mau kan ini tersebar?" tanya Ella. "Kalau begitu datanglah malam ini. Jika tidak mungkin besok postingan itu akan membuat heboh,"
Achi mengepalkan tangannya. Jika ia berani menolak mungkin dirinya akan menjadi bahan hinaan disini.
"Sebar saja jika kalian berani melakukannya," ucap seseorang dengan dingin.
Achi menoleh, itu Aksa. Datang dengan pakaian urakannya. Sambil menatap tajam kearah dirinya mungkin.
Aksa meletakkan jaketnya pada pundak Achi. "Lakukan saja," balas Aksa dingin.
Aksa berjalan mendekati Vera dan Ella membuat kedua gadis itu meringkuk mundur dan takut.
Aksa menatap nama yang tertera pada almamater mereka berdua. Lalu menatap tajam.
"Gadis dari keluarga kaya ya," Aksa tersenyum sinis.
"Apa yang kau banggakan dari itu? Anak manja," Aksa memasukkan tangannya kedalam saku celana.
"Kau berani mengancam kekasihku dengan foto itu?" Aksa tersenyum sinis. "Jika kau masih ingin menjadi keluarga kaya berhentilah melakukan itu,"
Aksa menatap dingin. "Jika tidak," Aksa mendekatkan wajahnya. "Aku bisa menghancurkan perusahaan keluargamu dengan bantuan ayahku,"
"Mungkin kau akan menjadi anak jalanan selamanya," ucap Aksa sambil tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Verra dan Ella yang pucat pasi.
"Hati-hati dalam berbicara. Terutama pada kekasihku," Aksa merangkul pundak Achi.
"Jika kau tidak ingin hidup sengsara. Berhentilah mengganggu kekasihku, paham?" Aksa menggandeng tangan Achi dan membawanya pergi dari hadapan kedua wanita tersebut.
Achi hanya diam. Aksa menghentikan langkahnya lalu memojokkan tubuh Achi dengan kedua tangannya.
"Kenapa diam saja? Kenapa kau tidak melawan?" tanya Aksa.
Achi menunduk. "Aku bisa apa? Aku hanya keluarga yang sudah hancur. Aku tidak bisa melawan orang yang memiliki kekuasaan," ucapnya.
Aksa menarik dagu Achi lalu mencium bibirnya. "Jika mereka mengganggumu lagi. Lawan saja," ucapnya.
"Aku tidak ingin kau terlihat lemah. Paham sayang?" tanya Aksa.
Achi mengangguk pelan. Aksa kembali mengecup bibir Achi. "Good girl," bisik Aksa.
"Jangan takut. Kau memiliki aku. Jika ada dari mereka yang mengganggumu mereka hanya akan terbaring di rumah sakit nanti," ucap Aksa.
"Aku tidak pernah bercanda dalam urusan ini,"
∆∆∆
"Ingin rokok?" tanya Refin sambil menawarkan sebungkus rokok pada Aksa.
Aksa menggeleng. "Tidak terima kasih," ucapnya.
"Kau tau keluarga Vera dan Ella?" tanya Aksa.
Refin menghidupkan rokok miliknya. "Tentu saja," ucapnya sambil menghembuskan asap rokok.
"Keluarga kaya yang mengurus bagian pertambangan. Tapi tidak sekaya keluargamu. Keluarga mereka tidak ada tandingannya sama sekali," ucap Refin.
"Kenapa?" tanya Refin sambil menoleh. "Baru ini kau menanyakan tentang gadis manja itu,"
Aksa tersenyum miring. Refin mengangkat alisnya. "Kau ingin menghancurkan mereka ya?" tanyanya.
Aksa menyeringai. "Kau tau aku," ucapnya sambil berbalik.
"Terlihat dari raut wajah mu. Kau lebih mengerikan sekarang," Refin bergidik ngeri sedangkan Aksa terkekeh kecil.
Refin mematikan rokok yang baru saja ia gunakan. "Lalu?" tanyanya.
Aksa menjentikkan jarinya. "Hancurkan semuanya," ucapnya.
"Ayolah."
Disisi lain~~
"Achi. Ini untukmu," ucap Vio sambil memberikan sebotol minuman pada Achi.
Achi mengerutkan keningnya. "Untukku?" tanyanya tidak yakin.
Vio mengangguk. "Minumlah. Aku hanya ingin memberikanmu ini," ucapnya.
Achi menatap bingung namun ia tetap menerimanya dan meneguknya hingga setengah dari botol tersebut habis. Vio tersenyum tipis.
"Terima kasih," ucap Achi. "Kalau begitu aku keluar dulu,"
Achi keluar dari kelasnya, Vio nampak menghubungi seseorang. "Aku sudah menyuruhnya untuk minum," ucapnya.
Achi mengerutkan keningnya saat berjalan dengan pelan. Kenapa tubuhnya terasa sangat tidak nyaman.
Achi memegangi dinding, kenapa lama kelamaan seluruh tubuhnya terasa panas? Ada yang tidak beres dengan minumannya.
"Panas," lirih Achi.
"Hey," seorang pria menyentuh pipi Achi. "Kau baik-baik saja?"
"Pe-pergi," ucap Achi. Pandangannya memburam. Ini tidak baik.
"Kenapa?" Ia menyentuh bibir Achi.
Keringat membasahi kening Achi. Ia mendorong tubuh pria tersebut dengan sisa kekuatannya.
Bugh~
"Menjauh dari kekasihku brengsek!" Aksa memukul dengan membabi-buta.
"Sialan!" umpat pria itu.
Aksa mengayunkan tongkat besi yang ia pegang. "Pergi atau mati?" ancamnya.
Pria itu pergi dengan langkah terseok-seok sambil mengumpat. Rencananya gagal.
Aksa menarik tangan Achi lalu menyentuh dagu gadis itu. "Panas?" tanya Aksa.
Achi meringis. Aksa mengerutkan keningnya sambil menggendong tubuh Achi.
"Panas," lirih Achi sambil mencengkram erat baju yang di kenakan Aksa.
Ada yang aneh. Aksa tampak berpikir. Kondisi Achi seperti terkena---tunggu dulu.
Tubuh panas, berkeringat lalu kesadaran berkurang.
"Shit!" umpat Aksa. Ia membawa tubuh Achi.
Obat perangsang dosis tinggi. Sialan.
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...