13.

12.7K 1.1K 260
                                    

Brukk~

Valen, ibu kandung Achi menoleh saat pintu gudang tersebut hancur begitu saja. Ia mengerutkan keningnya.

"Siapa?" tanya Valen dengan kondisi yang terikat.

"Aku? Lebih baik keluar dari sini dulu setelah itu aku akan menjawab pertanyaan mu," ucap Bintang. Ia datang dengan beberapa orang bersenjata di belakangnya.

Valen mengangguk, Bintang membantu melepaskan ikatan Valen.

"Ayo," ucap Bintang. Valen mengangguk, ia berlari menyusul.

"Bagaimana kau bisa masuk? Bukankah banyak penjaga?" tanya Valen heran.

"Maksudmu mereka?" tunjuk Bintang dengan dagunya. Valen menoleh dan terkejut lebih dari belasan orang terkapar pingsan di jalan.

"Hanya sekumpulan sampah tidak bisa menghentikan ku," ucap Bintang. "Ayo,"

Valen memasuki mobil Bintang lalu pergi dari tempat tersebut menuju rumah Aksa.

"Kau belum memberitahu namamu," ucap Valen.

Bintang menoleh. "Aku Bintang. Saudara kembar Aksa," ucapnya. "Yah, kekasih putrimu." ucapnya dengan malas.

"Ah, begitu. Apa Achi baik-baik saja?" tanya Valen.

"Kau bisa menanyakan itu pada putrimu sendiri," ucap Bintang acuh.

Akhirnya mereka pun sampai dirumah Aksa. Valen turun dari mobil Bintang.

"Terima kasih atas bantuanmu," ucap Valen.

Bintang menoleh. "Berterima kasihlah pada Aksa. Karena dia yang menyuruhku untuk menyelamatkan mu. Aku pergi dulu," ucapnya langsung menancapkan gas mobilnya.

Valen menggelengkan kepalanya. "Pria yang dingin," gumamnya.

Valen mengetuk pintu tersebut terdengar suara yang familiar di telinganya. Ia sangat merindukan putrinya itu.

Cklek~

"Siapa--ibu," ucap Achi. Tubuhnya membeku.

Valen tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Achi," lirihnya.

Aksa menoleh, ia pun berjalan mendekat. "Kau sudah datang," ucap nya.

Achi bergerak mundur namun Aksa memeluk pinggangnya. "Kau ingin kemana?" tanyanya.

Achi menoleh, ia pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku ingin pergi," lirihnya.

"Ibumu ingin bertemu denganmu," ucap Aksa.

Valen menatap sendu. Memang ini adalah kesalahan nya juga. Anaknya menjadi membencinya.

"Tidak," ucap Achi sambil melepaskan tangan Aksa dari pinggang nya.

Aksa menatap punggung Achi. Perempuan itu memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Masuklah," ucap Aksa.

Valen menganggukan kepalanya. "Apa Achi membenciku?" tanyanya dengan murung.

"Tidak," balas Aksa singkat. "Dia hanya terkejut,"

"Terima kasih," ucap Valen sambil tersenyum. "Kau menyelamatkan aku. Jika tidak mungkin aku akan menjadi seonggok mayat disana,"

Aksa mengangguk. "Lagipula Achi sangat sayang padamu. Dia tidak akan membiarkan ibu kandungnya sendiri celaka," ucapnya.

Valen menghela nafas pelan. "Ini juga memang salahku, terlebih lagi---"

"Sudahlah," potong Aksa. "Semua sudah berlalu. Kau bisa melanjutkan kehidupan mu yang baru,"

"Kau benar," Valen tersenyum kecil. "Terima kasih."

"Aku akan menikahi Achi," ucap Aksa. "Minggu depan kami akan menikah,"

"Begitu," ucap Valen. "Baguslah. Kau bisa menjaga Achi aku percayakan putriku padamu jangan sakiti dia,"

"Tentu. Aku akan menjaganya," ucap Aksa.

∆∆∆

"Melamun, hm?" Aksa memeluk tubuh Achi dari belakang.

"Masuklah. Kau bisa masuk angin nanti. Itu tidak baik untuk bayi yang ada di perutmu," ucap Aksa sambil mengelus perut Achi.

"Aku ingin disini dulu," ucap Achi.

Aksa mengecup leher Achi. "Apa kau tidak ingin menemui ibumu?" tanyanya membuat Achi terdiam.

"Entahlah," ucap Achi.

"Kau membencinya?" tanya Aksa sambil memeluk leher Achi.

"Tidak," ucap Achi langsung. "Aku tidak pernah membencinya," sambungnya.

"Lalu?" tanya Aksa. "Kenapa kau tidak mau menemuinya?"

"Aku ragu," ucap Achi. Aksa membalikkan tubuh Achi.

"Apa yang kau ragukan?" tanya Aksa heran. Ia mengusap rambut Achi dengan lembut.

"Hanya tidak menyangka saja," ucap Achi. "Aku tidak pernah bertemu ibuku sejak saat itu," ucapnya dengan lirih.

Aksa tersenyum tipis. "Karena ibumu adalah seorang ilmuwan," ucap Aksa membuat Achi menatap bingung.

"Ilmuwan?" tanya Achi heran.

Aksa menganggukan kepalanya. "Ibumu seorang ilmuwan dari organisasi hitam. Dia pergi darimu karena ibumu tidak mau kau celaka karenanya," ucapnya.

Achi terdiam. "Benarkah?" tanya terkejut.

Aksa mengangguk, ia tersenyum. "Jadi? Kau ingin menemui ibumu?" tanyanya.

Achi melamun sejenak. "Mungkin. Nanti," ucapnya.

"Kalau begitu sekarang kau istirahat dulu," ucap Aksa. "Besok. Temui ibumu dan bicaralah padanya,"

Achi mengangguk. Aksa mengecup kening Achi lalu menggendong tubuh Achi dan membaringkan nya di kasur.

"Tidurlah. Aku akan keluar sebentar," ucap Aksa.

Achi mengangguk. Aksa menutup tubuh Achi dengan selimut tebal lalu mengecup kening Achi.

"Mimpi indah," bisik Aksa.

Aksa mematikan lampu lalu memilih keluar dari kamar untuk mengurusi hal yang masih belum selesai.

"Kau ingin kemana?" tanya Valen bingung.

Aksa menoleh. "Aku harus mengurusi beberapa hal yang belum selesai," ucapnya.

"Tolong jaga Achi selama aku pergi," sambung Aksa sambil mengenakan jaket kulit bewarna hitam dan tak lupa mengambil kunci motornya di nakas.

"Baiklah," ucap Valen. "Kembalilah cepat. Aku yakin, Achi akan mencarimu lagi,"

Aksa mengangguk. "Aku akan segera kembali. Tenang saja," ucapnya.

Aksa keluar dari rumahnya lalu menaiki motornya dan pergi menuju tempat dimana teman-temannya berkumpul.

"Halo," Aksa mengaktifkan earphone di telinganya.

"Bagaimana?" tanya Aksa.

"Sesuai rencana. Segeralah datang," ucapnya. "Mereka sudah masuk perangkap yang kita buat,"

Aksa menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi. "Baiklah," ucapnya.

"Hancurkan semua yang ada. Jangan biarkan para idiot itu mengganggu!"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang