5.

17.8K 1.6K 153
                                    

Bagaimana caranya meredakan seorang yang terkena obat seperti Achi? Aksa mengacak rambutnya dengan frustasi.

Aksa memukul dinding dengan kuat. "Sialan Bara!" umpatnya.

Aksa berjalan mendekati Achi yang terbaring di atas kasur sambil meringis. Ponsel milik Aksa berdering. Ia pun langsung mengangkatnya.

"Habisi," ucap Aksa dingin. "Habisi Bara dan cari tau siapa yang memberikan minuman pada kekasihku,"

Aksa langsung menutup sambungan teleponnya, ia duduk di pinggir kasur sambil mengelus pipi Achi.

"Panas," lirih Achi dengan peluh yang membasahi dahinya.

"Sensitif sekali," gumam Aksa sambil membersihkan keringat Achi.

"Aku akan---"

Cup~

Aksa terdiam saat Achi mencium bibirnya, ia menggeram saat Achi dengan sengaja memegang bagian sensitifnya.

"Jangan lakukan itu. Atau kau akan menerima akibatnya," mata Aksa menggelap.

Sialan! Achi malah duduk di pangkuannya sambil memperdalam ciumannya. Achi membuka kancing baju yang di kenakan Aksa satu persatu.

"Shit!" umpat Aksa. Ia pun membalikkan tubuhnya membuat tubuhnya kini berada diatas tubuh Achi.

"Kau yang meminta ini," Aksa kembali mencium bibir Achi dengan kasar.

Aksa menahan kedua tangan Achi berada diatas kepalanya. Dalam sekali hentakan baju yang dikenakan Achi sudah robek tidak berbentuk.

Aksa mengecup leher Achi. "Jangan salahkan aku," bisiknya.

Dan malam itu terjadi begitu cepat. Achi yang dalam pengaruh obat dan Aksa yang tidak bisa menahannya lagi.

Keesokan paginya~

Achi terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Tunggu, kenapa badannya terasa sangat pegal? Dan lagi----

"Akhhh!" teriak Achi terkejut saat dirinya polos dan hanya tertutup oleh selimut tebal.

"Sudah bangun?" tanya Aksa. Achi menoleh, terlihat Aksa yang hanya mengenakan atasan kemeja tanpa di kancing sama sekali.

Achi membulatkan matanya. "Kau, aku. Apa kita---"

"Sepertinya kau tidak mengingat hal kemarin malam ya?" tanya Aksa sambil berjalan mendekat.

Achi meringis saat bagian bawahnya terasa begitu sakit. Tunggu, jadi kemarin malam mereka memang melakukan itu?

"Akhhh!" teriak Achi terkejut saat Aksa tiba-tiba langsung menggendong tubuhnya dan membawanya ke dalam kamar mandi.

"Mandilah," Aksa mengelus kepala Achi. "Aku akan menunggu diluar. Panggil aku jika kau sudah selesai,"

Achi terdiam di dalam bathtub. Ia memukul wajah, ini pasti mimpi. Tidak, ini nyata.

"Hiks," Achi memeluk kedua kakinya. Jika saja bukan Aksa yang menyelamatkan nya mungkin ia akan jatuh kedalam perangkap temannya. Kenapa hidupnya selalu sial? Kenapa? Kenapa ia selalu sengsara?

Achi menangis. Jika saja ia cukup kuat mungkin tidak akan ada yang berani menjebaknya lagi. Benar kan?

"Kau menangis?" Aksa memasuki kamar mandi. Ia mengecup kening Achi. "Jangan menangis."

"Maaf," lirih Aksa. "Aku akan bertanggung jawab,"

∆∆∆

"Makanlah," ucap Aksa. "Kau harus makan."

Achi mengangguk, ia pun memakan makanan nya dengan lahap. Aksa mengusap rambutnya. Ponsel Aksa berdering, ia pun langsung mengangkatnya.

"Bagaimana?" tanya Aksa. Achi menoleh sambil terus memakan makanan tersebut.

Aksa tersenyum miring. "Bagus. Kerja yang bagus," ia langsung memutuskan sambungan teleponnya.

"Apa masih sakit?" tanya Aksa pada Achi.

"Apa?" tanya Achi.

Aksa menatap kearah bawah. "Bagian yang tadi," ucapnya.

Wajah Achi memerah. Ia memukul tubuh Aksa menggunakan bantal yang berada di sampingnya.

"Jika saja aku tidak berada disana kemarin mungkin kau akan bersama Bara melakukan sesuatu saat itu juga," ucap Aksa.

Achi terdiam. Aksa mengecup pipi Achi. "Tentang rahasiamu," ucapnya.

"Aku tidak peduli jika kau pernah hampir di lecehkan dengan sepupumu sendiri. Bahkan oleh pamanmu kau di masukkan kedalam rumah sakit jiwa," ucap Aksa.

"Tapi aku tidak suka jika kau berbohong padaku. Aku tidak menyukainya," ucap Aksa.

"Aku lebih menyukai jika kau jujur padaku. Selalu menceritakan tentang masalahmu padaku," Aksa mengecup punggung tangan Achi.

"Kau ingin tau kenapa aku sangat posesif padamukan? Aku ingin menjagamu karena aku dengar sepupumu Fedrick kabur dari penjara," tubuh Achi menegang.

"Kemungkinan besar adalah ia akan mencarimu," Aksa menatap Achi yang terdiam ditempatnya.

"Makanlah lagi," ucap Aksa. Ia mengecup pipi Achi. "Kau harus makan,"

"Maaf," lirih Achi.

Aksa menoleh, ia menggelengkan kepalanya. "Aku yang seharusnya minta maaf padamu," ucapnya.

"Tapi jika kau berbohong padaku lagi. Kau tau aku akan melakukan apa padamu kan" Aksa mengecup bibir Achi.

Achi mengangguk paham. "Aku sudah kenyang," ucap Achi.

Aksa menatap piring Achi yang masih terisi makanan. "Habiskan. Atau aku akan melakukannya lagi padamu?!" ancam Aksa.

"Aku tidak keberatan jika kita melakukannya lagi," Aksa menyeringai.

Achi langsung memakan makanan nya dengan cepat. Aksa menyunggingkan senyuman nya.

"Ngomong-ngomong kemarin malam---"

"Aku sudah menghabiskannya," potong Achi sambil menyodorkan piring yang terisi makanan sudah ia  habisi.

Aksa memeluk Achi dari belakang membuat Achi tersentak kaget. Bulu kuduknya berdiri saat Aksa mengendus bagian lehernya sambil mengecupnya.

"Aku lupa memberitahumu," ucap Aksa. Ia menyembunyikan wajahnya diantara ceruk leher Achi.

"Apa?" tanya Achi.

"Aku tidak menggunakan pengaman. Bagaimana menurutmu?"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang