Aksa memeluk tubuh Achi dari belakang, gadis itu sedang tertidur pulas. Mungkin kelelahan.
Ponsel Aksa berdering, ia pun langsung mengangkat teleponnya sambil mengusap rambut Achi dengan perlahan.
"Halo?" sapa Aksa.
"Aku menemukan lokasi terakhir dimana disana terlihat Fedrick,"
Aksa langsung bangun dari tidurnya. "Dimana?" tanyanya.
"Club malam dekat pusat kota,"
Aksa langsung memutuskan sambungan teleponnya, ia menatap Achi lalu mengecup keningnya.
"Aku akan segera kembali," bisik Aksa.
Ia pun keluar dari apartemennya dan menguncinya tak lupa meninggalkan pesan untuk Achi jika gadis itu sudah bangun dan tidak melihat dirinya disana.
Aksa menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi menuju club malam tersebut. Beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai di pusat kota.
Ia menatap ketiga temannya yang sudah lebih dulu sampai, ia pun berjalan mendekat.
"Bagaimana?" tanya Aksa.
"Aku rasa dia masih ada di dalam," ucap Devin.
Brandon mengangguk. "Lebih baik kita cepat masuk untuk memastikan dia ada atau tidak," ucapnya.
"Benar. Ayo!" celetuk Nial.
Aksa mengangguk. Mereka pun melangkah masuk ke dalam club sambil mencari keberadaan Fedrick di dalam.
"Tidak ada di lantai satu," ucap Devin.
"Bagaimana kita keatas?" tanya Nial.
"Bukankah diatas tempat para tamu VIP?" tanya Brandon.
Aksa tetap melangkah menaiki tangga satu persatu, disusul teman-temannya dari belakang.
"Kau yakin ingin naik?" tanya Nial.
"Tenang saja," balas Aksa santai.
Mereka pun akhirnya sampai di lantai dua terlihat banyak penjaga di depannya.
"Siapa kalian? Tunjukan kartu identitas kalian," ucap salah satu penjaga.
"Bagaimana ini?" tanya Brandon. Aksa menunjukan kartu identitasnya. Penjaga tersebut menerimanya dan membaca kartu tersebut. Ia sedikit terhenyak.
"Kau keluarga Antony? Silahkan masuk," ucap penjaga tersebut, ia mempersilakan Aksa dan teman-temannya untuk masuk kedalam.
Aksa mengangguk. "Ayo masuk," ucapnya.
Teman-temannya hanya bisa menatap bingung. "Koneksi keluarga sangat menguntungkan ya," ucap Devin sambil terkekeh.
"Keluargamu memang sangat terkenal," ucap Nial sambil menepuk pundak Aksa.
"Tidak heran," balas Brandon sambil tersenyum kecil. "Orang yang sangat berpengaruh tentu saja akan dihormati,"
"Tunggu," ucap Brandon. Mereka menoleh dan menatap bingung.
"Ada apa?" tanya Aksa.
"Bukankah itu Fedrick?" tanya Brandon sambil menunjuk kearah samping. Aksa menoleh dengan cepat.
Dan benar saja. Fedrick bersama dengan beberapa wanita penggoda disampingnya.
Aksa berjalan mendekat. "Kau Fedrick?" tanyanya.
Fedrick menoleh. "Kau siapa?" tanyanya dengan waspada.
Aksa menginjak meja di depannya. "Tidak perlu kau tau aku," ucapnya.
"Yang perlu kau tau adalah aku akan memberi pelajaran padamu," ucap Aksa sambil menyeringai.
"Kau yang berani menyentuh wanitaku akan aku buat kau merasakan apa itu kematian sebenarnya,"
∆∆∆
Achi mengerjapkan matanya, ia memijat pelipisnya.
"Kau sudah bangun?" tanya Aksa sambil membawakan makanan di nampan.
Achi menoleh. "Kenapa dengan wajahmu?" tanyanya.
Aksa mengangkat bahunya. "Tentu saja berkelahi," balasnya.
Achi menatap wajah Aksa yang sedikit membiru dibagikan sudut bibirnya.
"Kau bertengkar dengan siapa lagi?" tanya Achi.
Aksa mencubit pipi Achi. "Kau ingin tau saja. Makanlah," ucapnya.
Achi memakan makanan tersebut dengan lahap. Ia sangat lapar sekarang. Aksa mengusap rambut Achi.
"Makanlah pelan-pelan. Tidak ada yang mengambil makananmu," ucap Aksa sambil membersihkan sudut bibir Achi.
Achi mengangguk pelan. Aksa menatap Achi yang hanya mengenakan kemejanya yang besar untuk tubuh mungil Achi. Baju yang di kenakan Achi sudah robek dan tidak bisa untuk kembali di kenakan karena ulahnya yang merobek pakaian tersebut.
"Apa yang kau lihat?" tanya Achi dengan tatapan horrornya.
Aksa tersenyum miring. "Pemandangan yang indah sayang untuk di lewatkan," ucapnya sambil menyeringai.
Achi menatap baju yang di kenakan nya. Ia pun melotot saat beberapa kancing bajunya tidak terpasang membuat dalaman baju miliknya yang bewarna hitam terlihat begitu saja. Ia pun meletakkan makanan tersebut kembali di nakas.
Dengan cepat Achi memalingkan wajah Aksa. "Kau! Kau mesum!" ucap Achi dengan wajah memerah. "Jangan menatapku seperti itu!!"
Aksa terkekeh, ia pun menggenggam tangan Achi yang berada di wajahnya. "Memangnya kenapa?" tanyanya.
"Bukankah aku sudah melihatnya dengan jelas bahkan merasakannya juga," ucap Aksa. Wajah Achi yang bertambah merah, ia pun memundurkan tubuhnya dan menjaga jarak.
"Aku ingat jika tubuhmu itu emm, seksi. Benarkan?" tanya Aksa dengan jahil.
"Kau! Kau---"
Aksa mengurung tubuh Achi dengan kedua tangannya. Aksa menatap Achi dengan seringaian di bibirnya membuat Achi menatap horror kearahnya.
"Bagaimana jika kita mengulang kembali permainan panas waktu itu?" tanya Aksa sambil menyeringai.
"Mengingat di luar hujan deras bukankah lebih baik untuk menghangatkan tubuh juga?"
Aksa mencium bibir Achi. Habislah. Habislah. Ia tidak bisa memberontak lantaran tenaganya yang tidak sebanding dengan Aksa.
"Kau setuju kan?" Aksa mengecup bagian leher Achi. "Kalau begitu aku tidak akan segan-segan lagi,"
∆∆∆
TBCHareundang hareundang 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]
RomanceDia mengerikan. Dia berubah menjadi mengerikan. Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi padanya. Semenjak itu dia berubah. Dia berubah menjadi iblis. Sialnya iblis yang sangat tampan dan mengurungku untuk dirinya. Siapapun orang yang berurusan den...