10.

13K 1.3K 70
                                    

Aksa tampak sibuk mengelus perut rata Achi dengan lembut. Sambil membaca buku, ia menatap Achi yang sudah pulas tertidur.

"Baik-baik disana ya," ucap Aksa. "Jangan menyusahkan ibumu,"

Aksa menutupi tubuh Achi dengan selimut tebal lalu mengecup keningnya. "Mimpi indah," ucapnya.

Sepertinya ia harus pergi untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan Achi. Susu misalnya. Ia pun mengambil jaket dan akan keluar dari rumahnya.

Cklek~

"Kakak!" Maya datang sambil memeluk tubuh Aksa dengan erat. "I miss you so much,"

Aksa tampak terhuyung ke belakang. "Kapan kau datang, hm?" tanyanya sambil mengelus rambut Maya.

"Dua hari yang lalu," Maya terkekeh. "Ngomong-ngomong kakak ingin pergi?"

Aksa mengangguk. "Bisakah kau menjaga Achi sementara waktu? Aku harus keluar membeli sesuatu," ucapnya.

Maya mengangguk dengan semangat. "Aku akan menjaganya. Jangan lupa belikan aku eskrim ya," ucapnya.

Aksa mengecup kening Maya. "Baiklah. Sesuai pesanamu. Aku pergi dulu. Hati-hati dirumah, jangan buka pintu untuk siapapun selain aku. Paham?" tanyanya.

"Aye aye captain," Maya tersenyum

Aksa bergegas keluar ia pun menuju minimarket terdekat untuk membeli kebutuhan yang kurang disana.

Aksa mengusap kepalanya. Kenapa banyak sekali varian rasa susu untuk orang hamil?

"Vanila? Atau coklat?" tanyanya bingung.

"Strawberry? Kenapa banyak sekali?" tanya Aksa kesal.

Aksa mendengus, ia memutuskan untuk membeli varian masing-masing dari susu tersebut. Biarkan Achi yang memilih ia ingin rasa apa. Ia juga tak lupa membeli eskrim untuk adiknya itu.

Ia pun memutuskan untuk langsung menuju kasir dan membayar barang belanjaan miliknya. Setelah itu ia keluar dari tempat tersebut.

Aksa menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang samar-samar ditelinga nya. Ia pun menoleh kearah gang kecil di sampingnya. Karena penasaran ia memutuskan untuk mendekat.

"Kau yakin dengan ini?"

"Gadis itu walaupun sudah di sentuh dia masih begitu menggairahkan," Aksa mengerutkan keningnya. Apa mereka sedang membicarakan tentang seorang gadis?

"Tenang saja. Aku akan mencari cara untuk menculiknya lalu menjualnya padamu,"

Aksa kembali mendengarkan perkataan mereka sampai mereka membicarakan sesuatu yang membuat rahangnya mengetat.

"Tenang saja. Akan aku pastikan Achi menjadi milikmu. Kau bebas untuk menyentuhnya. Aku akan langsung mengirimkannya padamu,"

Aksa mengepalkan tangannya. Kedua bajingan ini, berani-beraninya membicarakan wanitanya. Bahkan berniat untuk menculik Achi.

Aksa langsung menggunakan masker dan topi miliknya dan berjalan mendekat. Ia menepuk kedua pundak mereka berdua hingga membuatnya terkejut.

"Hey bung. Ingin bermain denganku? Jika aku katakan kalian akan mati sebentar lagi, apa kalian percaya?" Aksa menyeringai.

Sepertinya tidak apa-apa kan dia menghabisi kedua bajingan ini? Yah, hanya untuk malam ini.

"Percaya atau tidak. Malam ini malam terakhir kalian,"

∆∆∆

"Kak. Kau sudah pulang?" Maya berjalan menghampiri. Ia mengerutkan keningnya saat melihat beberapa luka di wajah Aksa.

"Kak, kau terluka. Apa kau bertengkar lagi?" tanya Maya khawatir.

Aksa tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Ini eskrimmu," ucapnya mengalihkan topik pembicaraan.

Maya mengambil eskrim tersebut dengan semangat lalu mengecup pipi Aksa. "Terima kasih," ucapnya.

"Kembalilah ke kamarmu. Malam ini menginap lah disini," ucap Aksa. Maya mengangguk.

"Ok," Maya berlari menuju kamar kosong di samping kamar Aksa.

Achi terbangun dari tidurnya. Ia pun menatap Aksa yang sibuk menatap barang belanjaan miliknya.

"Apa yang kau beli?" tanya Achi.

Aksa menoleh. "Membeli keperluan mu. Aku pikir kau butuh nutrisi lebih. Tapi aku tidak tau apa yang kau suka. Jadi aku membeli susu dengan rasa yang berbeda," ucapnya.

Achi tertawa kecil. Melihat barang belanjaan milik Aksa yang begitu banyak ia yakin Aksa mengambilnya tanpa melihatnya terlebih dahulu.

"Kau butuh sesuatu?" tanya Aksa.

Achi menggeleng. Ia pun mengambil barang belanjaan tersebut lalu meletakkannya di dapur.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Achi khawatir sambil memegangi wajah Aksa yang memar.

"Aku baik-baik saja," Aksa menggenggam tangan Achi yang memegangi pipinya.

"Kau tidak tidur lagi?" tanya Aksa. Achi menggeleng.

"Mungkin nanti. Aku akan menonton tv dulu," ucap Achi sambil membawa cemilan di tangannya.

Aksa ikut duduk di samping Achi. Ia pun menghidupkan saluran tv sambil memeluk pinggang Achi.

Beberapa berita terbaru muncul membuat Achi mengerutkan keningnya.

"Telah di temukan. Mayat dua orang pria yang tergeletak di gang kecil dekat pusat kota,"

"Terlihat luka di sekujur tubuh dan luka bekas benda tumpul terlihat sangat jelas,"

"Polisi belum memastikan apa motif pembunuh. Bahkan tidak meninggalkan bekas apapun di sekitar kejadian,"

Achi mengganti saluran tv nya. "Aish. malam-malam begini kenapa menyeramkan sekali," ucapnya.

Aksa tersenyum tipis. "Siapa yang tau. Mungkin mereka menyinggung seseorang," ucapnya.

"Sekarang banyak sekali terjadi seperti itu salah satunya. Aku jadi takut untuk keluar malam-malam," ucap Achi.

Aksa memeluk tubuh Achi dengan erat. "Oleh karena itu jangan keluar pada saat malam hari," ucapnya.

Achi mengangguk, ia pun menyandarkan tubuhnya pada Aksa sambil menatap layar tv dengan serius.

Aksa tersenyum miring. Siapapun, siapapun yang menginginkan Achi mereka hanya akan menjadi seonggok mayat.

"Sentuh Achi. Kalian akan membayarnya dengan nyawa,"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang