1.

24.1K 1.7K 82
                                    

Bugh~

Aksa memukul dengan menggunakan tongkat kayu di tangannya. Tatapannya begitu dingin dengan wajah yang sedikit terluka di bagian sudut bibir nya.

Aksa menginjak punggung seseorang yang sudah tergeletak tak berdaya di tanah.

"Dekati Achi lagi kau akan mati ditangan ku. Paham?" Aksa membuang tongkat kayu tersebut lalu membenarkan letak jaketnya.

Aksa menutup kepalanya dengan hoodie lalu pergi dari sana dengan langkah santainya.

Di perjalanan ia mengepalkan tangannya. Masih teringat dengan jelas yang dulu pernah terjadi padanya.

"Cih," Aksa berdecih lalu kembali menaiki motor besar miliknya. Dan pergi dari tempat kosong tersebut.

Ponsel miliknya berdering, ia pun menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Lalu mengangkat teleponnya.

"Halo. Ada apa?" tanya Aksa.

"....." Alis Aksa menukik tajam mendengar penjelasan itu.

"Dimana?" tanya Aksa.

"....."

Aksa langsung memutuskan sambungan teleponnya dan beralih menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi.

Aksa berhenti di sebuah club malam. Terdengar begitu riuh didalamnya. Ia pun melangkah masuk. Sambil terus mencari keberadaan Achi didalam sana. Ia mengambil tongkat besi yang ia dapat di jalan.

Mata Aksa kembali menajam saat melihat Aksa bersama paman brengseknya itu. Ia melangkah perlahan. Aksa menggertakkan giginya saat melihat kondisi Achi yang begitu memprihatinkan.

Baju kurang bahan, dengan luka lebam di bibir dan pipi. Achi menangis dan berusaha memberontak.

Aksa meletakkan tongkat besi tersebut diatas pundak pamannya Achi. "Lepaskan tanganmu dari wanitaku," ucapnya dengan dingin.

Aksa memukul rahang paman Achi dengan kuat menggunakan tongkat besi yang ia pegang lalu menendang perutnya hingga tersungkur.

Achi memekik terkejut. Aksa menyerang dengan membabi-buta. Saat paman Achi sudah tergeletak tak berdaya Aksa menghentikan kegiatannya.

Ia pun mendekati Achi. Ia menyentuh pipi Achi dengan perlahan. "Apa sakit?" tanyanya.

Achi hanya diam tidak menjawab. Aksa menutup tubuh Achi dengan jaket miliknya lalu menggendong tubuh Achi dan keluar dari club tersebut.

Aksa mendudukkan tubuh Achi di jok belakang motornya. Ia mengurung tubuh Achi dengan kedua tangannya.

"Katakan padaku apa mereka menyentuhmu?" tanya Aksa.

Achi menggeleng sambil menggigit bibirnya menahan isakan yang akan keluar.

Aksa menarik dagu Achi lalu menciumnya. Achi meringis saat bibirnya yang terluka terasa perih. Aksa melepaskan ciumannya.

"Kita pulang," Aksa mencium kening Achi.

Aksa kembali menaiki motornya lalu pergi dari sana menuju rumahnya. Saat sampai Aksa kembali menggendong tubuh Achi dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Jangan kembali lagi kesana," ucap Aksa dingin. Achi mengangguk sambil menundukkan kepalanya.

Aksa mengambil kemeja miliknya lalu menyerahkan kemeja tersebut pada Achi.

"Kenakan itu. Aku akan menunggu keluar," ucap Aksa.

"Setelah itu tidurlah,"

∆∆∆

Achi terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit. Ia pun melangkah keluar dari kamar tersebut.

Ia pun turun kebawah. Achi menatap Hana yang sibuk membuat sarapan di dapur.

"Bibi," sapa Achi.

Hana menoleh dan tersenyum. "Kau sudah bangun sayang. Bagaimana tidurmu? Apa nyenyak?" tanyanya.

Achi mengangguk. "Lumayan," ucapnya.

"Kemarilah. Kau harus mengisi perutmu," ucap Hana.

"Ehm. Bibi. Apa aku boleh meminjam bajumu dulu?" tanya Achi.

Hana menatap bingung namun saat menyadari Achi hanya mengenakan kemeja putih ia pun tersenyum.

"Tentu saja. Ayo aku akan mengambil beberapa pakaian untuk kau kenakan," ucap Hana.

"Bibi. Dimana Aksa?" tanya Achi.

"Entahlah. Dari pagi aku tidak melihatnya. Apa terjadi sesuatu sayang?" tanya Hana.

Achi menggeleng. "Apa bibi tau kenapa Aksa berubah?" tanyanya lagi.

Hana menghentikan langkahnya. "Berubah? Entahlah. Aku merasa putraku sedikit aneh. Sifatnya membingungkan," ucapnya.

Achi memainkan jarinya. Ia masih bertanya-tanya kenapa Aksa berubah menjadi mengerikan. Ia ingin tau apa penyebabnya.

Hana masuk kedalam kamarnya sedangkan Achi menunggu di luar. Tak lama kemudian Hana kembali keluar dengan beberapa baju yang ia bawa.

"Ini pakailah. Baju ini tidak aku pakai karena ukurannya terlalu ketat untukku," ucap Hana.

"Terima kasih bibi," ucap Achi.

Ia pun langsung masuk kedalam kamarnya untuk mengganti baju. Namun saat baru saja membuka kemeja yang ia kenakan pintu kamar terbuka.

"Akhhh!" teriak Achi.

Aksa menoleh. Ia tersenyum tipis lalu berjalan mendekat. Achi melangkah mundur sambil memeluk baju yang akan ia pakai untuk menutupi bagian dadanya yang terlihat.

Aksa mengusap rambut Achi. "Kau sudah bangun? Apa kau lapar?" tanyanya.

Achi menggeleng. "Aksa. Keluarlah dulu. Aku ingin mengganti pakaian ini," ucapnya sambil memalingkan wajahnya.

"Kenapa? Aku juga sudah pernah melihat semuanya," ucap Aksa.

Aksa mencium kening Achi. "Dasar bodoh," gumamnya.

Ia pun berjalan keluar membuat Achi bernafas lega lalu ia pun dengan cepat mengganti pakaiannya. Takut jika Aksa kembali masuk.

Setelah berpakaian ia pun keluar. Ia menatap Aksa yang sibuk dengan teleponnya.

Aksa memutuskan sambungan teleponnya lalu menatap kearah Achi. "Tetap disini. Jangan pergi dari rumah selagi aku belum pulang," ucap Aksa.

"Paham sayang?" tanya Aksa.

Achi mengangguk dengan cepat. Aksa mengecup bibirnya lalu berlari keluar dari rumah. Achi menatap punggung Aksa yang sudah menjauh dari pandangannya.

Aksa memasang helm miliknya lalu menaiki motor. "Cari mati," desisnya.

Ia pun menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi. "Kau yang mencari masalah denganku,"

∆∆∆
TBC

Damn! He Is Aksa[3#BINTANG SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang