Keping 5 : Menghapus Jejakmu

55 6 0
                                    

"Assalamualaikum." Suara salam terdengar dari luar yang seketika membuat Lyla beranjak menghampiri sumber suara sembari membalas salam.

"Cari Kayla?" tanya Lyla dengan senyuman mengembang saat Rendy berdiri di ambang pintu dengan seringai jail khasnya.

"Iya dong, masak nyari kamu? Nggak penting banget sih!" balas Rendy yang seketika mendapat cubitan dari Lyla.

"Aduh, maaf maaf Kakakku yang paling cantik," balas Rendy sambil mengusap lengannya yang terasa sakit.

"Tapi masih cantik pacarku lah," sambung Rendy dengan berbisik lalu melangkahkan kaki memasuki rumah melewati Lyla yang masih berada di ambang pintu.

"Eh Alfa di sini ternyata," sapa Rendy saat melihat Kak Gibran sudah berada di ruang tamu sedang menyeruput kopinya. Rendy mengulurkan tangan menyalami Gibran lalu duduk di sebelahnya.

"Bentar Ren aku panggilin Kayla dulu, tuh anak dari tadi pagi keknya belum ke luar dari kamar," gerutu Lyla seraya melipir pergi menuju kamar Kayla sedangkan Rendy hanya menunjukkan jari jempolnya.

***

Sejak resmi bertunangan 2 minggu lalu Kak Gibran sering datang ke rumah dan tentu saja sangat mengganggu kenyamanan hidupku. Lalu bagaimana kabar hatiku nanti saat kami harus tinggal dalam satu atap yang pastinya akan bertemu setiap saat.

"Duh cantiknya adikku yang mau kencan," goda Kak Lyla sembari memasukkan separuh tubuhnya dari sela daun pintu.

"Kakak bisa aja! kakak malah lebih cantik!" balasku sambil melanjutkan kegiatanku yang sedang membenarkan jilbab pasmina yang hampir rapi. Mungkin kakak menyadari perubahan sikapku yang berusaha menghindarinya, aku melakukan itu bukan karena iri atau cemburu tetapi rasa ketidaknyamanan saat harus mendengarkan Kak Lyla bercerita tentang Kak Gibran.

"Kamu tu ya Dek nggak bisa move on banget sama warna ungu," ucapnya sambil tersenyum.

Hari ini memang aku memilih memakai celana jeans hitam dengan t-shirt berwarna ungu dipadu dengan jilbab pasmina bermotif bunga-bunga abstrak. Tak lupa aksesoris jam tangan dan kacamata favoritku. Beberapa kali kupatut penampilanku di depan cermin lalu berlatih memasang senyuman manis sebelum menemui Kak Rendy yang tentu saja sedang bersama Kak Gibran saat ini.

Setelah aku berpamitan pada ibu barulah kutemui Kak Rendy di ruang tamu.

"Kak Lyla aku jalan dulu ya? Bye!" ucapku sembari mengecup pipinya lalu menarik paksa tangan Kak Rendy untuk segera ke luar dari rumah sebelum hatiku merasa gerah.

"Eh main nyelonong aja, pamit dulu gih sama calon kakak ipar kamu!" perintah Kak Lyla yang seketika membuatku terdiam sejenak.

"Kak Gibran aku jalan duluan ya!" pamitku tanpa menatap wajahnya sembari mendorong tubuh Kak Rendy untuk segera pergi.

"Nggak sabaran banget sih Sayang!" protes Kak Rendy yang tak kuindahkan.

"Duh Gusti kok masih dredeg aja ya?" herutuku dalam hati sembari memamerkan deretan gigi putihku pada Kak Rendy.

"Sorry Fa, Lyla aku jalan dulu ya!" sambung Kak Rendy seraya menoleh sebentar sembari melambaikan tangan ke arah Kak Lyla dan Kak Gibran yang masih menatap kami dengan tatapan berbeda.

***

"Kamu cantik banget, rasanya aku sudah nggak sabar buat halalin kamu Sayang," puji Kak Rendy melirikku sembari memainkan alisnya menggoda.

Kurasakan wajahku memanas, tapi bukannya tersipu malu aku justru membalasnya dengan tatapan tajam. Dan sialnya, aku terpesona dengan brewok tipis yang mempertegas rahang kokohnya, seksi. Indera penciumanku menangkap aroma maskulin yang menguar memenuhi ruang sempit mobilnya. Aroma familiar yang selalu menenangkan.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang