27. Alat Kontrasepsi

53 5 0
                                    

Rendy Pov

Dua minggu sudah Kayla menjalani KKN, meskipun diawal Kayla protes karena harus aku antar jemput setiap hari, kini akhirnya ia menuruti keinginanku.

Saat aku bersiap-siap akan menjemput Kayla di tempat KKN_nya tiba-tiba kunci mobilku tertinggal, aku kembali ke kamar dan setelah kucari ke penjuru rumah tak kutemukan kunci itu, dengan terpaksa aku mengambil kunci cadangan di dalam laci, namun saat bersamaan sebuah tablet jatuh ke lantai. Aku tak acuh tetapi seolah ada dorongan dari dalam hatiku untuk mengambil tablet tersebut.

Aku terkejut bukan main saat membaca tulisan yang tertera di sana. Pil kontrasepsi. Seketika aku murka karena ternyata Kayla tega melakukan ini tanpa sepengetahuanku, pantas saja 6 bulan kami menikah dia tak kunjung hamil. Dengan menahan emosi aku mengemudikan mobil berharap segera bertemu Kayla dan menuntut penjelasan darinya.

Sesampainya di tempat posko KKN aku langsung turun dari mobil dengan berusaha tersenyum ramah menyapa warga dan beberapa teman KKN Kayla yang kutemui, posko KKN di tempatkan di Balai desa. Kutunggu Kayla di halaman posko sambil menyalakan rokok, saat seperti ini hanya merokok tempat pelampiasan ku.

"Rendy, ngapain kamu di sini?" Sapa seorang wanita cantik berkacamata yang jelas-jelas kukenal bernama Maya.

"Menjemput istriku," balasku dengan santai tanpa memedulikan ekspresi Maya yang terkejut, aku tahu hubunganku dengan Maya dulu tak berjalan mulus, kami harus berpisah karena orang tua Maya tidak merestui hubungan kami hanya karena penampilanku yang tampak urakan.

"Sudah lama Mas?" Tanya Kayla yang tiba-tiba sudah berada di antara aku dan Maya.

"Mas kenal sama bu Maya? Beliau pendamping KKN_ku Mas," terang Kayla yang sebenarnya ingin sekali aku abaikan, tetapi aku tidak setega itu marah pada Kayla di depan orang lain.

"Kenallah Sayang, Maya ini teman lama Mas," jawabku sambil mematikan putung rokok lalu pamit kepada Maya. Kugenggam jemari Kayla setelah bersalaman dengan Maya, aku tidak peduli dengan ekspresi Maya saat melihatku menggenggam tangan Kayla dengan mesra.

"Mas kenapa tumben diam aja dari tadi?" Tanya Kayla saat kami sudah memasuki rumah, tanpa menjawab aku menaiki tangga menuju kamar.

"Mas kenapa sih?" peluk Kayla dengan manja, kini aku sudah tidak tahan untuk diam saja. Kulepas pelukan Kayla dengan kasar lalu menatapnya tajam, kuraih tablet yang tergeletak di atas nakas lalu menunjukkannya.

"Apa ini?" Bentakku pada Kayla, kulihat netranya seketika berkaca-kaca karena sikap kasarku, selama ini tidak pernah sekalipun aku bersikap kasar padanya. Kulempar tablet itu dengan kasar ke arah tubuhnya.

"Mas dengarin aku," bujuknya sembari mencoba meraih tanganku yang langsung kulepaskan.

"Mas?" Panggilnya saat aku ke luar kamar dengan membanting pintu keras.

Malam itu aku terpaksa tidur di kamar tamu, aku khawatir tidak bisa mengontrol emosiku dan berbuat lebih kasar pada Kayla. Aku ke luar kamar pukul setengah 7 pagi, tadi setelah sholat subuh aku tidak sengaja tertidur karena semalaman tak bisa memejamkan mata.

"Kay?" Panggilku saat kudapati rumah tampak sepi, aku berjalan menuju dapur, kulihat masakan sudah tersaji di atas meja makan, aku berlari menaiki tangga menuju kamar dan yang kutemui kamar sudah tertata rapi. Kuambil ponsel di dalam sakuku dan segera aku aktifkan, semalam memang sengaja aku matikan. Kulihat puluhan panggilan telpon tak terjawab dari Kayla muncul di notifikasi layar ponselku

Klik... Sebuah pesan WhatsApp masuk.

"Jangan temui atau jemput aku hingga minggu depan Mas, aku ingin sendiri dulu, percuma juga aku menjelaskan toh Mas nggak peduli," ku lempar kasar ponselku ke atas ranjang.

Setelah perasaanku sedikit tenang kuraih ponselku kembali dan mencoba menghubungi nomor Kayla namun aku terkejut saat operator menjawab bahwa nomor yang kutuju tidak terdaftar. Pasti nomorku di blokir Kayla, setiap dia marah pasti akan seperti itu.

"Assalamulaikum?" Kuhubungi Aldo dengan tergesa, hanya nomor Aldo yang kumiliki di tempat KKN_nya.

"Waalaikumsalam, ada apa Mas? Tumben?" Jawab Aldo dari sambungan telpon.

"Nggak papa, aku cuma ingin tahu aja, apa Kayla sudah sampai di posko? Aku telepon belum diangkat aku khawatir karena tadi aku nggak bisa nganter," ucapku menutupi masalah kami.

"Iya dia kumpul sama anak-anak yang lain tuh, katanya dia gabung nginep sini sampai penutupan," jawab Aldo.

"Ya udah, titip Kayla ya!" balasku lalu menutup telepon dengan ucapan terima kasih dan salam. Aku bangkit menghampiri almari, ternyata benar Kayla membawa baju ganti yang lumayan banyak.

Tiga hari berlalu kuhabiskan waktu dengan bekerja untuk sedikit mengurangi rasa rinduku pada Kayla, dihari ketiga ini rasa penyesalanku mulai menyiksa, seharusnya aku berbicara baik-baik pada Kayla waktu itu bukannya bersikap kasar. Pasti Kayla sekarang takut dan membenciku. Kuputar balik arah mobilku dari arah rumah menuju tempat KKN Kayla, aku sudah tak sanggup lagi menahan rindu.

Kebetulan sekali ketika aku sampai di posko, Kayla beserta teman-temannya sedang beristirahat setelah kegiatan desa.

"Assalamualaikum," ucapku ramah pada mereka semua termasuk Maya yang memang sedang melakukan kunjungan kepada mahasiswa didikannya.

Serempak mereka menjawab salamkunlalu dengan tersenyum ramah aku menggandeng lengan Kayla yang telah berdiri di depanku, membawanya pergi menjauh lalu menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Aku sengaja memarkirkan mobilku sedikit menjauh dari posko.

"Ngapain Mas ke sini?" Ucapnya dengan nada dingin.

"Mas kangen!" Kuraih tubuh Kayla ke dalam pelukanku, ia meronta melepaskan pelukanku dengan mata berkilat marah.

"Lepasin, untuk apa kangen segala, nggak ada yang perlu kita omongin," jawabnya sinis. Tanpa menjawab kupeluk lagi tubuhnya lalu kucium puncak kepalanya berkali-kali.

"Mas kangen Sayang," ucapku semakin mengeratkan pelukan.

"Sudah kubilang temui aku seminggu lagi," jawabnya sedikit lebih lembut, kilat amarah di matanya mulai meredup. Tak sabar kuraih wajahnya dan kuhujani dengan kecupan.

"Baiklah aku jemput kamu setelah penutupan," ucapku dengan senyum mengembang.

"Nggak usah, tunggu aku di rumah saja," jawabnya singkat lalu meraih tanganku dan mencium punggung tanganku lalu ke luar dari mobil.

Kulihat Kayla menjauh dari dalam mobil, ia kembali ke tempat teman-temannya berkumpul, hatiku sedikit tenang saat melihatnya baik-baik saja.

"Akan kusiapkan kejutan indah untukmu Sayang," kunyalakan mesin mobilku meninggalkan posko KKN Kayla dengan hati berbunga-bunga.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang