30. Morning Sickness

59 5 0
                                    

Morning sickness parah dialami Kayla, seperti pagi ini ia memuntahkan seluruh isi perutnya hingga hanya ke luar cairan bening berwarna kuning sebagai penuntas muntahannya. Rendy yang panik hanya bisa menemani Kayla sembari membelai rambut Kayla yang tertidur di atas dadanya. Setelah merasakan nafas Kayla yang teratur Rendy berlahan beranjak dari atas ranjang, ia ingin menelepon asistennya agar menjadwal ulang pekerjaannya hari ini. Ia tidak tega jika harus meninggalkan Kayla sendiri di rumah.

Rendy berjalan menuju dapur berencana membuat sesuatu untuk sarapan mereka berdua, mulai sekarang ia akan mengawasi makanan apa pun yang dikonsumsi Kayla untuk memastikan hanya makanan bergizi yang memenuhi kebutuhan nutrisi Kayla dan janin dalam kandungannya. Memastikan memakan makanan higienis dan sehat. Ia kembali menimbang usulan mamanya untuk memperkerjakan ART karena ia juga tidak mungkin menemani Kayla selama 24 jam, ia juga harus bekerja.

Akhirnya ia menelepon mamanya untuk menerima usulan itu. Setelah berbicara dengan mamanya Rendy bergegas naik ke kamar karena mendengar Kayla muntah-muntah kembali. Tak lupa ia bawa teh panas untuk Kayla.

"Sayang," panggil Rendy panik saat melihat Kayla terduduk lemas di atas closet lalu dengan cepat ia cuci kaki Kayla dan menggendongnya kembali ke atas ranjang.

"Mas nggak kerja?" Tanya Kayla dengan memejamkan mata, wajahnya tampak pucat pasi.

"Mas nggak akan ke mana-mana," balas Rendy singkat lalu membantu Kayla duduk untuk meminum teh hangat yang sudah ia seduh.

"Aku mau turun Mas bosen di kamar," ucap Kayla saat tubuhnya mulai merasa baikan.

"Baiklah." Rendy menggendong tubuh Kayla hingga sampai di ruang keluarga, ia rebahkan tubuh Kayla di atas sofa.

Rendy menemani Kayla menonton acara televisi sambil membelai kepala Kayla dengan lembut. Sejak hamil sifat manja Kayla naik ke level paling atas. Perasaannya pun lebih sensitif. Sedikit-sedikit ngambek, sedikit-sedikit marah tanpa Rendy ketahui sebabnya, dan sifat manjanya mutlak tidak bisa ditolak sedikitpun namun Rendy berusaha bersikap sabar, Kayla seperti itu juga karena dirinya.

Wejangan mama dan mertuanya membuatnya paham bagaimana menghadapi sikap perempuan di trisemester pertama kehamilannya itu. Rendy lebih banyak mengalah dengan sikap keras kepala Kayla yang masih mendominasi diantara mereka.

Morning sickness Kayla berakhir setelah kehamilannya mulai memasuki usia 3 bulan, meskipun setiap bangun tidur dan menjelang tidur rutinitas muntahnya masih sama namun ia sudah tidak lemah karena sekarang berbagai makanan bisa ia cerna dengan baik. Tidak seperti awal yang hanya bisa memakan buah, roti, dan cemilan ringan saja. Rendy sempat khawatir karena hampir 3 bulan Kayla tidak mengonsumsi nasi, ia khawatir terjadi sesuatu pada Kayla dan calon bayinya namun dokter kandungan yang menangani Kayla mengatakan aman selama Kayla bisa mengonsumsi makanan yang lain, terutama susu dan vitamin.

Dan untung saja saat akhir semester tujuh Kayla sudah bisa beraktivitas seperti biasa, malah Rendy yang lebih protektif, ia melarang Kayla melakukan aktivitas berat, semua pekerjaan rumah tangga sudah diambil alih oleh ART.

Rendy hanya mengizinkan Kayla kuliah itupun ia antar jemput. Namun Rendy tidak pernah melarang jika Kayla ingin hang out bersama sahabat-sahabatnya. Rendy sudah mengenal baik para sahabat istrinya malah mereka yang sering datang ke rumah untuk mengerjakan tugas bersama. Rendy menyediakan semua kebutuhan Kayla dan teman-temannya selama di rumah dengan begitu ia bisa tenang bekerja.

Rendy terkejut saat ponselnya berdering dan muncul nama Kayla di sana. Rendy mengusap wajahnya kasar karena baru teringat bahwa ia belum mengabari istrinya jika pulang terlambat, banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan seminggu ini dan itu artinya ia harus lembur.

"Assalamualaikum Sayang," sapa Rendy lembut, sedang tangan kanannya masih sibuk menata berkas di atas mejanya, seharian ia mengecek ke luar-masuknya dana di pabrik hasil dari rekapan asistennya yang belum sempat ia selesaikan.

"Walaikumsalam, Mas kok belum pulang sih?" rajuk Kayla manja dari seberang telepon.

"Iya Mas bentar lagi pulang, ini masih beres-beres," balas Rendy sembari mengambil jaket di punggung kursinya.

"Pengen makan apa? Mumpung mau jalan ini," tanya Rendy lembut.

"Belikan martabak telor ya Mas," jawab Kayla.

"Ok. Sudah dulu ya Mas jalan ini, love you." Tutup Rendy lalu bergegas ke luar kantor menuju parkiran.

Setelah 40 menit akhirnya Rendy sampai di halaman rumahnya. Ia bergegas masuk lalu menuju kamarnya. Rendy meletakkan bingkisan martabak telurnya di atas meja lalu mencium kening Kayla namun tiba- tiba Kayla menatap Rendy dengan sorot aneh kemudian berlari ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya.

Rendy segera melepas jaketnya lalu memijat pelan tengkuk Kayla namun Rendy terkejut saat Kayla menyingkirkan tangannya.

"Mas Rendy baunya nggak enak," ucap Kayla setelah menatap Rendy sekilas lalu kembali muntah. Rendy segera menyium ketiaknya bergantian, "masih harum," ucap Rendy.

Rendy menuntun Kayla hingga sampai ke atas ranjang lalu ia segera membersihkan diri. Kali ini Rendy mandi cukup lama karena tak terima dibilang Kayla bau. Seingatnya selama hamil, istrinya itu tidak akan pernah bisa tidur sebelum mencium aroma tubuhnya bahkan seringkali sepulang kerja Kayla langsung memeluknya, Rendy menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan firasat buruknya.

Rendy tersenyum lembut melihat Kayla yang sudah terlelap saat ia ke luar dari kamar mandi, ia lihat bungkus martabak telurnya yang sudah tersisa separuh. Rendy senang karena tubuh Kayla sekarang terlihat lebih berisi ketimbang diawal kehamilannya yang lebih kurusan.

Berlahan Rendy naik ke atas ranjang lalu menyusup ke dalam selimut setelah mengatur suhu ruangan, sejak hamil Kayla selalu mengatur suhu ruangan menjadi 16° celcius yang membuat tubuh Rendy berasa kaku setiap kali terbangun dari tidur karena kedinginan. Ia geser tubuhnya menempel pada punggung Kayla lalu mengelus perutnya yang mulai membuncit, ia sangat merindukan istrinya karena sudah seharian tidak bertemu namun tiba-tiba Kayla berbalik badan menatap Rendy dengan sorot tak terbaca. Deg...firasatnya tak pernah salah.

"Mas Rendy tidur sofa aja ya? Baunya nggak enak," celetuk Kayla yang seketika membuat Rendy membulatkan matanya hingga sempurna.

"Apa lagi ya Rabb..." Gumamnya dalam hati lalu menuruti permintaan istrinya dengan rasa kecewa, ia kecup kening dan bibir Kayla sekilas lalu mengambil bantal dan selimut menuju sofa.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang